2 research outputs found

    Demam Tifoid pada Anak Usia di bawah 5 Tahun di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RS Hasan Sadikin, Bandung

    No full text
    Latar belakang: Di Indonesia demam tifoid bersifat endemik dan dari telaah kasus di beberapa rumah sakit, menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari tahun ke tahun dengan rata-rata kesakitan 500/100.000 penduduk dan kematian 0,6 – 5,0 %. Penelitian mengenai demam tifoid pada kelompok usia < 5 tahun belum banyak dilaporkan. Tujuan: mengetahui gambaran klinis dan laboratoris demam tifoid pada anak usia kurang dari 5 tahun dan membandingkan dengan anak usia di atas 5 tahun (5-14 tahun). Metoda: penelitian non-eksperimental bersifat retrospektif. Subjek penelitian adalah pasien demam tifoid anak dengan konfirmasi biakan Salmonella. Data diambil dari catatan rekam medik pasien demam tifoid yang dirawat di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unpad/RSHS Bandung dari bulan Januari 1996 sampai dengan Desember 2003. Hasil: Selama kurun waktu 1996 - 2003 didapatkan kasus demam tifoid berusia < 5 tahun 108/256 (42,2%). Dengan rasio laki-laki dan perempuan 1 : 1,20. Selain keluhan demam, obstipasi dan diare merupakan gejala yang paling sering ditemukan. Bradikardi relatif, hepatomegali dan lidah tifoid merupakan pemeriksaan yang sering ditemukan selain demam. Lebih dari setengah pasien didapatkan anemia dan trombositopenia. Komplikasi terjadi pada 25% kasus, yaitu gangguan neuropsikiatrik, sepsis dan syok septik, miokarditis dan ileus. Satu pasien meninggal dengan penyebab kematian syok septik. Kesimpulan: insidens demam tifoid pada anak usia < 5 tahun cukup tinggi, insides semakin tinggi sesuai dengan bertambahnya usia. Tidak ada perbedaan yang bermakna dalam gambaran klinis, laboratoris dan komplikasi pada demam tifoid kelompok anak berumur 5 tahun

    Angka Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah Sebelum dan Semasa Krisis Ekonomi; suatu Penelitian di Rumah Sakit

    No full text
    Krisis ekonomi yang terjadi sejak tahun 1997 memberikan dampak yang luas dan meresahkan masyarakat. Masyarakat menduga krisis ekonomi mengakibatkan gizi buruk pada bayi baru lahir dengan indikator bayi berat lahir rendah (BLBR). Ilmu Kesehatan Anak menggunakan kelahiran bayi kecil masa kehamilan (KMK) sebagai indikator gizi buruk pada bayi baru lahir. Kondisi lain yang mengakibatkan kelahiran BBLR adalah prematuritas. Penulis merasa perlu meneliti sejauh mana pengaruh krisis ekonomi terhadap kelahiran BBLR, baik dalam bentuk KMK ataupun prematuritas. Penelitian ini bersifat retrospektif. Subjek penelitian adalah semua BBLR lahir hidup di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung sebelum krisis ekonomi antara Oktober sampai Desember 1998 (kelompok II). Data didapat dari rekam medik. Dari 83 bayi dalam kelompok I didapatkan bayi KMK sebanyak 50 bayi (60%), 28 bayi (55%) tipe simetris; bayi prematur 25 bayi (30%); bayi prematur-KMK 6 bayi (22%). Sedangkan dari 86 bayi dalam kelompok II didapatkan bayi KMK sebanyak 34 bayi (39,5%), 19 (56%) tipe simetris; bayi prematur 45 bayi (52%); bayi prematur-KMK 7 (16%). Berdasarkan uji X_ didapatkan penurunan bermakna dari jumlah bayi KMK pada BBLR semasa krisis ekonomi (p=0,007). Namun di lain pihak terdapat peningkatan bermakna dari jumlah bayi prematur pada BBLR semasa krisis ekonomi (p=0,007). Sedangkan jumlah bayi prematur-KMK pada bayi BBLR sebelum dibandingkan dengan semasa krisis ekonomi tidak didapatkan perbedaan (p=0.384). Dapat disimpulkan bahwa jumlah kelahiran bayi KMK justru mengalami penurunan semasa krisis ekonomi. Sedangkan krisis ekonomi ternyata lebih berdampak pada peningkatan kelahiran bayi prematur yang juga merupakan permasalahan di bidang kesehatan anak
    corecore