40 research outputs found
A característica da extração de agarose a partir de dimetil sulfeto e isopropanol
Introduction. This study aimed to obtain agarose product with market standard quality which could be applied for electrophoresis. Methods. The material used in agarose extraction process was dried agar – agar bar extracted using dimethyl sulfide and soaked in isopropanol solution with 85%, 90%, and 95% of isopropanol concentration. The parameter which observed in this study was consisted of yield, water content, sulfate content, ash content, gel strength and electrophoresis gel. Results. The average score of agarose yield using different concentrations of isopropanol (IPA) was around 46.76% - 57.53% with the lowest yield of 46.76% and the highest yield of 57.53%. Meanwhile the average water content ranged from 18.32% to 18.64%. The average ash content was around 0.15% - 0.16% and the average sulfate content was 0.14% - 0.15%. The average strength of a 1% gel prepared in isopropanol was 1170 – 1183.33 gr/cm2. Best IPA concentration to soak agarose extract was on 95% concentration, with market standard characteristic as 57.54% of yield, 18.35% of water content, 0.14% of sulfate content, 0.15% of ash content and 1183.33 of gel strength. Conclusions.The application of electrophoresis of agarose gel showed that the bands of large molecular DNA fragment could not separate. Partially hydrolyzed protein samples had higher protein content, lighter color, and lower degree of denaturation and better functional properties compared to the traditional protein isolates.Introducción. Este estudio tuvo como objetivo obtener un producto de agarosa con calidad estándar de mercado que podría aplicarse para la electroforesis. Métodos El material utilizado en el proceso de extracción con agarosa fue agar seco - barra de agar extraída con sulfuro de dimetilo y empapada en solución de isopropanol con una concentración de isopropanol al 85%, 90% y 95%. El parámetro que se observó en este estudio consistió en rendimiento, contenido de agua, contenido de sulfato, contenido de cenizas, resistencia del gel y gel de electroforesis. Resultados El puntaje promedio de rendimiento de agarosa usando diferentes concentraciones de isopropanol (IPA) fue de alrededor del 46.76% - 57.53% con el rendimiento más bajo del 46.76% y el rendimiento más alto del 57.53%. Mientras tanto, el contenido promedio de agua varió de 18.32% a 18.64%. El contenido promedio de cenizas fue de alrededor de 0.15% - 0.16% y el contenido promedio de sulfato fue de 0.14% - 0.15%. La resistencia media de un gel al 1% preparado en isopropanol fue de 1170 - 1183.33 gr / cm2. La mejor concentración de IPA para remojar el extracto de agarosa fue en una concentración del 95%, con una característica estándar del mercado como 57.54% de rendimiento, 18.35% de contenido de agua, 0.14% de contenido de sulfato, 0.15% de contenido de cenizas y 1183.33 de resistencia del gel. Conclusiones. La aplicación de electroforesis de gel de agarosa mostró que las bandas de fragmentos de ADN molecular grande no podían separarse. Las muestras de proteínas parcialmente hidrolizadas tenían un mayor contenido de proteínas, un color más claro y un menor grado de desnaturalización y mejores propiedades funcionales en comparación con los aislados de proteínas tradicionales.Introdução. Este estudo teve como objetivo obter o produto de agarose com qualidade padrão de mercado que poderia ser aplicado para eletroforese. Métodos. O material utilizado no processo de extração da agarose foi a barra de ágar-ágar seca extraída com sulfeto de dimetil e embebida em solução de isopropanol com 85%, 90% e 95% de concentração de isopropanol. O parâmetro observado neste estudo consistiu em rendimento, teor de água, teor de sulfato, teor de cinzas, resistência do gel e gel de eletroforese. Resultados. A pontuação média do rendimento de agarose usando diferentes concentrações de isopropanol (IPA) foi de cerca de 46,76% - 57,53%, com o menor rendimento de 46,76% e o maior rendimento de 57,53%. Enquanto isso, o teor médio de água variou de 18,32% a 18,64%. O teor médio de cinzas foi de cerca de 0,15% - 0,16% e o teor médio de sulfato foi de 0,14% - 0,15%. A resistência média de um gel a 1% preparado em isopropanol foi de 1170 a 1183,33 gr / cm2. A melhor concentração de IPA para absorver o extrato de agarose foi na concentração de 95%, com característica padrão de mercado como 57,54% de rendimento, 18,35% de teor de água, 0,14% de teor de sulfato, 0,15% de teor de cinzas e 1183,33 de gel. A aplicação da eletroforese em gel de agarose mostrou que as bandas do grande fragmento de DNA molecular não puderam se separar. Amostras de proteínas parcialmente hidrolisadas apresentaram maior teor de proteínas, cores mais claras e menor grau de desnaturação e melhores propriedades funcionais em comparação com os isolados tradicionais de proteínas
The Encapsulation of Noni Fruit using Foam Mat Drying Method
AbstractIndonesia is an agrarian country with its extensive production sectors. One of them is of biopharma commodities called noni (Morinda sp.). The production number of noni fruit in 2013 is 8,432,119 kg and 8,577,347 kg in 2014. The research aims to obtain an optimum temperature and concentration of maltodextrin of noni powder making, the optimum total of yield and antioxidant. The powdering process was carried out using Foam Mat Drying. The research employed the Response Surface Method (RSM) with central composite design factorial 22 for optimization. The factors studied were maltodextrin (10%, 15%, and 20%) and temperatures (80°C, 85°C, and 90°C). The results showed that the optimum formula composition specifically is at a temperature of 84.447°C, and 20% w/w (weight by weight) of maltodextrin. Based on the optimum formula, it was predicted that the value of the antioxidant activity was 60.473 mg/ml per 100 mg, and the yield was 22.417% w/w. Hence, it can be concluded that the optimum formula obtained can be used as a model for the making of noni fruit powder.Keywords: Foam Mat Drying, noni powder, response surface method AbstrakIndonesia adalah sebuah negara agraris dan hasil sektor produksi terbesar. Salah satunya dari komoditas Biofarmaka yaitu mengkudu (Morinda sp.). Tanaman mengkudu yang dihasilkan nilai produksinya pada tahun 2013 sebanyak 8.432.119 kg, tahun 2014 sebanyak 8.577.347 kg. Tujuan penelitian ini didapatkan suhu dan konsentrasi maltodekstrin yang tepat pada pembuatan serbuk mengkudu serta didapatkan total rendemen dan antioksidan yang optimal. Metode yang digunakan pada proses pembubukan adalah Foam Mat Drying. Metode yang digunakan untuk optimasi adalah Metode Permukaan Tanggap (RSM) dengan rancangan komposit terpusat faktorial 22. faktor yang digunakan adalah maltodekstrin yaitu 10%, 15% dan 20% serta suhu yaitu 80°C, 85°C dan 90°C. Hasil penelitian menunjukkan komposisi formula yang terbaik suhu sebesar 84,447°C, dan maltodekstrin sebesar 20% b/b (berat per berat). Dapat diprediksikan dari formula optimal tersebut mendapatkan nilai aktivitas antioksidan sebesar 60,473 mg/ml per 100 mg dan rendemen sebesar 22,417% b/b. Disimpulkan bahwa formula optimal yang telah didapatkan dapat digunakan sebagai model untuk pembuatan serbuk dari buah mengkudu.Kata kunci: Foam Mat Drying, Metode Permukaan Tanggap, serbuk mengkudu
Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Peramalan Penjualan Dalam Mendukung Pengembangan Agroindustri Coklat di Kabupaten Blitar
Tidak stabilnya penjualan dalam pemenuhan kebutuhan produk coklat dipasaran oleh unit pengolahan coklat di Kabupaten Blitar menyebabkan terkendalanya perkembangan agroindustri coklat di daerah tersebut. Sehingga berdampak pada peningkatan biaya produksi dan biaya inventori jika terdapat produk yang tidak habis terjual. Sebaliknya, apabila pemenuhan kebutuhan produk coklat di Kabupaten Blitar terlalu kecil, maka akan terjadi peningkatan biaya stock out bahkan dapat kehilangan pelanggan. Oleh karena itu dibutuhkan suatu prediksi yang akurat untuk bisa memenuhi kebutuhan pasar dengan jumlah produksi yang tepat nantinya. Penelitian ini bertujuan untuk memodelkan sistem komputasi JST dengan error output terkecil sebagai alat peramalan penjualan coklat di Kabupaten Blitar dan menganalisis tingkat akurasi metode peramalan dengan data testing dibandingkan peramalan versi times series. Metode yang digunakan dalam melakukan peramalan pada penelitian ini ialah metode jaringan syaraf tiruan. Berdasarkan perhitungan peramalan permintaan dengan menggunakan metode jaringan syaraf tiruan diperoleh hasil bahwa prakiraan penjualan produk coklat pada awal periode bulan Juli 2017 sampai bulan Agustus 2017 akan mengalami penurunan. Jumlah penjualan terendah yaitu pada bulan Agustus 2017 yaitu sebesar 2306,22. Sedangkan jumlah permintaan tertinggi yaitu terjadi pada bulan Januari 2018 sebesar 2546,93. Sehingga pada bulan yang mengalami penurunan penjualan dalam peramalan, Perbandingan hasil peramalan penjualan menggunakan metode jaringan syaraf tiruan lebih baik dibandingkan dengan metode times series
EKSTRAKSI PEWARNA ALAMI DARI DAUN JATI (TECTONA GRANDIS) (KAJIAN KONSENTRASI ASAM SITRAT DAN LAMA EKSTRAKSI) DAN ANALISA TEKNO-EKONOMI SKALA LABORATORIUM
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi asam sitrat dan lama ekstraksi terhadap kadar karotenoid zat warna dari daun jati muda dan stabilitasnya dalam berbagai kondisi botol pengemas (gelap dan terang) selama proses penyimpanan pada suhu ± 27ºC serta analisa teknoekonomi pada skala laboratorium. Penelitian ini menggunakan bahan baku berupa daun jati muda (berwarna hijau muda dengan panjang ± 35 cm dan lebar ± 25 cm). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 faktor. Faktor pertama yaitu konsentrasi asam sitrat (3%, 5% dan 7% (b/v)) dan faktor kedua adalah lama ekstraksi (1, 2 dan 3 jam). Analisa menggunakan analisa ragam ANOVA dan pemilihan perlakuan terbaik menggunakan metode multiple attribute. Hasil perlakuan terbaik diperoleh pada konsentrasi asam sitrat 3% (b/v) dengan lama ekstraksi 3 jam, dengan nilai kadar karotenoid 88,723 mg/100g, aktivitas antioksidan (nilai IC50) 1,215 mg/ml, pH 3,02, tingkat kecerahan (L*) 22,8, tingkat kemerahan (a+ ) 8,6, tingkat kekuningan (b+ ) 8,35. Hasil uji stabilitas menyatakan bahwa pengemasan pada botol pengemas gelap lebih stabil dibandingkan dengan botol pengemas terang pada suhu ± 27ºC selama proses penyimpanan. Total biaya pembuatan pewarna alami daun jati muda pada skala laboratorium sebesar Rp.47.727,63 per 131 g dengan lama waktu pembuatan selama 976,5 menit (16,508 jam).Kata kunci: analisa tekno-ekonomi, daun jati muda, karotenoid, pewarna alami, stabilitas pewarna.Abstract This research aims to determine the effect of concentration of citrat acid and coloring agent extraction time of teak leaf to the the amount of caretonoid and its stability in a wide range of packaging bottle (light and dark) condition during saving process with the temperature of 27ºC and laboratorial scale economic-engineering analyze. This research uses the raw material in the form of young teak leaves (light green with a length and width of ±35 cm ±25 cm). This research was conducted in two factorial randomized block design. The first factor was citrid acid concentration (3%, 5% and 7% (b/v)) and the second factor was extraction time (1, 2 and 3 hour). The result of this research was analyzed using ANOVA and the best treatment was tested using multiple attribute. The best characteristics of this extract was obtained from the citrid acid concentration 3% (b/v) and extraction time of 3 hour, extract as follows; carotenoid content 88,723 mg/100g, activity antioxidant (IC50) of 1.215 mg/ml, pH of 3.02, and color intensity L* 22.8; a+ of 8.6; b+ of 8.35. The result of natural coloring agent of stability test from teak leaf inside bottle package in ± 27ºC storage is that natural coloring agent from teak leaf inside dark bottle package have greater stability than the other one inside the light bottle package. The cost of making the coloring agent from teak leaf in laboratorium scale is Rp.47,727.63 per 131 gram which takes 975.5 minutes (16.508 hour) in making them all.Key words: economical-engineering analytic, teak leaf, carotenoid, natural coloring agent, coloring agent stability
Ekstraksi Pewarna Alami dari Daun Jati (Tectona grandis) (Kajian Konsentrasi Asam Sitrat dan Lama Ekstraksi) dan Analisa Tekno-Ekonomi Skala Laboratorium
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi asam sitrat dan lama ekstraksi terhadap kadar karotenoid zat warna dari daun jati muda dan stabilitasnya dalam berbagai kondisi botol pengemas (gelap dan terang) selama proses penyimpanan pada suhu ± 27ºC serta analisa teknoekonomi pada skala laboratorium. Penelitian ini menggunakan bahan baku berupa daun jati muda (berwarna hijau muda dengan panjang ± 35 cm dan lebar ± 25 cm). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 faktor. Faktor pertama yaitu konsentrasi asam sitrat (3%, 5% dan 7% (b/v)) dan faktor kedua adalah lama ekstraksi (1, 2 dan 3 jam). Analisa menggunakan analisa ragam ANOVA dan pemilihan perlakuan terbaik menggunakan metode multiple attribute. Hasil perlakuan terbaik diperoleh pada konsentrasi asam sitrat 3% (b/v) dengan lama ekstraksi 3 jam, dengan nilai kadar karotenoid 88,723 mg/100g, aktivitas antioksidan (nilai IC50) 1,215 mg/ml, pH 3,02, tingkat kecerahan (L*) 22,8, tingkat kemerahan (a+ ) 8,6, tingkat kekuningan (b+ ) 8,35. Hasil uji stabilitas menyatakan bahwa pengemasan pada botol pengemas gelap lebih stabil dibandingkan dengan botol pengemas terang pada suhu ± 27ºC selama proses penyimpanan. Total biaya pembuatan pewarna alami daun jati muda pada skala laboratorium sebesar Rp.47.727,63 per 131 g dengan lama waktu pembuatan selama 976,5 menit (16,508 jam).
Kata kunci: analisa tekno-ekonomi, daun jati muda, karotenoid, pewarna alami, stabilitas pewarna.
Abstract
This research aims to determine the effect of concentration of citrat acid and coloring agent extraction time of teak leaf to the the amount of caretonoid and its stability in a wide range of packaging bottle (light and dark) condition during saving process with the temperature of 27ºC and laboratorial scale economic-engineering analyze. This research uses the raw material in the form of young teak leaves (light green with a length and width of ±35 cm ±25 cm). This research was conducted in two factorial randomized block design. The first factor was citrid acid concentration (3%, 5% and 7% (b/v)) and the second factor was extraction time (1, 2 and 3 hour). The result of this research was analyzed using ANOVA and the best treatment was tested using multiple attribute. The best characteristics of this extract was obtained from the citrid acid concentration 3% (b/v) and extraction time of 3 hour, extract as follows; carotenoid content 88,723 mg/100g, activity antioxidant (IC50) of 1.215 mg/ml, pH of 3.02, and color intensity L* 22.8; a+ of 8.6; b+ of 8.35. The result of natural coloring agent of stability test from teak leaf inside bottle package in ± 27ºC storage is that natural coloring agent from teak leaf inside dark bottle package have greater stability than the other one inside the light bottle package. The cost of making the coloring agent from teak leaf in laboratorium scale is Rp.47,727.63 per 131 gram which takes 975.5 minutes (16.508 hour) in making them all.
Key words: economical-engineering analytic, teak leaf, carotenoid, natural coloring agent, coloring agent stability
Substitusi Sari Kacang Merah dengan Susu Sapi dalam Pembuatan Yogurt
AbstrakPenelitian ini bertujuan mendapatkan proporsi susu sapi dan sari kacang merah yang tepat dalam pembuatan yogurt untuk meningkatkan kualitas yogurt. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu rancangan acak kelompok (RAK) dengan dua faktorial. Faktor pertama yaitu proporsi susu sapi dengan sari kacang merah dan faktor kedua yaitu konsentrasi stater yang digunakan Analisis data yang digunakan analisis organoleptik yang meliputi rasa, warna dan aroma dengan uji Hedonic dengan menggunakan 30 panelis semi-ahli. Hasil data uji organoleptik dianalisis menggunakan uji Friedman, hasil perlakuan terbaik diuji kandungan kimia meliputi kadar protein, kadar lemak, kadar abu, kadar air, pH dan total bakteri asam laktat (BAL). Berdasarkan hasil uji organoleptik, nilai kesukaan rasa berpengaruh nyata (ɑ = 0,05), sedangkan nilai kesukaan yang tidak berpengaruh nyata (ɑ = 0,05) adalah aroma dan warna. Perlakuan terbaik yakni pada proporsi susu sapi dan sari kacang merah 60:40 dengan konsentrasi stater 5% serta kandungan protein sebesar 3,31%, lemak 1,53%, kadar abu 0,92%, kadar air 77,97%, total bakteri asam laktat (BAL) 0,74 x 109 dan tingkat keasaman (pH) 3,62.Kata kunci: yogurt, susu sapi, sari kacang merah, stater AbstractThe aim of this study is to get the proportion of cow’s milk and red bean extract for the product yogurt to improve the quality of yogurt. Research design was a randomized block design (RAK) with two factor. The first factor is the proportion of cow’s milk with red bean extract and the second factor is the concentration of starter. The result was analyse of organoleptic include taste, color and aroma with Hedonic test using 30 panelists semi-skilled and the results of the test data organoleptic using the Friedman test and the best treatment tested was being chemical analyse include protein, fat, ash, water, pH and total lactic acid bacteria (BAL). Based on the results of organoleptic tests the value that was not significant (ɑ = 0,05) in aroma and color and the taste of yogurt that significant. The best treatment was proportion of milk and red bean extract 60:40 with 5% stater with a protein 3,31%, fat 1,53%, ash 0,92%, water 77,97%, total lactic acid bacteria (BAL) 0,74 x 109 and acidity (pH) 3,62.Keywords: yogurt, cow’s milk, red bean extract, state
PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN ASAM ASETAT GLACIAL TERHADAP KUALITAS NATA DARI WHEY TAHU DAN SUBSTRAT AIR KELAPA
The purpose of the implementation of this study is to find out the characteristics of nata de soya which is made from the whey of soybean cake and substrate irrigate coconut water in terms of physical, chemical and organoleptic (consumer acceptance studies) and to know the effect of the addition of glacial acetic acid and sucrose on the quality of nata de soya. Experimental design used in this study is a randomized block design (RAK) made with 2 factors and consists of three levels, namely the concentration of Sucrose (S1) = 40 grams, (S2) = 45 grams, (S3) =50 grams and G1=10 ml, G2 = 7,5 ml, G3=5 ml. Research conducted includes, yield, texture, color, crude fiber, moisture Keywords: Nata de soya, acetate acid of glacial, Sucros
Penambahan Tepung Kecambah Kacang Hijau Untuk Meningkatkan Kualitas Bahan Makanan Campuran Beserta Analisa Tekno-Ekonominya
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan perlakuan terbaik pada proporsi penambahan tepung kecambah kacang hijau pada bahan makanan basal sebagai bahan makanan campuran yang ditandai dengan peningkatan kadar protein, serta kadar air, daya serap air, kadar abu, kadar lemak, dan kadar karbohidrat yang rendah. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak kelompok dengan faktor tunggal, yaitu proporsi penambahan tepung kecambah kacang hijau pada bahan makanan basal. Proporsi tepung ecambah yang ditambahkan dalam bahan makanan basal antara 0% sampai 50%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung kecambah kacang hijau pada bahan makanan basal mampu meningkatkan kualitas bahan makanan campuran. Perlakuan terbaik didapat pada penambahan tepung kecambah kacang hijau sebesar 10% dan nilainya lebih tinggi dibanding produk “S” dengan biaya produksi sebesar Rp. 9.737 per 100 gram.Kata kunci : tepung kecambah kacang hijau, kualitas nutrisi, bahan makanan campuran
Inovasi teknologi produksi gula sirup dan gula serbuk palma (kelapa,siwalan dan aren) sebagai penyangga kebutuhan gula di daerah tertinggal.
Gula pasir merupakan salah satu kebutuhan pokok yang hingga kini masih menjadi masalah serius, untuk memenui kebutuhan gula pasir setiap tahun harus didatangkan dari luar negeri (Litbang Deptan, 2006 ) pada tahun 2003 mencapai 45,59% (Susilo dan Yudanto, 2004), sedangkan pada 2007 meningkat menjadi 52% (Dadang dkk, 2008). Salah satu alternatif terbaik adalah pengembangan argoindustri gula palma (brown sugar) yang diolah dari nira tanaman kelapa, aren, siwalan dan nipah (Pattnayak dan Misra, 2004). Untuk mengatasi hal tesebut pengolahan gula palma dalam bentuk sirup dan kristal merupakan alternatif terbaik dibandingkan dengan produk cetak,, namun demikian diperlukan rancangan teknologi prosesing yang layak secara teknis maupun finansial. tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan penelitian ini antara lain : (a) mendapatkan kondisi prosesing pengolahan gula sirup dan gula semut yang efisien dengan menggunakan bahan baku nira (kelapa, aren dan siwalan); (b) mendapatkan kondisi reprosesing (pengolahan ulang) yang efisien dengan menggunakan bahan baku suit cetak produksi perajin menjadi gula semut, (c). mendapatkan kua litas khemis (kandungan gizi) dan kualitas organoleptik terhadap gula sirup dan gula semut yang dihasilkan dari percobaan skala laboratorium; penelitian secara keseluruhan akan diselesaikan dalam kurun waktu 2 tahun, yang terdiri dan 4 tahapan penelitian pada tahun pertama terdiri dari 2 penelitian utama yaitu: tahap I: Kajian teknologi produksi gula sirup dan gula serbuk dari nira tanaman palma (kelapa, aren dan siwalan)