48 research outputs found

    The Effect of Hydrothermal Treatment on the Biological Properties of Anting-Anting (Acalypha indica Linn.) Plant Extract Containing Carbon Dots

    Get PDF
    Anting-anting plant (Acalypha indica Linn.) is shrubs that grow as a weed in most parts of tropical countries. The plant has a record of ethno-pharmacological uses by native Asians, the plant has especially been used widely in the therapeutically practice in India. Owing to its rich biological active compounds content, Acalypha indica is rendered as a wild-plants with excellent antioxidant activities. In this work, hydrothermal extraction was performed to obtained liquid products containing high biological active compounds and carbon dots from Acalypha indica plant powder. The effect of hydrothermal temperature of 100, 110, 120, 130, and 140°C was evaluated on the optical properties and biological activity of the resultant liquid products from A. indica. The results imply that the liquid products obtained at highest investigated hydrothermal temperature of 140°C  had the highest total phenolic and total flavonoid content, specifically the calculated total phenolic content is 5.50 mg GAE/g and total flavonoid content is 0.53 mg QE/g; that is higher than the non-hydrothermally treated extract. Owing to the high biological active compounds, the liquid products also show high radical scavenging activity, that is 78.5% against DPPH and 47.2% against superoxide radicals. The antibacterial assays show that the liquid product obtained from hydrothermal treatment at 140°C has better activity than the extract, with inhibition rate of 61.1 and 97.2% against Escherichia coli and Staphylococcus aureus, respectively

    A Review of the Development and Role of Heterogeneous Catalysts for Biodiesel Production

    Get PDF
    Indonesian regulations regarding the implementation of B30 encourage a significant increase in biodiesel demand. Moreover, this implementation will continue to be increased to B35 in 2025 and is projected to reach B100 in 2045. This high demand for biodiesel needs to be supported by the development of adequate biodiesel production technology where the catalyst is one aspect that plays an important role in biodiesel production. The use of catalysts aims to accelerate biodiesel production so that high biodiesel yields and good quality are achieved. In biodiesel production, the choice of catalyst greatly influences the operating conditions, the products produced, the subsequent purification process, and the environmental impacts. Moreover, the changing trend in biodiesel raw materials from food to non-food ingredients requires the development of catalysts that are more suitable for the raw materials used in biodiesel production. The specific characteristics of each catalyst play an important role in the transesterification reaction to produce biodiesel where this needs to be supported and adapted to optimum operating conditions, especially in terms of alcohol-to-oil molar ratio, catalyst amount, temperature, pressure, and reaction time. This review provides a comprehensive overview of the various heterogeneous catalysts used to assist the transesterification reactions in biodiesel production

    DISEMINASI TEKNOLOGI TEPAT GUNA ALAT PENGOLAH MINYAK JELANTAH MENJADI BIODIESEL BAGI MASYARAKAT KECAMATAN JAMBANGAN SURABAYA

    Get PDF
    Abstrak: Minyak goreng bekas pakai atau minyak jelantah merupakan salah satu limbah rumah tangga terbesar di Indonesia. Minyak jelantah yang dibuang sembarangan dapat mencemari lingkungan. Masyarakat di kecamatan Jambangan, kota Surabaya sangat menyadari dampak buruk dari pencemaran minyak jelantah terhadap lingkungan. Karena itulah diinginkan mengolah minyak jelantah yang telah dikumpulkan sebagai bahan bakar biodiesel. Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Jambangan agar tidak membuang secara sembarangan limbah minyak jelantah sehingga dapat menurunkan jumlah limbah minyak jelantah yang dibuang ke lingkungan. Metode kegiatan yang dilaksanakan adalah melakukan edukasi berupa pemberian materi dan praktek cara mengubah limbah minyak jelantah menjadi biodiesel menggunakan alat pengolah minyak jelantah. Untuk memudahkan pengoperasian alat pengolah minyak jelantah ini, didampingi dengan manual penggunaannya yang disusun menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat sehingga dapat belajar secara mandiri. Mitra yang terlibat dalam kegiatan ini adalah Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat (IPSM) Jambangan dan masyarakat kelurahan Karah, kecamatan Jambangan. Hasil dari aktivitas ini, masyarakat kecamatan Jambangan Surabaya dapat mempraktekkan langsung proses pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel. Bahkan dalam hasil evaluasi kuesionernya, mayoritas yaitu sebanyak 72% ingin mengikuti kompetisi di wilayahnya dengan memanfaatkan alat pengolah minyak jelantah ini. Hal ini tentunya menunjukkan apresiasi yang luarbiasa terhadap kegiatan abdimas ini.Abstract: Used cooking oil residue or known as ‘jelantah’ oil is one of the largest household wastes in Indonesia. Used cooking oil residue that is thrown away carelessly can pollute the environment. People in Jambangan sub-district, Surabaya city are very aware of the negative impact of used cooking oil pollution on the environment. That's why it is desirable to process the collected ‘jelantah’ oil as biodiesel fuel. The aim of this community service is to increase awareness of the Jambangan community not to carelessly dispose of used cooking oil waste so that it can reduce the amount of used cooking oil waste that is thrown into the environment. The method of activity is to provide education in the form of providing material and practice on how to convert used cooking oil waste into biodiesel using used cooking oil processing equipment. To make it easier to operate this used cooking oil processing tool, it is accompanied by a manual for its use which is prepared using language that is easy for the public to understand so that they can learn independently. The partners involved in this activity are the Jambangan Community Social Workers Association (IPSM) and the community of Karah - Jambangan sub-district. As a result of this activity, the people of Jambangan Surabaya sub-district can directly practice the process of ‘jelantah’ oil into biodiesel. Even in the results of the questionnaire evaluation, the majority, namely 72%, wanted to take part in competitions in their area using this used ‘jelantah’ oil processing equipment. This certainly shows extraordinary appreciation for this community service activity

    Produksi γ-valerolactone (gvl) dari Levulinic acid kapasitas produksi : 73.007,94 ton GVL/tahun

    Full text link
    Gamma-valerolactone merupakan salah satu bahan kimia yang berpotensi untuk digunakan dalam proses industri, khususnya industri bahan bakar dan polimer. Pada saat ini diketahui konsumsi bahan bakar minyak terus meningkat sehingga membutuhkan bantuan bahan bakar minyak impor, maka dari itu produksi gamma- valerolactone yang diproduksi dari pabrik ini akan ditargetkan sebagai blending bahan bakar untuk bensin konvensional yang saat ini. Metode yang digunakan dalam proses produksi adalah konversi dengan tahapan dehidrasi dan hidrogenasi pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu oleh katalis bersifat asam yaitu Amberlyst 70. Dengan jalur konversi tersebut, levulinic acid akan menghasilkan produk gamma-valerolactone dengan yield yang tinggi. Proses produksi diawali dengan proses dehidrasi levulinic acid yang menghasilkan angeliica lactone pada suhu 150°C dan tekanan 30 bar, Amberlyst 70 berperan sebagai katalis untuk proses dehidrasi yang nantinya akan menghasilkan H2O. Angelica lactone yang dari proses dehidrasi akan dilanjutkan tahap hidrogenasi dengan bantuan katalis Amberlyst 70 pada suhu reaksi 200°C dan tekanan 50 bar. Setelah proses hidrogenasi, angelica lactone akan berubah menjadi gamma- valerolactone, 1,4-pentanediol, dan 2-Methyltetrahydrofuran. Cairan fase organik yang telah terpisah tersebut kemudian dialirkan menuju kolom distilasi untuk memisahkan produk utama (gamma-valerolactone) dari produk samping (1,4- pentanediol dan 2-Methyltetrahydrofuran) yang terbentuk. Produk utama dan sampingan disimpan dalam tangki penyimpanan terpisah yang kemudian dikemas dalam drum untuk dijual ke PT. Pertamina. Pra-rencana pabrik gamma-valerolactone pada tekanan tinggi ini memiliki rincian sebagai berikut: Produksi : Gamma-valerolactone dari levulinic acid Kapasitas produksi : 73.007,94 ton gamma-valerolactone per tahun Hari Kerja Efektif : 330 hari/tahun Masa Konstruksi : 2 tahun Waktu mulai beroperasi: Tahun 2017 Bahan baku : levulinic acid Kapasitas Bahan Baku : 90.264,930 ton/tahu

    Prarencana pabrik produksi γ-valerolactone (gvl) dari levulinic acid kapasitas produksi : 73.007,94 ton gvl/tahun

    Get PDF
    Gamma-valerolactone merupakan salah satu bahan kimia yang berpotensi untuk digunakan dalam proses industri, khususnya industri bahan bakar dan polimer. Pada saat ini diketahui konsumsi bahan bakar minyak terus meningkat sehingga membutuhkan bantuan bahan bakar minyak impor, maka dari itu produksi gamma- valerolactone yang diproduksi dari pabrik ini akan ditargetkan sebagai blending bahan bakar untuk bensin konvensional yang saat ini. Metode yang digunakan dalam proses produksi adalah konversi dengan tahapan dehidrasi dan hidrogenasi pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu oleh katalis bersifat asam yaitu Amberlyst 70. Dengan jalur konversi tersebut, levulinic acid akan menghasilkan produk gamma-valerolactone dengan yield yang tinggi. Proses produksi diawali dengan proses dehidrasi levulinic acid yang menghasilkan angeliica lactone pada suhu 150°C dan tekanan 30 bar, Amberlyst 70 berperan sebagai katalis untuk proses dehidrasi yang nantinya akan menghasilkan H2O. Angelica lactone yang dari proses dehidrasi akan dilanjutkan tahap hidrogenasi dengan bantuan katalis Amberlyst 70 pada suhu reaksi 200°C dan tekanan 50 bar. Setelah proses hidrogenasi, angelica lactone akan berubah menjadi gamma- valerolactone, 1,4-pentanediol, dan 2-Methyltetrahydrofuran. Cairan fase organik yang telah terpisah tersebut kemudian dialirkan menuju kolom distilasi untuk memisahkan produk utama (gamma-valerolactone) dari produk samping (1,4- pentanediol dan 2-Methyltetrahydrofuran) yang terbentuk. Produk utama dan sampingan disimpan dalam tangki penyimpanan terpisah yang kemudian dikemas dalam drum untuk dijual ke PT. Pertamina. Pra-rencana pabrik gamma-valerolactone pada tekanan tinggi ini memiliki rincian sebagai berikut: Produksi : Gamma-valerolactone dari levulinic acid Kapasitas produksi : 73.007,94 ton gamma-valerolactone per tahun Hari Kerja Efektif : 330 hari/tahun Masa Konstruksi : 2 tahun Waktu mulai beroperasi: Tahun 2017 Bahan baku : levulinic acid Kapasitas Bahan Baku : 90.264,930 ton/tahu

    Produksi γ-valerolactone (gvl) dari Levulinic acid kapasitas produksi : 73.007,94 ton GVL/tahun

    Get PDF
    Gamma-valerolactone merupakan salah satu bahan kimia yang berpotensi untuk digunakan dalam proses industri, khususnya industri bahan bakar dan polimer. Pada saat ini diketahui konsumsi bahan bakar minyak terus meningkat sehingga membutuhkan bantuan bahan bakar minyak impor, maka dari itu produksi gamma- valerolactone yang diproduksi dari pabrik ini akan ditargetkan sebagai blending bahan bakar untuk bensin konvensional yang saat ini. Metode yang digunakan dalam proses produksi adalah konversi dengan tahapan dehidrasi dan hidrogenasi pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu oleh katalis bersifat asam yaitu Amberlyst 70. Dengan jalur konversi tersebut, levulinic acid akan menghasilkan produk gamma-valerolactone dengan yield yang tinggi. Proses produksi diawali dengan proses dehidrasi levulinic acid yang menghasilkan angeliica lactone pada suhu 150°C dan tekanan 30 bar, Amberlyst 70 berperan sebagai katalis untuk proses dehidrasi yang nantinya akan menghasilkan H2O. Angelica lactone yang dari proses dehidrasi akan dilanjutkan tahap hidrogenasi dengan bantuan katalis Amberlyst 70 pada suhu reaksi 200°C dan tekanan 50 bar. Setelah proses hidrogenasi, angelica lactone akan berubah menjadi gamma- valerolactone, 1,4-pentanediol, dan 2-Methyltetrahydrofuran. Cairan fase organik yang telah terpisah tersebut kemudian dialirkan menuju kolom distilasi untuk memisahkan produk utama (gamma-valerolactone) dari produk samping (1,4- pentanediol dan 2-Methyltetrahydrofuran) yang terbentuk. Produk utama dan sampingan disimpan dalam tangki penyimpanan terpisah yang kemudian dikemas dalam drum untuk dijual ke PT. Pertamina. Pra-rencana pabrik gamma-valerolactone pada tekanan tinggi ini memiliki rincian sebagai berikut: Produksi : Gamma-valerolactone dari levulinic acid Kapasitas produksi : 73.007,94 ton gamma-valerolactone per tahun Hari Kerja Efektif : 330 hari/tahun Masa Konstruksi : 2 tahun Waktu mulai beroperasi: Tahun 2017 Bahan baku : levulinic acid Kapasitas Bahan Baku : 90.264,930 ton/tahu

    Aplikasi metal organic framework MIL-53 Al untuk adsorpsi multi-ion pada air laut

    Full text link
    Metal-Organic Framework (MOF) digunakan sebagai adsorben dalam proses desalinasi. Dalam penelitian ini, MIL-53 Al digunakan untuk menghilangkan ion dari air laut. MIL-53 dibuat menggunakan prekursor Al(NO3)3.9H2O, yang dilarutkan dengan etanol-air, kemudian ditambahkan ligan dengan perbandingan logam dan ligan 1:1,5. Kristalografi MIL-53(Al) diselidiki menggunakan analisis difraksi sinar-X untuk mendapatkan struktur kristal yang jelas sebelum dan sesudah aktivasi. Kemampuan adsorpsi MIL-53(Al)(ht) diuji untuk adsorpsi ion dari air laut pada 303 K. Efisiensi penyisihan MIL-53(Al)(ht) terhadap multi-ion adalah 20,5% dengan kapasitas adsorpsi 147,7 mg ion/g MIL-53. Penyisihan adsorpsi ion pada MIL-53(Al)(ht) mengikuti urutan Cl- > Na+ > SO42- > Mg2+ > K+ > Ca2+. Penggunaan kembali MIL-53(Al)(ht) juga diselidiki, dan hasilnya menunjukkan bahwa kapasitas adsorpsinya menurun secara signifikan setelah siklus pertama adsorpsi/desorpsi

    Investigation of heavy metal adsorption in binary system by nanocrystalline cellulose – Bentonite nanocomposite: Improvement on extended Langmuir isotherm model.

    Get PDF
    The preparation of NCC – bentonite nanocomposite using waste paper as the source of NCC was conducted in this study. The adsorption performance of the composite was tested for the removal of Pb(II)and Hg(II) from aqueous solution in single and binary systems. Langmuir and Freundlich adsorption isotherms were employed to correlate pure component adsorption isotherm. Langmuir equation can represent the experimental data better than Freundlich, the qm for lead is higher than mercury in both systems (single system qm = 0.44 mmol/g (Pb) and 0.23 mmol/g (Hg) for composite). All systems exhibit endothermic process, except for bentonite which shows the exothermic process. The modification of extended Langmuir model for a binary system with the inclusion of fractional loading and heat of adsorption was proposed in this study. The modified extended Langmuir model could represent the experimental data better than original extended Langmuir equation

    Nanocrystalline cellulose from waste paper: Adsorbent for azo dyes removal

    Full text link
    The preparation of nanocrystalline cellulose from waste printed papers as adsorbent was conducted using organic solvent. The synthesize of nanocrystalline cellulose is characterized by Fourier transform-infra red (FTIR), scanning electron microscopy (SEM), and transmission electron microscopy (TEM). Hydroxynaphtol blue and congo red in aqueous solutions are used as sorbate in this study to test the single system adsorption capacity of nanocrystalline cellulose using Langmuir and Freundlich isotherm models at 30, 40, and 50 °C. Kinetic study are quantified using pseudo-first order and pesudo-second order models. The adsorption of both azo dyes resulted in negative value of ΔG° which shows spontaneous adsorption of both azo dyes onto adsorbent active sites. Higher temperature increase the adsorption of dyes represents the endothermic nature of adsorption and randomness of adsorbent-solution interface
    corecore