20 research outputs found
PROSES PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DESA BAGI KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA DI KECAMATAN BANCAK KABUPATEN SEMARANG
Community service activities that have been carried out by STIEPARI Semarang in collaboration with the Bancak District Government, Semarang Regency with the target of village officials are in the form of lectures with visual media. With this form of activity, it is more about providing knowledge and information to participants.
The success of this activity is measured by the enthusiasm of the participants during the training. In this activity a lot of interaction in question and answer from participants and presenters. Participants felt happy with this activity. This is because so far there has never been any activity from the academic community that has entered the Bancak District, Semarang Regency, so that participants gain understanding and knowledge about the preparation of village fund financial reports. The follow-up of this activity is that the participants want in the future there will be assistance activities in preparing village fund financial reports
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI) PADA KELAS TAMAN 1 DI SLB B KARNNAMANOHARA YOGYAKARTA
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama (BKPBI) tentang tahap deteksi bunyi pada kelas Taman 1 di SLB B Karnnamanohara Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskripstif. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa tunarungu kelas Taman 1 SLB B Karnnamanohara Yogyakarta yang berjumlah 14 orang siswa. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah tehnik analisis deskriptif. Pelaksanaan pembelajaran Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama meliputi proses persiapan, kegiatan inti dan evaluasi pembelajaran. Persiapan pembelajaran meliputi menyiapkan materi meliputi merespon bunyi, merespon bunyi menggunakan ucapan, merespon bunyi menggunakan tulisan dan merespon bunyi menggunakan ucapan kemudian menuliskannya. Alat peraga yang digunakan adalah tambur dan kartu bunyi. Metode yang digunakan yaitu demonstrasi dan tanya jawab. Pada kegiatan inti, guru menyampaikan materi pembelajaran BKPBI. Pelaksanaan evaluasi dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung dan pada akhir pembelajaran. Adapun bentuk evaluasi yang diberikan yaitu tes perbuatan, unjuk kerja, tes lisan dan tes tertulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam mendeteksi bunyi pada pelajaran BKPBI baik. Pada materi pertama 100% siswa mendapat nilai baik. Pada materi kedua kemampuan siswa 43% baik, 43% cukup dan 14% kurang. Pada materi ketiga kemampuan siswa 64% baik, 22% cukup dan 14% kurang. Pada materi keempat kemampuan siswa 43% baik, 43% cukup dan 14% kurang. Siswa dikatakan mendapat nilai baik jika menguasai 71% materi, cukup jika menguasai 41%-70% dan kurang jika menguasai kurang dari 40%
RUMAH BACA UNTUK MENUMBUHKAN BUDAYA LITERASI BAGI SANTRI TPQ
TPQ Taman Pesona Teluk mempunyai staf pengajar berjumlah dua orang. Ada pun jumlah santri saat ini empat puluh tiga orang. Rentang usia para santri 4 tahun sampai dengan 12 tahun. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh tim pengabdi, teknik yang dilakukan pengajar dalam mengajarkan santri membaca buku Iqro’ dengan cara bergiliran. Santri satu per satu bergantian membaca buku Iqro’ yang didampingi oleh pengajar. Sementara itu, santri lain yang belum mendapatkan giliran membaca melakukan berbagai macam aktivitas. Akibatnya pembelajaran di TPQ menjadi tidak kondusif. Tim pengabdi menawarkan gagasan berupa rumah baca untuk menumbuhkan budaya literasi bagi santri TPQ Taman Pesona Teluk. Rumah baca ini dikhususkan bagi santri yang menunggu giliran membaca buku Iqro’. Metode yang digunakan adalah bercerita. Kegiatan pengabdian yang dilaksanakan di TPQ Taman Pesona Teluk dapat dikatakan berhasil. Keberhasilan kegiatan pengabdian ini dapat dilihat dari sebelum ada rumah baca, santri yang menunggu giliran mengaji melakukan aktivitas membaca berjumlah 13 orang dengan prosentase sebesar 30,23%. Setelah ada rumah baca, santri yang menunggu giliran mengaji melakukan aktivitas membaca berjumlah 34 orang dengan prosentase sebesar 79,06%. Terdapat peningkatan sebesar 48,83%. Setelah ada rumah baca pembelajaran di TPQ berjalan dengan kondusif
IMPROVING THE KNOWLEDGE MANAGEMENT WITH TRAINING BASIC EMERGENCY OBSTETRIC NEONATAL TO MIDWIFE IN SURAKARTA HEALTH CENTER
AbstrakPengetahuan bidan yang baik dan tepat sangat mendukung upaya pelayanan ibu dan anak yang komprehensif. Pengetahuan tentang Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Dasar (PONED) memberikan dasar pada bidan untuk mengidentifikasi komplikasi atau kegawatdaruratan kehamilan, persalinan, nifas dan neonatal. Salah satu upaya peningkatan pelayanan kebidanan, melalui pelatihan PONED pada bidan di puskesmas agar bisa menurunkan risiko kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi. Penelitian ini bertujuan meningkatkan pengetahuan bidan tentang penanganan kegawatdaruratan ibu dan bayi. Metode penelitian secara observasional analitik dengan rancangan The One Group Pretest Post Test dan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian ini perwakilan bidan Puskesmas rawat inap dan rawat jalan sebanyak 17 orang. Teknik pengambilan sampel secara Proporsional Random Sampling, sampel acak dengan proporsi bidan yang bekerja di Puskesmas di Surakarta. Sampel yang memenuhi kriteria retriksi 17 responden. Hasil 1 bidan pengetahuan lebih jelek setelah di beri pelatihan, 2 bidan berpengetahuan tetap sebelum maupun setelah pelatihan, 14 bidan mempunyai pengetahuan lebih baik setelah pelatihan. Hasil analisis univariat menunjukkan rerata pretes = 73.41, median = 71.4, nilai maksimum = 82.8 dan nilai minimum = 65.7. Hasil posttest menunjukkan rerata = 81.14, median = 80, nilai maksimum = 88.5, nilai minimun = 74.2. Hasil penelitian bivariat Uji Wilcoxon menunjukkan nilai p = 0,001, signifikan (p < 0,05). Secara statistic terdapat perbedaan pengetahuan yang bermakna antara sebelum pelatihan dibandingkan setelah pelatihan.   Kata Kunci:Pengetahuan bidan, pelatihan PONED, bidan puskesmas  AbstractKnowledge of good and appropriate midwives strongly supports comprehensive maternal and child care efforts. Knowledge of Basic Emergency Obstetric Neonatal Services (PONED) provides a basis for midwives to identify complications or emergencies of pregnancy, childbirth, postpartum and neonatal. One effort to improve midwifery services, through PONED training for midwives in health centers so as to reduce the risk of morbidity and mortality in mothers and infants. The Aim : This study aims to improve the knowledge of midwifery about handling maternal and neonatal emergencies. Methods : The design of this study was observational analytic with one group pretest and posttest and cros sectional approach. The population of the study was 17 representatives midwives in inpatient and outpatient health care. The sampling technique used proportional random sampling, the random sampling was taking by accounted the number of midwives who work in primary health care in Surakarta. The sample that include in restriction criteria was 17 respondents. Result : The results of 1 knowledge midwife were worse after being given training, 2 knowledgeable midwives remained before and after the training, 14 midwives had better knowledge after training. The results of univariate analysis showed a mean pretest = 73.41, median = 71.4, maximum value = 82.8 and minimum value = 65.7. The posttest results showed a mean = 81.14, median = 80, maximum value = 88.5, minimum value = 74.2. The bivariate results of the Wilcoxon Test showed p value = 0.001, significant (p <0.05). Statistically there were significant differences in knowledge between before training compared to after training.Keywords:The midwife knowledge, PONED training, midwife on the health cente
EDUKASI PENTINGNYA PENCEGAHAN HIPERTENSI DI RT 01 RW 07 DSN. JIMBIR DS. SUGIHWARAS KEC.PRAMBON KAB. NGANJUK
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana peningkatan darah sistolik berada diatas batas normal yaitu lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Kondisi ini menyebabkan pembuluh darah terus meningkatkan tekanan. Jika tidak segera ditangani, hipertensi bisa menyebabkan komplikasi serius, seperti gagal jantung, penyakit ginjal, hingga stroke. Hipertensi dapat dikendalikan melalui penyuluhan tentang pencegahan hipertensi. Penyuluhan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hipertensi. Tekanan darah tinggi yang terjadi terus-menerus dapat membuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Kondisi ini lama-kelamaan bisa membuat jantung membesar, merusak pembuluh darah, dan membuat ginjal tidak bisa bekerja dengan baik. Oleh karena itu, hipertensi perlu segera ditangani. Setelah tekanan darah kembali normal pun, perlu terus dilakukan pemantauan dan bahkan penggunaan obat rutin agar tekanan darah selalu terkontrol. Edukasi atau penyuluhan diperlukan agar dapat mengubah gaya hidup masyarakat menjadi gaya hidup sehat. Dengan adanya pemberian edukasi kesehatan ini diharapkan masyarakat bisa mencegah hipertensi melalui perbaikan gaya hidup dengan olahraga teratur, istirahat cukup, kelola stress dan mengonsumsi makanan kaya serat rendah garam dan lemak
Implementation of The Freedom Learning Program for Prospective Primary School Teachers at Universitas Negeri Semarang: Opportunities and Challenges
AbstrakKebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) merupakan bentuk pembelajaran di perguruan tinggi yang mandiri dan fleksibel. Namun dalam pelaksanaan program tersebut terdapat beberapa tantangan dan peluang yang dihadapi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tantangan dan peluang yang dihadapi dalam pelaksanaan program MBKM di Dinas Pendidikan Sekolah Dasar khususnya pada program pertukaran pelajar. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan desain penelitian studi kasus. Sumber data penelitian adalah dosen dan mahasiswa pada perguruan tinggi mitra sebagai mata kuliah yang melakukan pertukaran mahasiswa. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi partisipatif, dokumentasi, dan catatan anekdot. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif (kondensasi data, penyajian data, dan verifikasi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mengalami tantangan terkait faktor sosial budaya. Penggunaan bahasa daerah pada saat perkuliahan membuat mahasiswa membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri. Mengenai peluang, perbedaan budaya akademik yang mempengaruhi proses pembelajaran (penugasan mata kuliah, metode pengajaran, dan penggunaan teknologi) memberikan peluang bagi setiap universitas untuk dapat mengadaptasi budaya akademik yang berdampak positif. Sehingga diperlukan lebih banyak petunjuk teknis dalam pelaksanaan program pertukaran pelajar MBKM. AbstractThe Freedom Learning - Freedom Campus (MBKM) Policy is a form of learning in higher education that is autonomous and flexible. However, in implementing the program several challenges and opportunities were encountered. This study aims to describe the challenges and opportunities faced in the implementation of MBKM program in the Primary School Education Department, especially in the student exchange program. The research approach used is qualitative research with a case study research design. Sources of research data are lecturers and students at partner universities as subjects who carry out student exchanges. Data collection techniques used in-depth interviews, participatory observation, documentation, and anecdotal notes. The data analysis technique used is descriptive analysis (data condensation, data display, and verification). The results showed that most of the students experienced challenges related to socio-cultural factors. The use of regional languages during lectures makes students need time to adjust. Regarding opportunities, differences in an academic culture that affect the learning process (course assignments, teaching methods, and use of technology) provide opportunities for each university to be able to adapt an academic culture that has a positive impact. So, more technical guidelines are needed in the implementation of the MBKM student exchange program.
Cycling to Regulate Random Blood Glucose Levels in Individuals with Diabetes
BACKGROUND: In Indonesia, the four pillars of diabetes management include health education, food planning, physical exercise, and drug adherence. However, the most common imprudence in those four pillars was ignoring physical activity. Cycling has become a new social activity and a lifestyle among the community during the COVID-19 pandemic. It is an aerobic exercise that increases insulin receptor sensitivity.
AIM: This study aims to analyze the effect of cycling on Random Blood Glucose (RBG) levels in individuals with diabetes.
METHODOLOGY: This paper used a quasi-experiment pre-post test design with the control group. It utilized total sampling with 60 respondents. The independent variable was cycling using a dynamic bicycle. Meanwhile, the dependent variable was RBG levels with a glucometer as the instrument. The procedure in the intervention group was cycling using a dynamic bicycle twice a week with a distance of 2–3 kilometers each session. The data analysis used a paired T-test and independent sample T-test.
RESULTS: After cycling, the independent T-test result was p = 0.00 (p < 0.05). Thus, there was a difference in the mean RBG levels between the intervention and control groups after cycling. There was a decrease in mean RBG levels in the intervention group (206.67 ± 69.887 in pre-test and 114.60 ± 30.395 in post-test). In addition, the paired T-test resulted in p = 0.00 (p < 0.05). Thus, there was a difference in the intervention group’s mean RBG levels before and after cycling
CONCLUSION: Cycling can lower RBG levels in individuals with diabetes
PEMBERDAYAAN KADER KESEHATAN DALAM PENGOLAHAN ARTOCARPUS HETEROPHYLLUS SEEDS SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN KADAR HAEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI
Abstrak: Anemia pada remaja di Indonesia di atas 20%, yang masih cukup tinggi. Menstruasi yang dialami anak perempuan pada masa pubertas dan kurangnya konsumsi zat besi oleh remaja meningkatkan resiko terjadinya anemia. Laporan hasil Riskesdas 2018 menyebutkan jumlah remaja putri yang mendapat tablet zat besi sebesar 76,2%. 80,9% dari mereka mendapatkannya di sekolah dan hanya 1,4% remaja yang mengonsumsi tablet zat besi ≥52 butir secara rutin. Tujuan pengabdian ini adalah meningkatkan keterlibatan kader kesehatan terhadap kesehatan remaja putri, dan memberikan kemampuan kepada kader kesehatan untuk dapat mengolah biji Nangka (Artocarpus Heterophyllus) menjadi cemilan kaya zat besi. Pengabdian dilakukan dalam bentuk pelatihan kepada 30 kader kesehatan. Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan menilai kemampuan kader kesehatan saat mengolah biji nangka menggunakan ceklist pembuatan keripik biji Nangka (Artocarpus Heterophyllus). Hasil kegiatan ini didapati bahwa rata-rata nilai kemampuan tim kader kesehatan untuk mengolah biji Nangka (Artocarpus Heterophyllus) menjadi keripik adalah adalah 97,2, dengan nilai terendah 93 dan nilai tertinggi 100.Abstract: Anemia in adolescents in Indonesia is above 20%, which is still quite high. Menstruation experienced by girls at puberty and lack of iron consumption by adolescents increase the risk of anemia. The 2018 Riskesdas results report stated that the number of adolescent girls who received iron tablets was 76.2%. 80.9% of them get it at school and only 1.4% of adolescents take iron tablets of ≥52 grains regularly. The purpose of this service is to increase the involvement of health cadres in the health of adolescent girls, and provide the ability for health cadres to be able to process jackfruit seeds (Artocarpus Heterophyllus) into iron-rich snacks. The service was conducted in the form of training to 30 health cadres. Monitoring and evaluation was carried out by assessing the ability of health cadres when processing jackfruit seeds using a checklist for making jackfruit seed chips (Artocarpus Heterophyllus). The results of this activity found that the average score of the health cadre team's ability to process jackfruit seeds (Artocarpus Heterophyllus) into chips was 97.2, with the lowest score of 93 and the highest score of 100
The Use of the ROS Scavenger Cysteine as a Surface Ligand of Metal Nanoclusters and Its Bactericidal Elimination Effect
The bactericidal effects of fluorescent metal nanoclusters have impeded their bacterial bioimaging applications due to the reactive oxygen species (ROS) generation that is induced by the nanoclusters in bacteria to cause bacterial death. Herein, an ROS scavenger of cysteine was exploited as a surface ligand to prepare cysteine-conjugated gold nanoclusters (Cys–AuNCs) and cysteine-conjugated silver nanoclusters (Cys–AgNCs) using a facile hydrothermal approach. The structural and optical characterizations demonstrated successful syntheses of Cys–AuNCs and Cys–AgNCs. With the same weight concentration, the bactericidal effect increased in the order of Cys–AuNCs, Cys–AgNCs, and silver nanoparticles (AgNPs), according to the results of the bacterial growth curves. Furthermore, based on the results of the standard colony-counting method, the Cys–AuNCs revealed the best biocompatibility compared to those of the Cys–AgNCs and AgNPs in Escherichia coli (E. coli). The superior biocompatibility of the Cys–AuNCs can be attributed to the use of the ligand of cysteine as an ROS scavenger to reduce ROS in E. coli. Electron paramagnetic resonance (EPR) analyses indicated that the use of the ROS scavenger cysteine as the surface ligand of the Cys–AuNCs eliminated the ROS production induced by the Cys–AuNCs in E. coli. The biocompatible Cys–AuNCs were also confirmed as a fluorescent probe using confocal microscopy. Highly biocompatible Cys–AuNCs could be a potential fluorescent probe in the application of bacterial bioimaging