26 research outputs found

    PENENTUAN ISOTOP 137 Cs DAN UNSUR Cs DALAM LARUTAN AKTIF CsNO3

    Get PDF
    ABSTRAK Penentuan isotop 137Cs dan unsur Cs dalam larutan sampel standar aktif CsNO3 Telah dilakukan penelitian penentuan isotop 137Cs dan unsur Cs dalam larutan aktif CsNO3 dengan tujuan untuk identifikasi unsur Cs serta isotopnya yang terkandung dalam larutan yang diragukan komposisi atau labelnya. Aktivitas dan konsentrasi 137Cs dari larutan sampel standar aktif CsNO3 yang berada di Laboratorium Kimia Fisika  di  BPR, PTBN ditentukan dengan cara mengukur cacahan gamma dari isotop Cs menggunakan spectrometer-a, dan dengan penambahan 50 mg CsNO3 pro-analisa sebagai standar pembanding untuk medapatkan rekoveri unsur Cs dalam larutannya sesuai dengan metode standar ASTM E692–00 dan ASTM E320–79. Dari hasil kegiatan ini diharapkan komposisi larutan teridentifikasi secara jelas sehingga larutan aktif CsNO3 dapat dimanfaatkan untuk kegiatan selanjutnya.  Prinsip dasar metode ini adalah pengendapan isotop 137Cs melalui Cs-carrier sebagai pembawa dalam proses pengendapan pada temperatur dibawah 4°C, sebagai CsClO4 dari reaksi CsNO3 dengan asam perkhlorat. Dari cara ini diduga rekoveri Cs dari larutan baku CsNO3 dapat diperoleh sempurna pada batas penyimpangan 10-16% berdasarkan perhitungan kelarutan CsClO4 yang pada temperatur 0°C adalah 8 mg/mL.[1] Nilai aktivitas 137Cs ditentukan dari pengukuran cacahan endapan CsClO4 menggunakan spektrometer-g. Hasil analisis menunjukkan bahwa rekoveri Cs sekitar 85,42 % dengan presisi metode 0,79 %, masih berada di antara batas penyimpangan yang dikehendaki.  Rekoveri dan presisi metode tersebut juga di dalam batas nilai acuan dari ASTM yaitu antara 60-90%, sehingga hasil analisis tersebut dapat diterima. Hasil penentuan konsentrasi Cs-non aktif yang terkandung dalam larutan sampel standar aktif CsNO3 adalah 0,0817 g/mL atau 0,0782 g Cs/g-larutan, sedangkan  isotop Cs yang ada dalam larutan tersebut  hanya ada 137Cs dengan konsentrasi keaktifan 137Cs sebesar 607,00 ± 57,01 Bq/mL atau  650,13 ± 57,56 Bq/g larutan. Kata kunci : Penentuan isotop, pengendapan, spektrometri-a, 137Cs, CsClO4.   ABSTRACT 137Cs  AND Cs ELEMENT DETERMINATION IN ACTIVE CSNO3 SAMPLE STANDARD. The analyses of isotop Cs and Cs element in an unknown active solution of CsNO3 has been carried out with the main goal of identification of Cs element and that contained isotopes. The unknown active solution of CsNO3 was available in the Physical Chemistry Laboratory-Radiometalurgy Development Division (BPR)-at the Centre for Nuclear Fuel Technology (PTBN). The Cs isotope activity and Cs-non active concentration were determined by spectrometry-a and using Cs-carrier addition of 50 mg CsNO3 p.a. as a reference standard to recover Cs from the solution according to the standard methods of ASTM E692-00 and ASTM E320-79. From this analysis is expected that the Cs composition can be identified along with its concentration clearly for the other experimental usage. The principle of method is the Cs-isotope precipitation along with Cs-carrier at the temperature of 4°C as CsClO4 as a result of CsNO3 with perchloric acid reaction. The Cs precipitated from CsNO3 standard solution is hypothesized to be completely recovered within the discrepancies of 10-16% that is based on the CsClO4 solubility i.e. 8 mg/mL at temperature of 0°C. The 137Cs activity was determined using spectrometer-a by measuring of 137Cs counts in form of CsClO4 precipitate. The results showed that Cs recovery was 85.42% with the precision of method of 0.79% was appropriate within the expected discrepancies values. This value was also in agreement under the reference ASTM limit acceptable value which is 60% to 90%. The determination of unknown concentration of CsNO3 active solution results the Cs concentration is 0.0817g/mL or 0,0782 g of Cs/g-solution, and the 137Cs activity is 607,00± 57,01 Bq/mL or 650,13 ± 57,56 Bq/g of solution Key words: Isotope-137Cs, CsClO4, determination, precipitation

    PERBANDINGAN METODA OTOMATIS DAN MANUAL DALAM PENENTUAN ISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

    Get PDF
    Abstrak Perbandingan metoda otomatis dan metoda manual dalam penentuan isotop Cr-137  menggunakan Spektrometer-GAMMA. Analisis isotop bahan radioaktif biasanya dilakukan menggunakan Spektrometer Gamma. Dalam pengoperasiannya, alat tersebut menggunakan metoda yang sudah terpasang pada alat tersebut (metoda otomatis). Selain metoda tersebut juga digunakan metoda menggunakan kurva kalibrasi (metoda manual). Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui pengaruh kedua teknik tersebut terhadap akurasi dan presisi pengukuran isotop Cs-137. Penentuan isotop Cs-137 dilakukan berdasarkan kalibrasi spektrometer-γ menggunakan sumber standar Europium (Eu-152), Cobalt (Co-60), dan Cesium (Cs-137) yang dilakukan pada energi 3 kV dengan waktu cacah 500 detik. Akurasi penentuan isotop Cs-137 menggunakan standar Eu-152, Co-60 dan gabungan Cs-137 dan Co-60 dengan metoda otomatis berturut-turut adalah 99,92%, 99,93%, dan 99,94%. Akurasi penentuan Cs-137 menggunakan standar Eu-152, Co-60, dan gabungan Co-60 dan Cs-137 dengan metoda manual adalah 99,99%, 99,90%, dan 99,88%. Hasil perhitungan uji beda metoda manual dan otomatis menunjukkan bahwa presisi kedua metoda tersebut dapat diterima pada tingkat kepercayaan 95%. Kata Kunci : Metoda otomatis dan manual, isotop Cs 137 dan  spektrometer Gamma. Abstract The comparison of automatic and manual methods analysis in determining Cs-137 isotope using GAMMA-Spectrometer. The Analysis of radioactive isotopes commonly used by Gamma Spectrometer. That   are installed automatically  in the apparatus. Beside that are, it used calibration curve in manual method. The purpose of this experiment is to know the precision and accuracy of both methods in determining Cs-137 isotope. The determination of Cs-137 isotope was based of γ-Spectrometer calibration using Europium (Eu-152), Cobalt (Co-60) and Cesium (Cs-137) standard source in 3 kV of operation energy and 500 seconds counting time. The measurement accuracy of Cs-137 isotope determination by means of Eu-152, Co-60 and combination of Cs-137 and Co-60 standard using automatic method respectively are 99,92%, 99,93%, and 99,94%, whereas using manual method are 99,99%, 99,90%, and 99,88%. The difference test of statistic analysis (F-test) showed that the range precision value of manual method and automatic method lie on the 95% confidence level. Keyword : Otomatic and manual method, Cs-137 isotop and  Gamma spectrometer

    Analisis Korosi Paduan ZIRLO-Mo Dalam Media NaCl Menggunakan Metode Polarisasi

    Get PDF
    Paduan zirlo-Mo merupakan jenis paduan logam zirkonium yang dapat dikembangkan menjadi bahan kelongsong reaktor pendingin air ringan. Parameter penting yang harus diketahui sebagai bahan kelongsong adalah sifat ketahanan korosi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ketahanan korosi paduan zirlo-Mo dalam media NaCl dengan variasi konsentrasi 0,03; 0,3 dan 3 % dan dibandingkan dengan ketahanan korosi paduan zircaloy-2 dan zircaloy-4 pada media yang sama. Sampel uji dibuat berbentuk disk kemudian dimounting dan dipreparasi metalografi meliputi pengamplasan menggunakan kertas SiC dengan ukuran 500 sampai 1200 grit secara bertahap. Laju korosi zirlo-Mo dianalisis menggunakan metode polarisasi menggunakan alat Potensiostat. Keunggulan metode tahanan polarisasi adalah waktu pengujian korosi relatif lebih cepat dibandingkan dengan metode perubahan berat, selain itu metode ini  dapat menentukan laju korosi yang sangat rendah yaitu kurang dari 0,1 mpy. Pengujian lain yang dilakukan untuk mendukung analisis laju korosi adalah pengujian kekerasan mikro dengan Microhardness Tester dan pengamatan mikrostruktur mengunakan Mikroskop optik. Hasil pengujian menunjukkan bahwa paduan zirlo-Mo, zircaloy-2 dan zircaloy-4 secara keseluruhan memiliki laju korosi sangat rendah yaitu kurang dari 1 mpy. Laju korosi paduan zircaloy-2 dan zircaloy-4 dan zirlo-Mo pada media NaCl 3 % berturut-turut adalah 0,006; 0,007 and 0,590 mpy. Laju korosi paduan zirlo-Mo adalah relatif paling tinggi, hal ini disebabkan karena paduan zirlo-Mo mempunyai struktur lath martensit atau accicular yang memiliki kekerasan tinggi. Struktur lath martensit dan kekerasan tinggi sangat rentan terhadap korosi. Nilai kekerasan paduan zircaloy-2, zircaloy-4 dan zirlo-Mo berturut-turut adalah 194,79; 227,95 and 360,05 HV. Adanya larutan padat Mo dan matrik Zr-α serta struktur martensite atau accicular pada paduan zirlo-Mo mengakibatkan kekerasan paduan menjadi tinggi.Kata kunci: laju korosi, tahanan polarisasi, paduan zirlo-Mo, mikrostruktur, kekerasan mikr

    ANALISIS KOROSI PADUAN AlMg2 DAN AlMgSi MENGGUNAKAN METODE ELEKTROKIMIA

    Get PDF
    ABSTRAK ANALISIS KOROSI PADUAN AlMg2 DAN AlMgSi MENGGUNAKAN METODE ELEKTROKIMIA. Analisis korosi terhadap bahan kelongsong dan struktur bahan bakar reaktor riset, AlMg2 dan AlMgSi telah dilakukan dalam media air demineral pH 6,7 dan pH 2 menggunakan metode elektrokimia. Proses korosi suatu bahan logam dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah komposisi kimia dan kondisi media pelarut. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui fenomena korosi AlMg2 dan AlMgSi melalui penentuan parameter korosi secara kuantitatif dan kurva polarisasi potensiodinamik dalam media netral ( pH 6,7) dan asam (pH 2). Bahan yang digunakan berupa paduan AlMg2 dan AlMgSi dengan bentuk circular dish dan luas 1cm . Preparasi sampel uji dilakukan dengan mengikuti prosedur ASTM G3 yaitu grinding, pembersihan dan pengeringan. Metode elektrokimia yang dilakukan pada penelitian ini mencakup pengukuran open circuit potensial (OCP), tahanan polarisasi dan potensiodinamik dalam media air demineral pada pH 2 dan pH 6,7 pada suhu 25 C. Hasil pengukuran OCP diperoleh nilai potensial korosi (Ecorr) paduan AlMg2 dan AlMgSi masing – masing sebesar - 906,1 mV dan -619,8 mV pada pH 2 dan -868,6 mV dan -756,7 mV pada pH 6,7. Hasil pengukuran tahanan korosi menunjukkan laju korosi AlMg2 lebih rendah dari pada AlMgSi baik pada pH 2 maupun pH 6,7. Laju korosi AlMg2 dan AlMgSi pada pH 2 lebih besar dari padaa pH 6,7 tetapi masih berada dalam daerah aman (< 20 mpy). Kurva potensiodinamik menunjukkan bahwa passifasi pada pH 6,7 masih relatif rendah sedangkan pada pH 2 terjadi pasivasi dalam kisaran potensial yang relatif pendek dan diikuti peristiwa terkorosi.   Kata Kunci : analisis korosi, metode elektrokimia, AlMg2 dan AlMgSi   ABSTRACT CORROSION ANALYSIS OF AlMg2 AND AlMgSi USING ELCTROCHEMICALL METHOD. Corrosion test of cladding materials and structures of research reactor fuel, AlMgSi and AlMg2 have been performed in demineralized water of pH 2 and 6.7 using an electrochemical method. Corrosion fenomena is affected by several factor such as composition and condition of solution. The purpose of this activity is to investigate the corrosion phenomena through the determination of the parameters of corrosion and polarization curve. The materials used are AlMg2 and AlMgSi alloy in circular dish shape with an area of 1 Cm . Preparation of the test sample is performed through several stages polishing, cleaning and drying procedures followed ASTM G3. The electrochemical method is done by measuring the open circuit potential (OCP), polarization resistance and potentiodynamic in demineralized water of pH 2 and pH 6.7 at temperature of 25 C. The results of the OCP is the corrosion potential (Ecorr) of AlMg2 and AlMgSi each of -906.1 mV and -619.8 mV at pH 2 and -868.6 and -756.7 mV at pH 6.7 mV. The results of measurements by polarization resistance technique showed that the corrosion rate of AlMg2 and AlMgSi in safe category (<2mpy) at pH 6.7 and at pH 2 corrosion rate increased significantly, but still in the lightweight category (<20 mpy). Potentiodynamic curves showed that the passivation at pH 6.7 is very low while the passivation at pH 2 occurs within a relatively short range potential and followed events corroded. Keyword: corrosion analysis, metode elektrokimi, AlMg2, AlMgSi

    Analisis Korosi Paduan ZIRLO-Mo Dalam Media NaCl Menggunakan Metode Polarisasi

    Get PDF
    Paduan zirlo-Mo merupakan jenis paduan logam zirkonium yang dapat dikembangkan menjadi bahan kelongsong reaktor pendingin air ringan. Parameter penting yang harus diketahui sebagai bahan kelongsong adalah sifat ketahanan korosi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ketahanan korosi paduan zirlo-Mo dalam media NaCl dengan variasi konsentrasi 0,03; 0,3 dan 3 % dan dibandingkan dengan ketahanan korosi paduan zircaloy-2 dan zircaloy-4 pada media yang sama. Sampel uji dibuat berbentuk disk kemudian dimounting dan dipreparasi metalografi meliputi pengamplasan menggunakan kertas SiC dengan ukuran 500 sampai 1200 grit secara bertahap. Laju korosi zirlo-Mo dianalisis menggunakan metode polarisasi menggunakan alat Potensiostat. Keunggulan metode tahanan polarisasi adalah waktu pengujian korosi relatif lebih cepat dibandingkan dengan metode perubahan berat, selain itu metode ini  dapat menentukan laju korosi yang sangat rendah yaitu kurang dari 0,1 mpy. Pengujian lain yang dilakukan untuk mendukung analisis laju korosi adalah pengujian kekerasan mikro dengan Microhardness Tester dan pengamatan mikrostruktur mengunakan Mikroskop optik. Hasil pengujian menunjukkan bahwa paduan zirlo-Mo, zircaloy-2 dan zircaloy-4 secara keseluruhan memiliki laju korosi sangat rendah yaitu kurang dari 1 mpy. Laju korosi paduan zircaloy-2 dan zircaloy-4 dan zirlo-Mo pada media NaCl 3 % berturut-turut adalah 0,006; 0,007 and 0,590 mpy. Laju korosi paduan zirlo-Mo adalah relatif paling tinggi, hal ini disebabkan karena paduan zirlo-Mo mempunyai struktur lath martensit atau accicular yang memiliki kekerasan tinggi. Struktur lath martensit dan kekerasan tinggi sangat rentan terhadap korosi. Nilai kekerasan paduan zircaloy-2, zircaloy-4 dan zirlo-Mo berturut-turut adalah 194,79; 227,95 and 360,05 HV. Adanya larutan padat Mo dan matrik Zr-α serta struktur martensite atau accicular pada paduan zirlo-Mo mengakibatkan kekerasan paduan menjadi tinggi. Kata kunci: laju korosi, tahanan polarisasi, paduan zirlo-Mo, mikrostruktur, kekerasan mikr

    Studi sensitasi baja tahan karat tipe 316 sebagai bahan kelongsong dan struktur fast breeder reactors

    Get PDF
    Abstract Sensitization study of type-316 stainless steell as cladding and structure of fast breeder reactor. Stainless steel was used in nuclear industry as cladding of Liquid Metal Fast Breeder Reactor (LMFBR), which operation temperature above 500 0C. According to the theory, resistance of stainless steel type 316 is good enough, but in the high temperature tend to influence by intergranular corrosion. The sensitization degree of Stainless Steel type 316 ( SS 316 ) was calculated by potentiostat using potentiodynamic method, and was observed by scanning electron microscope ( SEM ). The objective of this research was to analized the effect of heat treatment on corrosion resistance. First, samples were heat treated at 1,000°C for 3 hours and then were quenched in the water for 30 minutes. Samples were heat treated for 6 hours on the temperature : 350, 450, 550, and 650°C. The heat treated samples were corrosion tested by Potensiostat model M 273 with Potensiodynamic method. The surface of samples were observed by scanning Electron Microscope. Three kinds of SS 316 samples : Blank, solution treatment, and ageing for 650oC  were characterized by X – ray diffractor. The result showed that the corrosion rates increased with the increasing temperature. The corrosion rate of samples heat treated at 550 and 650°C were 105,9 and 118.37 mpy, the samples were heat treated at 350 and 450 °C after solution treatment did not exhibit intergranular, corrosion rate respectively were 89,39 and 91,06 mpy. The corrosion rates of samples that were heat treated at 550°C and 650°C without solution treatment, revealed were higher than with solution treatment. Keywords : inter granular corrosion, austenitic stainless steel type of 316, sensitization Abstrak Studi sensitasi baja tahan karat tipe 316 sebagai bahan kelongsong dan struktur fast breeder reactors. Dalam industri nuklir, baja tahan karat, paduan alumunium dan zirkaloy digunakan sebagai komponen pendukung reaktor riset atau daya dalam bentuk tangki bertekanan, pipa, kelongsong, bahan struktur dan lain – lain. Baja tahan karat tipe 316 dan 316L digunakan sebagai kelongsong bahan bakar LMFBR dimana temperatur operasinya bisa mencapai sekitar 500 0C. Temperatur operasi yang tinggi akan mengakibatkan fenomena sensitasi, yaitu fenomena dimana baja tahan karat menjadi rentan terhadap serangan korosi terutama korosi batas butir. Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengaruh panas terhadap ketahanan korosinya. Sampel SS 316 terlebih dahulu diberi perlakuan panas dari suhu 350 hingga 650 0C, selanjutnya diuji korosi menggunakan metode potensiodinamik. Hasilnya menunjukkan bahwa laju korosi sampel SS 316 yang telah dilaku panas yaitu solution treatment pada suhu 1000 0C dan diikuti artificial aging pada suhu 350, 450, 550 dan 650 0C berturut-turut adalah 56,59 mpy, 89,39 mpy, 91,06 mpy ; 105,9 mpy dan 118,37 mpy. Semakin tinggi suhu aging terlihat laju korosinya semakin tinggi. Pada mikrograf sampel SS 316 yang diamati menggunakan mikroskop elektron (SEM) menunjukkan telah terjadi korosi yang cukup signifikan pada bahan yang telah di aging pada suhu 550 dan 6500C. Pola difraksi untuk sampel SS 316 yang dilaku panas solution treatment dan diiukuti aging suhu 650oC menunjukkan terjadi perubahan fasa yaitu fasa kedua atau senyawa intermetalik yang menyebabkan laju korosi sampel SS 316 menjadi relatif tinggi. Kata Kunci : korosi batas butir, baja tahan karat SS 316, sensitas

    Pengaruh Ukuran Partikel Zeolit dalam Pemisahan Cesium dari PEB U3Si2/Al Pasca Iradiasi Neutron Menggunakan Metode Penukar Kation

    Get PDF
    Pemisahan cesium dari Pelat Elemen Bakar Nuklir (PEB) U3Si2/Al pasca iradiasi menggunakan metode penukar kation dengan variasi ukuran partikel zeolit telah dilakukan. Teknik pemisahan cesium dengan menerapkan metode absorbsi dan penukar kation menggunakan zeolit Lampung memberikan efisiensi yang besar. Pemisahan cesium dari hasil fisi lainnya seperti 235U, 89Kr, 144Ba, 90Sr, 134Xe, 96Rb perlu dilakukan karena isotop 137Cs digunakan sebagai monitor burn up. Dalam penelitian ini dipelajari aspek pengaruh ukuran partikel terhadap efisiensi pemisahan cesium pada waktu kontak dan jumlah zeolit yang optimum. Cuplikan larutan PEB U3Si2/Al densitas 2,96 gU/cm3 pasca iradiasi sebanyak 150 µL diencerkan menggunakan HCl 0,1N menjadi 2 mL. Pemisahan cesium dalam larutan cuplikan dilakukan menggunakan zeolit Lampung dengan variabel ukuran partikel -100+170 mesh, -170+270 mesh, -270+400 mesh dan -400 mesh. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa zeolit dengan ukuran partikel -270+400 mesh dengan berat 1 g dan waktu pengadukan selama 1 jam diperoleh kandungan isotop 137Cs dalam 150 µL larutan pasca iradiasi sebesar 0,0543 µg dengan recovery sebesar 99,1%

    FENOMENA KOROSI ZIRKALOY-2 DAN ZIRKALOY-4 DALAM MEDIA LARUTAN NaCl SECARA ELEKTROKIMIA

    Get PDF
    ABSTRAKFENOMENA KOROSI ZIRKALOY-2 DAN ZIRKALOY-4 DALAM MEDIA LARUTAN NaCl SECARA ELEKTROKIMIA. Zirkaloy-2 dan zirkaloy-4 digunakan sebagai bahan kelongsong pada elemen bahan bakar reaktor daya BWR (Boiling Water Reactor) dan PWR (Pressurized Water Reactor). Selama penggunaanya dalam kolam penyimpanan bahan bakar bekas kemungkinan kelongsong berinteraksi dengan air laut (sea water), dalam hal kondisi abnormal. Ion klorida yang terdapat dalam air laut memiliki potensi penyebab terjadinya korosi pada bahan kelongsong. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui fenomena korosi zirkaloy-2 dan zirkaloy-4 dalam media NaCl melalui penentuan parameter korosi dengan teknik tahanan polarisasi, Tafel dan potensiodinamik. Sampel berupa potongan bahan zirkaloy-2 dan zirkaloy-4 dengan dimensi 1x1 cm dilakukan proses mounting dan disolder dengan kawat tembaga, kemudian permukaan sampel dipoles menggunakan amplas 1200 grit. Uji korosi dilakukan dalam sel korosi yang dilengkapi dengan elektrode standar (saturated calomel), elektroda penyangga (grafit) dan elektroda kerja (sampel). Media pelarut yang digunakan adalah larutan NaCl dengan konsentrasi 3,5  %; 0,35 % dan 0,175 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya ion Clˉ pada daerah konsentrasi NaCl 0,175 % sampai dengan 3,5 % tidak mempengaruhi pola mekanisme korosi. Jenis korosi pada daerah potensial ± 250 mV terhadap Ecorr adalah korosi merata dalam bentuk oksida ZrO2. Laju korosi zirkaloy-2 dan zirkaloy-4 pada konsentrasi NaCl 3,5 % diperoleh masing-masing sebesar 6,39×10-3 dan 7,40×10-3 mpy. Fenomena korosi yang diamati dengan teknik potensiodinamik (± 1000 mV terhadap Ecorr) menunjukkan bahwa zirkaloy-2 dan zirkaloy-4 mengalami pasivasi dan korosi pitting. Potensial pitting zirkaloy-2 dan zirkaloy-4 diperoleh masing- masing sebesar -452,8 mV dan -182,8 mV.Kata kunci: Korosi, zirkaloy-2 dan zirkaloy-4, media larutan NaCl, elektrokimia, teknik polarisasi ABSTRACTCORROSION PHENOMENA OF ZIRKALOY-2 AND ZIRKALOY-4 IN NaCl SOLUTION MEDIUM BY ELECTROCHEMICALLY. Zircaloy-2 and zircaloy-4 are used as cladding material in Light Water Reactor, (LWR), Boiling Water Reactor (BWR) and Pressurezid Water Reactor (PWR). During its use in the spent fuel pool may interact between the cladding and seawater in case of abnormal condition. Chloride ion which contained in seawater has the potential for being corrosion in cladding material. The aim of this work was knowing zircaloy-2 and zircaloy-4 corrosion phenomena in NaCl medium by corrosion parameter determination with polarization resistance technique, tafel, and potentiodynamic. Samples are zircaloy-2 and zircaloy-4 pieces material with 1x1 cm dimension. The samples are mounting and soldered with copper wire, then the sample surface are polished by 1200 grade grinding paper. Corrosion test was done with corrosion cell that was completed by electrode standard (saturated calomel), electrode buffer (grafit) and work electrode (sample). Solvent medium was NaCl solution with concentration 3.5 %; 0.35 %; and 0.175 %. The result showed that ion Clˉ contained in NaCl which were concentration area from 0.175 % to 3.5 % did not affect corrosion mechanism. The corrosion type in potential range ± 250 mV to E­­corr was uniform corrosion in ZrO­2 oxide form. Zirkaloy-2 and zirkaloy-4 corrosion rate in 3.5 % NaCl concentration were obtained 6.39×10-3 and 7.40×10-3 mpy respectively. Corrosion phenomenon which was observed by potentiodynamic technique (± 1000 mV to Ecorr) showed that zirkaloy-2 and zirkaloy-4 underwent passivation and pitting corrosion. Pitting potential zirkaloy-2 and zirkaloy-4 were obtained -452.8 mV and -182.8 mV severally.Keywords: Corrosion, zirkaloy-2 and zirkaloy-4, NaCl solvent medium, electrochemical, polarization technique

    PROSES ELEKTRODEPOSISI UNTUK PENGUKURAN ISOTOP 242Pu DENGAN SPEKTROMETER ALPHA

    Get PDF
    OPTIMASI PROSES ELEKTRODEPOSISI UNTUK PENGUKURAN ISOTOP 242Pu DENGAN SPEKTROMETER ALPHA. Dalam penelitian ini digunakan metode elektrodeposisi untuk penyiapan sumber isotop 242Pu  untuk pengukuran dengan spektrometer alpha. Tujuan  penelitian ini adalah untuk mendapatkan parameter optimal proses elektrodeposisi sehingga diperoleh sumber alpha isotop 242Pu dengan spektrum yang baik dan hasil maksimal dari proses elektrodeposisi. Sampel standar  isotop 242Pu  dengan aktivitas tertentu dibuat dari larutan standar plutonium. Percobaan dilakukan untuk menetapkan parameter yang memiliki  pengaruh signifikan terhadap efisiensi proses elektrodeposisi.  Parameter proses elektrodeposisi yang dipelajari antara lain pengaruh waktu, arus listrik dan jarak anoda katoda menggunakan larutan elektrolit ammonium sulfat pH 3,5. Hasil optimasi proses elektrodeposisi diperoleh waktu optimum 2,5 jam, arus listrik 1,4 A dan jarak antara anoda katoda 10 mm. Hal ini menunjukkan bahwa parameter tersebut  merupakan kondisi terbaik untuk deposisi isotop 242Pu. Hasil pengukuran dengan spektrometri alpha menunjukkan bahwa resolusi spektrum yang baik untuk sumber isotop 242Pu, dengan kedapatulangan proses elektrodeposisi sebesar 95,25%, dengan presisi sebesar 2,82%.Kata kunci: Elektrodeposisi, isotop 242Pu, kuat arus, waktu, spektrometer alph

    Penentuan burn up mutlak pelat elmen bakar U3Si2-Al tingkat muat uranium 2,96 gU/cm3pasca iradiasi

    Get PDF
    Abstract Absolut burn-up determination of U3Si2-Al irradiated fuel plate with loading 2.96 gU/cm3. Absolute burn up measurement of U3Si2-Al irradiated fuel element with loading of 2.96 gU/cm3with  RI-SIE 2 code has been done. The burn up calculation of U3Si2-Al irradiated fuel element is based on the content of 137 Cs, 235U and 239 Pu isotopes which is obtained by radiochemical analysis after an appropriate separation. The purpose of the separation a monitoring of the fission product (137 Cs isotope) and the heavy elements (uranium and plutonium) is to get the  amount  of  235U isotope accurately.Separation and analysis of 137Cs isotope had been done by cation exchange using zeolit Lampung and spectrometre-g. While the separation both of isotop 235U and 239Pu had been done by anion exchange column using Dowex 1 x 8 resin. The efluen of U in the column anion exchanger was eluted by using HNO3 8N and the efluent of Pu was eluted by HCl 0.1N + HF 0.036N. Both of isotopes were analyzed by using a spectrometre-a. The analysis result showed that the content of 137Cs isotope in U3Si2-Al irradiated fuel element was 0.000716 g/g sample, while the content of 235U, 239 Pu and 238 Pu were 0.032824 g/g sample, 0.000011g/g sample and 0.000005 g/g sample respectively. The result of measurement 235U isotope compared with initially content of isotop 235U (fabrication data) for being used in the absolute burn up measurement. The result of absolute burn up calculation of U3Si2-Al irradiated fuel U3Si2-Al with loading of 2.96 gU/cm3with RI-SIE 2 code was 51.69 %.   Keyword : Separation and analysis of isotopes (Cs, U, Pu), cation and anion exchange, U3Si2-Al irradiated fuel element, burn up.. Abstrak Penentuan burn up mutlak  pelat elemen bakar U3Si2-Al tingkat muat uranium  2,96 gU/cm3pasca iradiasi. Telah dilakukan perhitungan burn up mutlak bahan bakar PEB U3Si2-Al tingkat muat uranium (TMU) 2,96 gU/cm3 pasca iradiasi dengan kode RI-SIE 2. Perhitungan dilakukan melalui hasilpemisahan dan analisis isotop 137Cs isotop,235U,dan Pu di dalam PEB U3Si2-Al pasca iradiasi secara radiokimia. Tujuan pemisahan isotop hasil fisi khususnya isotop 137Cs dengan  unsur heavy element (uranium dan plutonium) adalah untuk mendapatkan kandungan isotop 235U sisa (tidak terbakar) secara akurat. Pemungutan isotop 137Cs dilakukan dengan metode penukar kation menggunakan zeolit Lampung dan analisisnya menggunakan spektrometer-g, sedangkan pemungutan isotop 235U dan 239Pu dilakukan dengan metode kolom penukar anion menggunakan resin Dowex 1x8. Efluen U di dalam kolom dielusi menggunakan HNO3 8N dan efluen Pu dielusi dengan HCl 0,1N+HF 0,036N dan dianalisis menggunakan spektrometer-α.Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan isotop 137Cs di dalam PEB U3Si2-Al pasca iradiasi diperoleh sebesar 0,000716 g/g sampel, sedangkan kandungan isotop U dan Pu diperoleh masing-masing sebesar235U= 0,032824 g/g sampel, 239Pu= 0,000011g/g sampel dan 238Pu=0,000005 g/g sampel. Kandungan isotop 235U hasil pengukuran selanjutnya dibandingkan dengan kandungan isotop 235U mula-mula (data pabrikasi) untuk digunakan dalam perhitungan burn up mutlak. Hasil perhitungan burn up mutlak bahan bakar PEB U3Si2-Al TMU 2,96 gU/cm3 pasca iradiasi dengan kode RI-SIE 2 diperoleh sebesar 51,69 %.   Kata kunci : Pemisahan dan analisis isotop (Cs, U, Pu), penukar kation dan anion, PEB U3Si2-Al pasca  iradiasi, burn up
    corecore