44 research outputs found
PENGARUH AKTIVASI KARBON AKTIF DARI TONGKOL JAGUNG DAN TEMPURUNG TERHADAP NILAI KONDUKTIFITAS
Kebutuhan energi semakin meningkat sehingga dilakukan penelitian untuk mengkarakteristik karbon aktif dari tempurung kelapa dan tongkol jagung yang berpotensi untuk dijadikan material dasar untuk membuat komponen fuel cell yang merupakan salah satu pembangkit energi alternatif yang mulai dikembangkan untuk
menghadapi ancaman krisis energy. Pada penelitian ini proses karbonasi dilakukan pada suhu 800°C selama 2 jam dilanjutkan dengan proses aktivasi menggunakan KOH dengan perbandingan air : karbon : KOH adalah 1 : 1: 4 dan diaktivasi fisika pada suhu 600oC selama 4 jam. Hasil penelitian menunjukkan Nilai konduktifitas listrik arang tempurung kelapa berada pada kisaran 0.95 – 0.23 S/cm dan arang tongkol jagung 0.85 – 0.30 S/cm, arang dari tempurung kelapa dan arang dari tongkol jagung yang dihasilkan bersifat semikonduktor, penambahan konsentrasi aktivator menurunkan nilai konduktifitas listri
AKTIVITAS ANTIDIABETES EKSTRAK KACANG KORO PEDANG (Canavalia enformis) SECARA IN VITRO TERHADAP PENGHAMBATAN ENZIM α-GLUKOSIDASE
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui aktivitas antidiabetes ekstrak
kacang koro pedang secara in vitro terhadap penghambatan enzim α-Glukosidase.
Metode penelitian terdiri dari tiga tahap. Penelitian tahap I dimulai dengan
merendam kacang koro pedang menggunakan air selama 4 jam dengan alat
sirkulasi berpengaduk, kemudian dilakukan proses trimming, pengecilan ukuran,
pengeringan selama 7 jam dengan suhu 60°C dan penepungan. Pada penelitian
tahap II tepung kacang koro pedang diekstraksi menggunakan air panas dengan
suhu 90°C selama 10 jam sebanyak dua kali kemudian disaring. Ekstrak air yang
didapat di evaporasi dengan suhu 40°C dan tekanan 72 mbar. Pada tahap III
ekstrak pekat diuji aktivitas antidiabetes menggunakan alpha glucosidase activity
assay kit MAK123 (Sigma Aldrich). Variasi konsentrasi ekstrak kacang koro yang
digunakan adalah 0,1; 0,5; 1,0 dan 10% dengan acarbose 0,1% sebagai kontrol
positif. Respon pada penelitian ini meliputi respon kimia. Respon kimia yang
dilakukan yaitu analisis fitokimia, penentuan aktivitas enzim α-Glukosidase, dan
penentuan aktivitas penghambatan enzim α-Glukosidase. Hasil analisis fitokimia
menunjukan bahwa tepung dan ekstrak kacang koro pedang mengandung saponin,
alkaloid, triterpenoid dan steroid. Ekstrak kacang koro pedang dengan variasi
konsentrasi 0,1; 0,5; 1,0 dan 10% memiliki aktivitas enzim α-Glukosidase
berturut-turut yaitu 3,17; 1,98; 8,33 dan 9,52 U/L serta memiliki persen
penghambatan enzim α-Glukosidase berturut-turut yaitu 98,73; 99,21; 96,67 dan
96,16% dengan acarbose 0,1% sebagai kontrol positif (99,05% persen
penghambatan)
Potential Natural Antibacterial Agent for P. gingivalis Periodontitis Infection: A Comprehensive Review of Source, Structure and Mechanism actions
The pathogenic bacteria P. gingivalis grows in the oral cavity. This bacterium could attack immune system which lead to inflammation of most tissues. P. gingivalis can cause a variety of serious and dangerous condition such as periodontitis, Alzheimer, rheumatoid arthritis, diabetes, and pneumonia. Antibiotics have been used for years as a treatment against this bacterium, like metronidazole, amoxicillin, and clindamycin, however, P. gingivalis is reported to be resistant to these antibiotics, thus exploration to discover alternatives has been demanded. Natural product compounds are known to have antibacterial activity and cause fewer side effects. Turmeric, eucalyptus, and several other plants have been reported to have antibacterial activity against P. gingivalis with a MIC of 1g/mL from an ethyl acetate leaf extract of eucalyptus. Decent antibacterial activity could be used as a reference to discover new drugs as alternatives against P. gingivali
Kuersetin dan Kuersetin-3-O-Glukosida dari Kulit Batang Sonneratia Alba (Lythraceae)
Two flavonoid compounds, quercetin (1) and quercetin-3-O-glucoside (2) have been isolated from the bark of Sonneratia alba (Lythraceae). Chemical structure of both compounds were determined on the basis of spectroscopic data and comparison with those spectra data previously reported. Compound 1 and 2 exhibited antibacterial activity against Gram-positive bacteria, Staphylococcus aureus and Streptococcus mutans with MIC values of 51.2; 48.8; 72.5; dan 100.7 µg/mL respectively.DOI :http://dx.doi.org/10.15408/jkv.v0i0.315
Pengaruh Aktivasi Arang Aktif Dari Tongkol Jagung Dan Tempurung Kelapa Terhadap Luas Permukaan Dan Daya Jerap Iodin
The activated charcoal can be produced from various raw material which contains carbon such as corn cobs and coconut shell. Generally, activated charcoal made through activation process with added chemical materials. The kind of activator will give different influence on surface area or pores volume of the result activated charcoal. In this study, will be made activated charcoal from corn cobs and activated by physical and chemical with KOH activator. Carbonation process is performed at 800oC for 2 hours and followed by chemical activation process by KOH with mass ratio water: charcoal: KOH is 1:1:4, then activated by physical at 600oC for 4 hours. Conducted test on sample contain iodine adsorption and SEM. As a result, iodine adsorption of activated charcoal indicated at KOH 20%. the best adsorption of coconut shell activated charcoal is 1240.233 mg/g with surface area 2352.851 m2/g, while corn cobs activated charcoal is 1133.757 mg/g with surface area 2150.866 m2/g. Morphology of activated charcoal with KOH 20% have pore structure with high 22.63 µm and wide 26.41 µm, the resulting pore size included into macropores structure
Perbandingan Metode Uji Aktivitas Antioksidan DPPH, FRAP dan FIC Terhadap Asam Askorbat, Asam Galat dan Kuersetin
Antioksidan merupakan senyawa yang menghambat atau menunda reaksi oksidasi molekul dengan cara menghambat proses inisiasi atau propagasi reaksi oksidasi berantai. Struktur kimiawi antioksidan, sumber radikal bebas, dan sifat fisiko-kimia sediaan sampel yang berbeda dapat memberikan hasil uji aktivitas antioksidan yang beragam. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode analisa aktivitas antioksidan yang selektif untuk suatu jenis sampel tertentu. Studi perbandingan metode uji aktivitas antioksidan DPPH, FRAP, dan FIC telah dilakukan terhadap asam askorbat (AA), asam galat (AG), dan kuersetin. Ketiga metode uji antioksidan dibedakan berdasarkan pada jenis mekanisme reaksinya, sedangkan sampel standar antioksidan dipilih berdasarkan struktur polihidroksi atau polifenol yang umumnya mewakili dasar struktur antioksidan bahan alam. Metode uji aktivitas antioksidan terhadap radikal DPPH ditemukan paling efektif dan efisien diantara ketiga metode uji yang digunakan dengan nilai IC50 berturut-turut 1,27; 2,44; dan 2,77 mg/L untuk AG, kuersetin dan AA. Adapun metode FIC terbukti paling tidak efektif dan efisien karena sensitivitasnya yang sangat rendah dan daya kelatnya lebih kecil dari 20%. Korelasi antara metode uji untuk semua standar antioksidan terbukti sangat tinggi (R>0,98), khususnya antara FRAP dan DPPH. Hal ini mengindikasikan adanya keterkaitan sangat kuat antara daya hambat radikal bebas dengan potensial reduksi senyawa polihidroksi (polifenol) terhadap ion besi. Secara umum kedua metode ini sangat dimungkinkan bisa saling menggantikan satu sama lain
A New Antiplasmodial Compound from the Papuan Marine Sponge Xestospongia sp.
A new antiplasmodial compound, 2-(3H-diazirine-3-yl)benzaldehyde (1), has been isolated from the Papuan marine sponge Xestospongia sp. The structure elucidation of compound 1 was determined by spectroscopic evidences including UV, IR, MS, 1D and 2D-NMR analysis. Compound 1 showed moderate antiplasmodial activity against Plasmodium falciparum with IC50 value of 1.08 x 10-6Â mM. DOI:http://dx.doi.org/10.15408/jkv.v4i1.673
Perbandingan Kandungan Makronutrisi dan Isoflavon dari Kedelai Detam 1 dan Wilis Serta Potensinya dalam Menurunkan Berat Badan
Biji kedelai merupakan sumber protein berkualitas tinggi, oligosakarida, serat makanan, mineral dan fitokimia terutama isoflavon. Isoflavon dan protein yang merupakan komponen utama dalam kedelai terbukti mempunyai beberapa efek yang menguntungkan. Isoflavon mempunyai efek menurunkan berat badan melalui peningkatan kadar hormon pencernaan Kolesistokinin (KSK). Kedelai varietas Detam 1 adalah kedelai unggulan berkualitas tinggi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian November 2008, dan sebagai pembanding adalah kedelai lokal varietas Wilis yang banyak ditanam oleh petani di Indramayu. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan membandingkan kandungan makronutrisi (air, protein, lemak dan karbohidrat) kedelai dan tempe, mengetahui jenis ekstrak yang mengandung kadar isoflavon yang tertinggi. Pengujian kadar air dengan metoda Thermogravimetri, protein dengan metoda Kjeldahl, lemak dengan metoda Soxhlet, dan karbohidrat dengan metoda Antron. Kadar Isoflavon yang terdapat dalam ekstrak metanol, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, fraksi n-butanol, fraksi air dan ekstrak protein dari kedelai dan tempe dari Detam 1 dan Wilis diperiksa menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Hasil penelitian menunjukkan kadar protein yang paling tinggi terdapat dalam biji kedelai Detam 1 (41,82%). Proses fermentasi meningkatkan kadar air dari biji kedelai namun menurunkan kadar protein, lemak dan karbohidrat. Kadar isoflavon paling tinggi terdapat dalam fraksi etil asetat, kadar Daidzein tertinggi dalam fraksi etil asetat biji kedelai Detam 1 (Daidzein 0,669%). Ekstrak metanol tempe kedelai Wilis juga memiliki kadar isoflavon yang tinggi (Daidzein 0,580%, Genistein 0,576%). Ekstrak metanol tempe kedelai Wilis diharapkan mempunyai manfaat sebagai terapi untuk penurunan berat badan di masa mendatang