12 research outputs found

    Identifikasi Kapang Pada Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis L) Asap Yang Proses Pengolahannya Mengalami Perendaman Dalam Fermentasi Larutan Nira Dan Kulit Kayu Pamuli

    Get PDF
    The processing of smoked skipjack in North Sulawesi aims to improve the quality and shelf life of the fish. This smoked skipjack processed product still has a relatively short shelf life, only around 2-3 days when stored at room temperature. In the processing process, many manufacturers add chemical preservatives which are hazardous materials because they can have a negative impact on human health. The purpose of this study was to determine the effect of immersion in fermented nira solution and pamuli bark on the value of molds. The concentration of the solution that produces the smallest amount of mold can be used as a preservative and natural dye. The study used 4 concentrations of immersion solution, namely 0% concentration (2000 mL of juice), 5% concentration (100 g of bark in 2000 mL of sap), 10% concentration (200 g of bark in 2000 mL of sap) and 15% concentration (300 g bark in 2000 mL sap) and with a storage time of 0.3,6,9 days at room temperature. The research stages included: 1. Fermentation of bark and sap water solution for 4 days, 2. Soaking skipjack tuna in a fermentation solution, 3. Smoking skipjack tuna, 4. Storage at room temperature for 0.3, 6, 9 days. The method used in this research is descriptive exploratory. Parameters analyzed were: Total colony of molds and identification of molds. The results showed that no mold growth on day 0 for all tested concentration. On the 3rd day there was mold growth for 0%, 5% and 10% concentrations. As for the concentration of 15%, mold growth occurred on the 6th day. After being identified based on morphological characteristics, the type of fungus that grows on this smoked skipjack is Fusarium sp.Kata kunci:  Skipjack, Smoked Fish, Nira, Pamuli Wood, Fungi. Pengolahan ikan cakalang asap di Sulawesi Utara bertujuan untuk meningkatkan mutu dan daya awet ikan. Produk olahan cakalang asap ini masih memiliki daya awet yang relatif pendek hanya berkisar antara 2-3 hari apabila disimpan pada suhu ruang. Dalam proses pengolahannya banyak produsen yang menambahkan bahan pengawet kimiawi yang merupakan bahan berbahaya karena dapat memberikan dampak negatif terhadap kesehatan manusia. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh perendaman dalam fermentasi larutan nira dan kulit kayu pamuli terhadap nilai kapang. Konsentrasi larutan yang menghasilkan jumlah kapang terkecil dapat digunakan sebagai pengawet dan pewarna alami. Penelitian menggunakan 4 konsentrasi larutan perendaman yaitu konsentrasi 0% (2000 mL air nira), konsentrasi 5% (100 gr kulit kayu dalam 2000 mL nira), konsentrasi 10% (200 g kulit kayu dalam 2000 mL nira) dan konsentrasi 15% (300 g kulit kayu dalam 2000 mL nira) dan dengan lama penyimpanan 0,3,6,9 hari pada suhu ruang. Tahapan penelitian meliputi: 1. Fermentasi kulit kayu dan larutan air nira selama 4 hari, 2. Perendaman ikan cakalang dalam larutan fermentasi, 3. Pengasapan ikan cakalang, 4. Penyimpanan dalam suhu ruang selama 0,3,6,9 hari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif. Parameter yang dianalisa yaitu: Total koloni kapang dan identifikasi kapang. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: konsentrasi 0%, 5%, 10% dan 15% pada hari ke-0 tidak ada pertumbuhan kapang. Pada hari ke-3 sudah ada pertumbuhan kapang untuk konsentrasi 0%, 5% dan 10%. Sedangkan untuk konsentrasi 15% terjadi pertumbuhan kapang pada hari ke-6. Setelah diidentifikasi berdasarkan ciri morfologi maka jenis jamur yang tumbuh pada cakalang asap ini adalah Fusarium sp.Kata kunci:  Cakalang, Ikan Asap, Nira, Kayu Pamuli, Kapang

    PENGARUH PERENDAMAN AIR NIRA TERHADAP MUTU MIKROBIOLOGIS DAN ORGANOLEPTIK CAKALANG (Katsuwonus pelamis L) ASAP

    Get PDF
    Komoditi hasil laut yaitu ikan sifatnya cepat mengalami pembusukan sehingga diperlukan adanya pengolahan dan pengawetan yang termasuk didalamnya pengasapan. Produk pengasapan dalam hal ini cakalang asap merupakan komoditi andalan Sulawesi Utara. Oleh karena itu, mutu dan keamanan produk ini perlu diperkuat dan dijamin melalui pengendalian mutu dan teknik pengolahan yang tepat. Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah untuk menciptakan pangan fungsional dari produk olahan ikan cakalang asap yang sehat dan aman. Target khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi larutan nira sebagai pengawet dan pewarna alami yang mampu meningkatkan daya awet cakalang asap. Dalam penelitian ini akan digunakan 4 konsentrasi larutan perendaman yaitu konsentrasi 5% (100 gr kulit kayu dalam 2.000 ml air nira), konsentrasi 10% (200gr kulit kayu dalam 2.000 ml air nira), konsentrasi 15% (300 gr kulit kayu dalam 2.000 ml air nira) dan control 0% (2.000 ml air nira tanpa kulit kayu) dengan lama penyimpanan (0, 3, 6, dan 9 hari) pada suhu ruang dan dilakukan dengan 2 kali ulangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif eksploratif yang bertujuan untuk menemukan suatu pengetahuan baru yang sebelumnya belum ada dengan membuat deskripsi/gambaran secara sistematis. Variabel yang diamati meliputi: kadar air, Ph, total bakteri, jamur dan uji organoleptik. Hasil pengujian kadar air menunjukkan bahwa kadar air terendah dengan skor 52,41 pada konsentrasi 15%. Ph terendah pada konsentrasi 15% yaitu 4,63. Total bakteri dengan nilai terendah 2,151 cfu/g ada pada konsentrasi 15%. Untuk keberadaan Jamur pada konsentrasi 15% sampai hari ke-3 belum ditemukan. Uji organoleptik yang meliputi bau, rasa dan warna, hasil yang paling baik terdapat pada konsentrasi 15% dengan skor 8,20. Kesimpulan dari penelitian ini adalah konsentrasi 15% merupakan konsentrasi yang paling baik untuk yang mampu meningkatkan mutu cakalang asap

    KUALITAS IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis L.) ASAP PADA BEBERAPA SENTRA PENGOLAHAN DI SULAWESI UTARA

    Get PDF
    Skipjack tuna “fufu†is a typical North Sulawesi smoked fish. This product is very popular and caught the interest by local residents and domestic tourists. Up until now, there is no uniform quality of skipjack tuna fufu products in the market. The products of smoked fish varied in textures and salty flavors. It is indicated of the lack of processing standard of smoked skipjack which can be used as a benchmark for fish processors. The purpose of this research was to evaluate the quality of smoked skipjack produced by 5 different fish processors in North Sulawesi. Tests were carried out on salt content, moisture content, and sensory of saltiness and texture of fish. The result showed that the salt and moisture content of smoked skipjack obtained from 5 different processors still meet the Indonesian National Standard requirements. The organoleptic test shows a variety of panelist perception of saltiness and texture of smoked fish. Furthermore, there was a very weak correlation between the saltiness value and salt content (r = 0.132) and between the texture and moisture content (r = 0.187). Ikan cakalang fufu merupakan ikan asap khas Sulawesi Utara. Ikan ini semakin digemari dan diminati oleh penduduk lokal maupun wisatawan domestik. Sampai saat ini belum ada produk ikan cakalang fufu dengan mutu yang seragam di pasaran. Produk ikan asap yang dihasilkan memiliki tekstur yang beragam dan rasa asin yang bervariasi. Hal ini karena tidak adanya standard proses pengolahan ikan cakalang fufu yang dapat dijadikan patokan bagi pengolah ikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas ikan Cakalang asap yang dihasilkan oleh 5 tempat pengolahan berbeda di Sulawesi Utara. Pengujian dilakukan terhadap kadar garam, kadar air, dan uji organoleptik terhadap rasa asin dan tekstur ikan. Kadar garam dan kadar air ikan Cakalang asap dari 5 pengolah berbeda masih memenuhi Standar Nasional Indonesia. Uji organoleptik menunjukan bervariasinya penilaian panelis terhadap rasa asin dn tekstur ikan asap. Adanya korelasi yang sangat lemah antara nilai organoleptik rasa asin dan kadar garam (r = 0.132) maupun antara nilai organoleptik tekstur dan kadar air (r=0.187)

    Initial Handling Of Tuna As Raw Material For Canned Fish

    Get PDF
    This study aims to determine histamine levels and organoleptic results from fresh tuna and frozen tuna. The data obtained are presented in the form of histograms and tables are then discussed. The results showed that histamine levels in 3 fresh tuna samples, namely S1, S2, and S3 samples, were below 30 ppm. 3 samples of frozen tuna, namely samples B1, B2, and B3, are also below 30 ppm which is the standard set by the company. This shows that samples from fresh tuna have a lower amount of histamine levels than frozen tuna, so they still meet the export standards of the Food and Drugs Administration (FDA) which is 50 ppm (FDA, 2011) and meet the Indonesian National Standard, SNI 2729: 2013 (BSN, 2013) which is a maximum of 100 ppm. For organoleptic results on 3 samples of fresh tuna and frozen tuna, namely samples 1, 2, and 3 showed organoleptic results from the appearance of the eyes, gills, appearance of body surface mucus, organoleptic results of meat, organ results of odor, organoleptic results of texture have a good value . This shows that samples from fresh tuna and frozen tuna are of good quality and still meet the Indonesian National Standard (SNI 2729:2013) regarding sensory criteria in fish. Keywords: Fresh Tuna, Frozen Tuna, Histamine, Sensory Abstrak Penelitian ini bertujuan mengetahui kadar histamin dan hasil organoleptik dari ikan tuna segar dan ikan tuna beku. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk histogram dan tabel kemudian dibahas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar histamin pada 3 sampel ikan tuna segar yaitu sampel S1, S2, dan S3 dibawah 30 ppm. 3 sampel ikan tuna beku yaitu sampel B1, B2, dan B3 juga dibawah 30 ppm yang merupakan standar yang ditetapkan perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa sampel dari ikan tuna segar memiliki jumlah kadar histamin yang lebih rendah dari pada ikan tuna beku, sehingga masih memenuhi standar ekspor dari Food and  Drugs Administration (FDA) yaitu 50 ppm (FDA, 2011) dan memenuhi Standar Nasional Indonesia, SNI 2729:2013 (BSN, 2013) yaitu maksimal 100 ppm. Untuk hasil organoleptik pada 3 sampel ikan tuna segar dan ikan tuna beku yaitu sampel 1, 2, dan 3 menunjukan hasil organoleptik dari kenampakan mata, insang, kenampakan lendir permukaan badan, hasil organoleptik daging, hasil organoleptik bau,  hasil organoleptik tekstur memiliki nilai yang baik. Hal ini menunjukan bahwa sampel dari ikan tuna segar dan ikan tuna beku  memiliki kualitas baik dan masih memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI 2729:2013) tentang kriteria sensori pada ikan. Kata Kunci:  Tuna Segar, Tuna Beku, Histamin, Sensor

    PENGUJIAN KAPANG DAN BAKTERI PATOGEN PADA IKAN KAYU (KATSUOBUSHI) ASAP CAIR SELAMA PENYIMPANAN

    Get PDF
    Wooden fish products that are usually processed traditionally have a weakness, namely deposit of tar in food ingredients which endangers health and air pollution that is not environmentally friendly. Today's wood processing is the high content of Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH), especially benzopirene which can cause cancer, as an alternative to wood fish processing conducted research using liquid smoke wood fogging technology. The purpose of this study is to calculate the presence of molds and pathogenic bacteria that can contaminate processed fishery products, namely wood fish. The microbial test results showed that the mold value in the lowest range was 2.0x102 on day 0 with a concentration of 4% soaking 30 minutes and the highest value was 1.4x103 on the 30th day with a concentration of 2% immersion 120 minutes. The total plate number of fresh skipjack with a value of 5.8x104 cfu/gram and after being processed into wood fish the lowest ALT value is 2.9x102 cfu/gram on day 0 with a concentration of 2% 120 minutes soaking and a high value of 9.9x102 cfu/gram on the 30th day with a concentration of 8% soaking 30 minutes, testing of pathogenic bacteria showed negative results (none). Chemical testing showed that the lowest water content value was 13% on day 0 with a concentration of 6% and the highest value was 17.25% on day 30 concentration of 2% soaking and 120 minutes. The lowest pH value is 5.38 on day 0 with a concentration of 2% 120 minutes soaking and the highest value is 5.96 on day 15 with a concentration of 2% soaking 30 minutes. The test results showed significant results in the ANOVA test.Keyword: Wood Fish, Liquid Smoke, Microbes. Produk ikan kayu yang biasa diolah secara tradisional memiliki kelemahan yaitu terdepositnya tar pada bahan makanan sehingga membahayakan kesehatan serta adanya polusi udara yang tidak ramah lingkungan. Pengolahan ikan kayu dewasa ini adalah tingginya kandungan senyawa Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH) terutama benzopiren yang dapat menyebabkan kanker, sebagai alternatif dalam pengolahan ikan kayu dilakukan penelitian menggunakan teknologi pengasapan ikan kayu asap cair. Tujuan penelitian ini untuk menghitung keberadaan kapang dan bakteri patogen yang dapat mengkontaminasi produk olahan hasil perikanan yaitu ikan kayu. Hasil pengujian mikroba menunjukkan bahwa nilai kapang pada range paling terendah yaitu 2,0x102 pada hari ke 0 dengan konsentrasi 4% perendaman 30 menit dan nilai tertinggi yaitu 1,4x103 pada hari ke 30 dengan konsentrasi 2% perendaman 120 menit. Angka Lempeng total ikan cakalang segar dengan nilai 5,8x104 cfu/gram dan setelah diolah menjadi ikan kayu nilai ALT terendah yaitu 2,9x102 cfu/gram pada hari ke 0 dengan konsentrasi 2% perendaman 120 menit dan nilai tertinggi yaitu 9,9x102 cfu/gram pada hari ke 30 dengan konsentrasi 8% perendaman 30 menit, pengujian bakteri patogen menunjukkan hasil negatif (tidak ada). Pengujian kimia, menunjukkan bahwa nilai kadar air yang terendah yaitu 13% pada hari ke 0 dengan konsentrasi 6% dan nilai tertinggi yaitu 17,25% pada hari ke 30 konsentrasi 2% perendaman dan 120 menit. Nilai pH yang terendah yaitu 5,38 pada hari ke 0 dengan konsentrasi 2% perendaman 120 menit dan nilai tertinggi yaitu 5,96 pada hari ke 15 dengan konsentrasi 2% perendaman 30 menit. Hasil uji menunjukkan signifikan pada uji anova.Kata kunci: Ikan Kayu, Asap Cair, Mikroba

    Mutu Mikrobiologi Produk Surimi IkanTuna dan Produk Surimi di Pasar Swalayan

    Get PDF
    Surimi is an export product and has a high economic value because it has high quality content, but surimi products can be contaminated. This study aims to determine the moisture content, pH, Total Plate Count, and Salmonella from self-made surimi of tuna fish and surimi from retailed store. The value of self-made surimi is 820 cfu/g as from supermarkets is 120 cfu/g but it meets the Indonesian National Standard, which is max. 50,000 cfu/g. The pH value for self-made surimi is 6.36, and for surimi from retailed store is 7.36. The moisture content of homemade surimi was 75.83% while surimi from retailed store was 70.33%. Furthermore, there is no Salmonella detected of surimi both sample. It can be concluded that both samples can be consumed after proper cooking. Surimi adalah produk ekspor dan memiliki nilai ekonomi tinggi karena memiliki konten berkualitas tinggi, tetapi produk surimi dapat terkontaminasi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar air, pH, Angka Lempeng Total, dan Salmonella dari surimi buatan ikan tuna dan surimi yang diambil dari supermarket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen ikan surimi Tuna adalah (63,50%). Nilai surimi buatan sendiri adalah 820 cfu/g karena dari supermarket adalah 120 cfu/g tetapi memenuhi Standar Nasional Indonesia, yaitu Max. 50.000 cfu/g. Nilai pH untuk surimi buatan sendiri adalah 6.36, dan untuk surimi yang diambil dari supermarket adalah 7.36. Juga, ini menunjukkan bahwa pH surimi buatan rumah bersifat asam sementara surimi dari supermarket basah. Nilai rata-rata untuk kadar air surimi buatan sendiri adalah 75,83% dengan surimi diambil dari supermarket yaitu 70,33% karena surimi diambil dari supermarket, memiliki kadar air lebih rendah dari surimi buatan sendiri. Produk dapat dikonsumsi dengan aman setelah proses pemasakan yang bena

    Kajian Mutu Produk Tuna Steak Beku Di PT. Anping Seafood Indonesia

    Get PDF
    Histamine content is used as an indicator of tuna freshness, this study aims to analyze the quality of fresh tuna (Thunnus albacares) raw materials and the quality after becoming the final product of frozen tuna steak at PT. Anping Seafood Indonesia by calculating histamine levels and organoleptic tests. The method that will be used in this research is descriptive analysis. The organoleptic test results data from the responses of 6 panelists to the raw materials of fresh tuna were all very fresh and met the SNI 01-2346-2015 standard. The data of organoleptic test results on frozen tuna steak products in the first production, second production in the third production sample obtained nothing that exceeded the SNI standard limit. The organoleptic value of frozen tuna steak products meets the organoleptic quality requirements. Histamine levels of fresh tuna raw materials and histamine levels of frozen tuna steak products obtained from the three productions met the quality and food safety requirements (SNI 01-4485.1-2006).Keywords: Fresh Tuna, Loin, Steak, Histamine, Organolepti

    KUANTIFIKASI BAKTERI ASAM LAKTAT PADA CAKALANG(Katsuwonus pelamis L) ASAP HASIL MODIFIKASI

    Get PDF
    Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah untuk menciptakan produk ikan cakalang asap khas Sulawesi Utara yang sehat, aman, bebas karsinogenik karena tanpa adanya bahan pengawet sintetis. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi larutan mana yang memiliki jumlah Bakteri Asam Laktat paling banyak sehingga dapat dijadikan pengawet dan pewarna alami. Dalam penelitian ini digunakan 4 konsentrasi larutan perendaman yaitu konsentrasi 5%(100gr kulit kayu pamuli dalam 2000ml air nira), konsentrasi 10%( 200gr kulit kayu pamuli dalam 2000ml air nira), konsentrasi 15%(300gr kulit kayu pamuli dalam 2000ml air nira) dan control 0% (2000ml air nira tanpa kulit kayu) dengan lama penyimpanan (0,3,6,9 hari) pada suhu ruang dan dilakukan 2 kali ulangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif eksploratif . Variabel penelitian yaitu Total Bakteri Asam Laktat. Hasil yang didapatkan adalah Total Koloni Bakteri Asam Laktat tertinggi pada konsentrasi 15% sebanyak 4,940 cfu/g sedangkan terendah pada konsentrasi 0% sebanyak 3,465 cfu/g. Kesimpulannya adalah konsentrasi 15% dapat dijadikan sebagai pengawet dan pewarna alami karena memiliki jumlah Bakteri Asam laktat tertinggi. Saran dalam penelitian ini adalah dilakukan penelitian lanjutan mengenai jenis Bakteri Asam laktat yang dihasilka

    MUTU MIKROBIOLOGI DAN KIMIA DARI PRODUK PASTA (intermediet product) PENYEDAP RASA ALAMI YANG DISIMPAN PADA SUHU RUANG DAN SUHU DINGIN

    Get PDF
    Produk pasta (intermediet product) penyedap rasa alami merupakan bahan dasar bumbu dari sebagian kecil produk pasta penyedap rasa ikan Cakalang untuk menjadi pasta semi preserve. Tujuan penelitian ini untuk menghitung dan menganalisis Angka Lempeng Total (ALT) serta kadar air dan pH. Metode yang digunakan pasta sampel suhu ruang diambil pada 0, 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 hari, sedangkan suhu ruang diambil pada 0, 2, 4, 6, 8, 10, 15, 20, 25, dan 30 hari. Hasil menunjukkan bahwa pasta penyedap alami yang disimpan pada suhu ruang masih layak hingga 5 hari (8,9 x 103 CFU/g) tetapi tidak untuk 6 hari (1,2 x104 CFU/g) karena sudah melebihi SNI, dan pada suhu dingin masih layak hingga 30 hari (6,5 x 103 CFU/g). Kadar air pada suhu ruang memiliki nilai signifikan yaitu 63,5-74,5%, sedangkan pada suhu dingin tidak signifikan yaitu 58,0-70,5%. Analisis pH pada suhu ruang tidak signifikan yaitu 5,40-5,62 dan pada suhu dingin signifikan yaitu 5,43-5,66

    Kajian Pengaruh Penggunaan Kulit Buah Naga Sebagai Pewarna dan Pengawet Alami Terhadap Mutu Cakalang (Katsuwonus pelamis L) Asap: Study of the Effect of Dragon Fruit Peel as a Natural Colorant and Preservative on the Quality of Smoked Skipjack (Katsuwonus pelamis L)

    No full text
    Komoditas perikanan tangkap di Sulawesi Utara yang menjadi unggulan yaitu ikan cakalang, ikan tuna dan ikan layang. Dari ketiga sumberdaya perikanan tersebut ikan cakalang yang paling melimpah karena hasil tangkapannya paling banyak sehingga perlu adanya pengolahan dan pengawetan. Salah satu bentuk pengawetan yang dilakukan yaitu pengasapan. Ikan cakalang asap yang merupakan produk unggulan Sulawesi Utara sangat digemari baik di dalam negeri maupun mancanegara sehingga untuk membuat cakalang asap lebih memiliki daya tarik dalam hal penampakan warna serta memiliki daya awet yang lama banyak produsen masih menggunakan pewarna merah sintetis Rhodamin B (Abdul, G.A, dkk, 2022). Penggunaan Rhodamin B sebagai pewarna pada ikan cakalang tentu saja sangat tidak diperbolehkan mengingat fungsinya hanya sebagai pewarna tekstil dan kertas sehingga apabila dikonsumsi manusia dapat memberikan dampak negatif terhadap kesehatan manusia. Oleh karena itu saat ini sangat dibutuhkan pewarna alami yang dapat digunakan pada cakalang asap.  Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian ini yaitu menggunakan larutan kulit buah naga sebagai pewarna alami karena dalam kulit buah naga terkandung pigmen merah antosianin (Handayani, A.P, 2012). Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh 3 konsentrasi larutan kulit buah naga terhadap mutu cakalang asap dari segi pH, kadar air, Kapang dan Organoleptik sehingga dengan demikian akan didapatkan konsentrasi larutan mana yang paling baik untuk digunakan pada cakalang asap sehingga akan diperoleh cakalang asap yang bermutu, sehat dan bergizi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif eksploratif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan/ menggambarkan suatu fenomena yang ada dan hasilnya disajikan dalam bentuk grafik, tabel, angka, gambar dan laporan (Purba, E.F, 2012). Adapun variable yang akan dianalisa yaitu: Total Kapang dan Organoleptik. Tahapan penelitian meliputi: 1. Pembuatan konsentrasi larutan kulit buah naga (10%= 1kg kulit buah naga dalam 9 liter aquades, 20%= 2kg kulit buah naga dalam 8 liter aquades, 30%= 3kg kulit buah naga dalam 7 liter aquades), 2. Perendaman ikan cakalang dalam 3 konsentrasi larutan kulit buah naga dengan lama perendaman 10 menit,  3. Pengasapan ikan cakalang, 4. Analisa kadar air, ph, total kapang dan organoleptik selama penyimpanan 2, 3, 4 hari.  Penelitian ini dilakukan dengan 2 kali ulangan.&nbsp
    corecore