3 research outputs found
MENGENALI NEURITIS OPTIK POST-PARTUM PADA DAERAH TERPENCIL: SEBUAH LAPORAN KASUS
Latar Belakang: Neuritis optik adalah suatu proses inflamasi demielinisasi yang menyebabkan gangguan penglihatan mendadak yang bisa timbul pada satu maupun kedua mata secara simultan maupun berturut-turut.
Kasus: Seorang wanita berusia 22 tahun datang ke Poliklinik Saraf dengan keluhan utama kehilangan penglihatan mendadak pada kedua mata secara bersamaan sejak 2 hari. Keluhan tambahan berupa nyeri kepala dan pusing. Pasien dalam kondisi post-partum hari ke-7 saat onset. Tidak ada masalah selama kehamilan maupun proses persalinan. Visus pada pemeriksaan awal 1/300 pada kedua mata. Pasien kemudian rawat inap dan diberikan kortikosteroid dosis tinggi. Setelah perawatan, pasien pulang dengan visus menjadi lebih dari 6/60.
Diskusi: Pasien ini mungkin memiliki defisiensi B6, B12, dan asam folat yang dapat menyebabkan proses demielinisasi nervus optikus. Mungkin juga merupakan manifestasi awal dari Sklerosis Multipel, suatu proses autoimun yang muncul saat periode post-partum.
Kesimpulan: Kehamilan memiliki efek protektif terhadap penyakit autoimun, sedangkan periode post-partum rentan terhadap penyakit autoimun. Pasien ini sedang dalam periode post-partum sehingga lebih rentan terhadap penyakit ini.
Kata Kunci: Neuritis Optik, Post-Partum, Kehilangan Penglihatan Mendada
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU MASYARAKAT TENTANG EPILEPSI DI KECAMATAN KEWAPANTE, KABUPATEN SIKKA
Latar belakang: Rendahnya pengetahuan masyarakat akan epilepsi berpengaruh buruk terhadap kualitas hidup penyandang epilepsi.
Tujuan: Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan perilaku masyarakat Kecamatan Kewapante terhadap epilepsi.
Metode Penelitian: Studi deskriptif terhadap 160 orang pada bulan September β November 2018 di Kecamatan Kewapante dengan teknik cluster random sampling dan menggunakan kuesioner.
Hasil: Dari 160 responden, 70.6% berjenis kelamin perempuan, 38.1% berpendidikan terakhir tamat SD, 29% berada dalam kelompok usia 26 β 35 tahun, dan 30% bekerja sebagai ibu rumah tangga. Seluruh responden pernah mendengar atau mengetahui mengenai epilepsi, dan 68.1% pernah melihat serangan epilepsi. Sebanyak 60.6% mengatakan gangguan saraf sebagai penyebab epilepsi dan 66.3% percaya epilepsi dapat disembuhkan. Seluruh responden mengetahui serangan epilepsi sebagai kejang. Sekitar 61.9% responden keberatan jika anak mereka berinteraksi dengan penyandang epilepsi, 79.4% menolak anggota keluarga mereka menikah dengan penyandang epilepsi, 68.1% melarang penyandang epilepsi memiliki pekerjaan yang sama dengan orang lain, dan 71.9% menganggap penyandang epilepsi boleh memiliki anak.
Simpulan
Seluruh responden warga Kecamatan Kewapante mengetahui serangan epilepsi sebagai kejang, namun perilaku masyarakat terhadap penyandang epilepsi masih beragam. Diperlukan penyebaran edukasi lebih lanjut mengenai epilepsi.
Kata kunci: Epilepsi; Pengetahuan; Perilak
PENENTUAN STROKE HEMORAGIK DAN NON-HEMORAGIK MEMAKAI SKORING STROKE
Latar belakang: Manajemen stroke yang rasional harus berdasarkan jenis stroke sehingga sangat penting untuk membedakan antara stroke hemoragik dan non-hemoragik. Di rumah sakit yang tidak memiliki fasilitas neuroimaging dapat digunakan skor stroke untuk membedakan antara stroke hemoragik dan non-hemoragik.
Objektif: Bertujuan mengetahui tingkat sensitifitas dan spesifisitas skor strokeyang diperkenalkan oleh Nuartha.
Metode: Uji diagnostik dikerjakan secara prospektif pada 167 penderita stroke akut periode Juli 2002 β Juni 2003 di Lab/SMF Neurologi Rumah Sakit Sanglah, Denpasar. Berdasarkan skor stroke, sampel dikelompokkan menjadi stroke hemoragik dan non-hemoragik, dengan CT-Scan otak sebagai standar baku. Perbedaan karakteristik kedua kelompok dianalisis dengan uji t dan chi-square,memakai program SPSS 11.0 dengan tingkat kemaknaan p<0,05.
Hasil: Kelompok stroke hemoragik dan non-hemoragik tidak berbeda bermakna dalam hal jenis kelamin (laki-laki 24,0% berbanding 37,1%) dan rerata umur 62,2 Β±11,0 berbanding 62,1 Β± 13,4 tahun. Skor stroke dengan rentang nilai 16-24 sebagai stroke hemoragik memiliki tingkat sensitifitas 90,0%, dan tingkat spesifisitas 98,1%.
Simpulan: Skor Stroke Nuartha dapat digunakan sebagai alat bantu diagnostik untuk membedakan stroke hemoragik dan non hemoragik bila fasilitas neuroimaging tidak tersedia, terutama pada sarana kesehatan lini pertama.
Kata Kunci: Stroke, Skoring Stroke, Stroke Hemoragik, Stroke Non Hemoragik, CT Scan Ota