70 research outputs found
Potensi tomat lokal Indonesia dalam pembuatan pasta tomat menggantikan pasta tomat impor
Pasta tomat merupakan bahan dasar saos tomat. Selama ini bangsa Indonesia mengimpor pasta tomat karena produktivitas dan ketersediaan buah tomat tidak kontinyu. Kandungan gizi dan vitamin dalam buah tomat akan rusak selama proses pemanasan pada temperatur tinggi pada pembuatan pasta tomat. Penggunaan temperatur yang lebih rendah dapat mengurangi kerusakan vitamin tetapi membutuhkau waktu pemanasan yang lebih lama. Semakin lama waktu pemanasan jumlah vitamin yang rusak akan semakin bertambah. Oleh karena itu pada penelitian ini dicari jenis tomat yang dapat digunakan sebagai bahan baku pasta tomat dan dicari kondisi optimum dati proses pembuatan pasta tomat ditinjau dari kandungan vitamin A dan C serta kandungun padatan terlarut seperti yang telah ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia.
Ada 2 (dua) tahap percobaan yang dilakukan, vaitu penentuan jenis tomat sebagai bahan baku pasta tomat dan pembuatan pasta tomat itu sendiri. Pada tahap pertama, dipilih jenis tomat yang dapat memberikan kadar padatan terbanyak. Jenis tomat yang digunakan: tomat biasa, apel, gondol dan ceri. Pada tahap kedua, bubur tomat dipanaskan pada temperatur tertentu sampai menjadi pasta tomat. Tiap selang waktu 30 menit dianalisa kadar vitamin A, C dan padatan terlarutnya.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa kadar padatan terbesar terdapat dalam tomat ceri pasar yaitu 27% dan terkecil adalah tomat gondol sebesar 23%. Karena perbedaan kandungan padatan yang tidak berbeda jauh maka ditetapkan bahwa semua jenis totnat dapat digunakan sebagai bahan baku pasta tomat. Semakin lama waktu pemanasan dan semakin tinggi temperatur pemanasan akan merusak vitamin A dan C. Pada temperatur pemanasan 90oC selama 240 menit dapat merusak vitamin A sampai 97% dan vitamin C mencapai 95%. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa jenis tomat biasa, apel, gondola ataupun ceri dapat digunakan sebagai bahan baku pasta tomat impor. Kondisi optimum pembuatan pasta tomat adalah temperature 40oC selama 50 menit
Pengaruh Suhu dan Waktu Pemanasan terhadap Kandungan Vitamin A dan C pada Proses Pembuatan Pasta Tomat
Buah tomat (Lycopersicum esculentum Mill) termasuk sayuran buah yang banyak disukai karena rasanya
enak dan segar. Kualitas tomat dapat ditinjau dari rasa manis, asam, kekenyalan, dan jumlah air buah. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mempelajari hubungan suhu dan waktu pemanasan terhadap kadar vitamin A dan C dan untuk mengetahui suhu pemanasan yang optimum serta mempelajari kinetika degradasi termal pada pembuatan pasta tomat. Metode penelitian ini sebagai berikut mula-mula tomat yang sudah diblender dipanaskan dengan suhu tertentu, tiap selang waktu tertentu sampel diambil untuk dianalisis kadar vitamin C, A dan kadar padatan terlarut. Selain itu juga dianalisis konsentrasi vitamin C dalam tomat. Analisis ini dilakukan dengan beberapa metode antara lain titrasi iodometri, dan analisis dengan spektrofotometer. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa:
1. semakin lama waktu pemanasan kadar padatan terlarut dalam pasta tomat semakin besar sehingga dan nilai kadar tersebut sesuai dengan SNI 01-3546-2004 yaitu minimum 24%. Untuk pengaruh suhu pemanasan yang semakin tinggi maka penurunan kadar vitamin C semakin besar, dan juga penurunan kadar vitamin A semakin besar akibat terdegradasi oleh panas;
2. reaksi degradasi termal vitamin C dalam pasta tomat mengikuti reaksi orde satu, sehingga diperoleh nilai ko
dan E untuk reaksi tersebut adalah ko=0,6126 menit -1dan E=3.292,08 cal/mol
Pengaruh Suhu dan Waktu Pemanasan terhadap Kandungan Vitamin A dan C Pada Proses Pembuatan Pasta Tomat
Buah tomat (Lycopersicum esculentum Mill) termasuk sayuran buah yang banyak disukai karena rasanya
enak dan segar. Kualitas tomat dapat ditinjau dari rasa manis, asam, kekenyalan, dan jumlah air buah. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mempelajari hubungan suhu dan waktu pemanasan terhadap kadar vitamin A dan C dan untuk mengetahui suhu pemanasan yang optimum serta mempelajari kinetika degradasi termal pada pembuatan pasta tomat. Metode penelitian ini sebagai berikut mula-mula tomat yang sudah diblender dipanaskan dengan suhu tertentu, tiap selang waktu tertentu sampel diambil untuk dianalisis kadar vitamin C, A dan kadar padatan terlarut. Selain itu juga dianalisis konsentrasi vitamin C dalam tomat. Analisis ini dilakukan dengan beberapa metode antara lain titrasi iodometri, dan analisis dengan spektrofotometer. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa:
1. semakin lama waktu pemanasan kadar padatan terlarut dalam pasta tomat semakin besar sehingga dan nilai kadar tersebut sesuai dengan SNI 01-3546-2004 yaitu minimum 24%. Untuk pengaruh suhu pemanasan yang semakin tinggi maka penurunan kadar vitamin C semakin besar, dan juga penurunan kadar vitamin A semakin besar akibat terdegradasi oleh panas;
2. reaksi degradasi termal vitamin C dalam pasta tomat mengikuti reaksi orde satu, sehingga diperoleh nilai ko
dan E untuk reaksi tersebut adalah ko=0,6126 menit -1dan E=3.292,08 cal/mol
A Review of Biofuels and Their Positive Impacts on Health and the Environment
Indonesia's high population and rapid economic growth are driving a major transformation in the transportation sector, which is in line with the high increase in fuel demand. The need for biofuel as a substitute for conventional fuel is increasingly being prioritized by considering sustainable development goals (SGDs). Biofuel has safer health and environmental impacts than conventional fuel but still has fuel performance that meets fuel standards and engine performance. Biofuels can be derived from a variety of more sustainable and abundant raw materials, such as biomass and vegetable oils. In this review biodiesel, hydrogenated vegetable oil (HVO), and direct vegetable oil (SVO) are discussed in depth regarding the transformation of their production processes and their impacts on health and the environment. Biodiesel is one of the most widely developed and implemented compared to HVO and SVO to encourage the use of renewable energy in various aspects of people's lives in Indonesia. These three biofuels have different fuel characteristics and performance but can continue to be developed in the future to increase the implementation of renewable energy more massively
PENYULUHAN TEKNOLOGI BRIKET BIOARANG DARI SAMPAH ORGANIK BAGI KADER LINGKUNGAN
Abstrak: Diseminasi teknologi pembuatan briket bioarang dari sampah organik telah diberikan untuk warga dan kader lingkungan RW 03 Kelurahan Tambak Rejo, Kecamatan Simokerto, Kota Surabaya. Hal ini sangat penting mengingat wilayah RW 03 Kelurahan Tambak Rejo Surabaya, yang menjadi mitra kegiatan ini, merupakan daerah pemukiman padat penduduk dengan banyak tanaman perindang sehingga banyak dihasilkan sampah daun-daun tanaman. Selama ini, daun-daun tersebut hanya dibuang atau dibakar saja. Sementara itu, sebagian warga (mitra) belum memiliki pekerjaan tetap sehingga lebih daripada 50% warganya masuk dalam kategori masyarakat berpenghasilan rendah. Oleh karena itu, kegiatan ini ditujukan untuk membantu RW 03 Kelurahan Tambak Rejo, dalam hal ini sebagai mitra kegiatan, untuk menangani permasalahan sampah organik dan sekaligus memberikan peluang usaha/kerja dengan mengolah sampah organik tersebut menjadi produk energi alternatif yaitu briket bioarang. Untuk mencapai tujuan tersebut, tahapan kegiatan meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanan pembuatan briket, dan tahap evaluasi kegiatan. Sistem evaluasi yang digunakan untuk mengukur kinerja kegiatan adalah dengan membagikan kuisioner kepada mitra. Indikator keberhasilan kegiatan ditunjukkan dengan minimal 70% mitra yang mengikuti kegiatan penyuluhan ini merasa puas dan merasakan manfaat kegiatan sehingga dapat membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi mitra. Adapun yang menjadi mitra adalah 46 orang warga dan perangkat RW 03 Kelurahan Tambak Rejo Surabaya. Dari hasil kegiatan dapat disimpulkan bahwa mitra dapat memahami dan membuat briket dari sampah organik dengan baik. Parameter briket yang telah sesuai SNI adalah kadar air, kadar abu, kadar karbon, dan nilai kalor, sedangkan parameter volatile matter sedikit melebihi ketentuan SNI (7%). Hasil pengisian kuisioner yang dilakukan oleh mitra menunjukkan bahwa 100% peserta kegiatan puas dengan pelaksanaan kegiatan. Tidak hanya itu saja, kegiatan ini juga menjawab kebutuhan mereka sehinga tercipta peluang untuk menjadi sumber ekonomi baru.Abstract: Technology dissemination to prepare biocharcoal briquettes from organic waste has been carried out to residents and environmental cadres from RW 03 Tambak Rejo Village, Simokerto District, Surabaya City. The activity is urgent to be performed since the region is considered as the area with dense population with many plants and therefore, the kampong possesses a lot of leaves. So far, leaves waste is only thrown away or just burned. Meanwhile, some residents do not yet have permanent jobs and therefore, more than 50% of the residents are lied into society with low-income category. Accordingly, this activity was aimed to help society of RW 03 Tambak Rejo Village, in this context as our partners, to deal with leaves problem and in the same time provide business or work opportunity by processing those leaves into alternative energy product, namely briquette. To achieve these aims, several steps involve the preparation, the implementation and finally, the evaluation step have been carried out to assess the activity. The evaluation was performed by filling out questionnaires by partners who join in this activity, i.e. 46 people. In order to measure the success of this activity, we set that at least 70% of our partners feel satisfied that this activity will solve their problems. From the results it can be concluded that participants can understand theory behind organic wastes and briquettes, as well as able to make briquettes by theirselves. Several briquette parameters that comply with SNI are water content, ash content, carbon content and heating value, while the volatile matter parameters slightly exceed the SNI provisions (7%). Questionnaires filled out by mitra show that 100% of participants were satisfied with the implementation of this activity. In addition, the activity also answers their needs which in turn can create an opportunity to become a new economic source
PENGEMBANGAN TEPUNG PORANG DENGAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA MESIN PENEPUNG PORANG
Abstrak: Porang merupakan komoditas alam dengan potensi yang besar dimana dapat terus dikembangkan mengingat kebutuhan ekspor yang cukup tinggi. Porang dapat dimanfaatkan menjadi berbagai produk turunan perantara maupun jadi, seperti mie, beras, tepung, dan keripik. Namun, nilai jual porang saat ini mengalami penurunan yang sangat drastis dimana berdampak negatif pada perekonomian petani porang. Berbagai trobosan diupayakan oleh pemerintah Desa Morang, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun untuk menyelamatkan pertanian porang dan perekonomian petani porang. Pemerintah desa menjalin kemitraan dengan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya untuk membuka peluang pengembangan teknologi pengolahan porang dan produk-produk turunannya. Kemitraan ini telah menghasilkan berbagai teknologi tepat guna untuk produksi produk-produk turunan porang dimana salah satunya yaitu mesin penepung porang yang dapat dipergunakan untuk produksi tepung porang. Dengan adanya fasilitas mesin ini, petani porang perlu diberikan wawasan dan keterampilan bisnis untuk memanfaatkan mesin tersebut dalam memproduksi tepung porang. Dalam kegiatan ini, pendampingan diberikan kepada kelompok petani porang di Desa Morang yang terdiri dari sekitar 30 petani dalam bentuk pelatihan penggunaan mesin, diseminasi produk turunan porang dan peluang bisnisnya, serta pendampingan produksi skala kecil. Kegiatan ini dievaluasi dengan sistem kuisioner terkait wawasan dan keterampilan yang diberikan serta pelaksanaan kegiatan ini dimana tingkat keberhasilan dari kegiatan ini mencapai lebih dari 75%.Abstract: Porang is a natural commodity with great potential which can continue to be developed considering the high demand for exports. Porang can be used to make various intermediate and finished derivative products, such as noodles, rice, flour and chips. However, the selling value of porang is currently experiencing a very drastic decline which has a negative impact on the economy of porang farmers. Various breakthroughs have been attempted by the government of Morang Village, Kare Sub-district, Madiun District to save porang farming and the economy of porang farmers. The village government has established a partnership with Widya Mandala Surabaya Catholic University to open up opportunities for developing technology for processing porang and its derivative products. This partnership has produced various appropriate technologies for the production of porang derivative products, one of which is a porang flour machine which can be used to produce porang flour. With this machine facility, porang farmers need to be given the insight and business skills to use this machine to produce porang flour. In this activity, assistance was provided to a group of porang farmers in Morang Village consisting of around 30 farmers in the form of training on machine use, dissemination of porang derivative products and business opportunities, as well as assistance with small-scale production. This activity was evaluated using a questionnaire system regarding the insights and skills provided as well as the implementation of this activity where the success rate of this activity reached more than 75%
Potensi tomat lokal Indonesia dalam pembuatan pasta tomat menggantikan pasta tomat impor
Pasta tomat merupakan bahan dasar saos tomat. Selama ini bangsa Indonesia mengimpor pasta tomat karena produktivitas dan ketersediaan buah tomat tidak kontinyu. Kandungan gizi dan vitamin dalam buah tomat akan rusak selama proses pemanasan pada temperatur tinggi pada pembuatan pasta tomat. Penggunaan temperatur yang lebih rendah dapat mengurangi kerusakan vitamin tetapi membutuhkau waktu pemanasan yang lebih lama. Semakin lama waktu pemanasan jumlah vitamin yang rusak akan semakin bertambah. Oleh karena itu pada penelitian ini dicari jenis tomat yang dapat digunakan sebagai bahan baku pasta tomat dan dicari kondisi optimum dati proses pembuatan pasta tomat ditinjau dari kandungan vitamin A dan C serta kandungun padatan terlarut seperti yang telah ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia.
Ada 2 (dua) tahap percobaan yang dilakukan, vaitu penentuan jenis tomat sebagai bahan baku pasta tomat dan pembuatan pasta tomat itu sendiri. Pada tahap pertama, dipilih jenis tomat yang dapat memberikan kadar padatan terbanyak. Jenis tomat yang digunakan: tomat biasa, apel, gondol dan ceri. Pada tahap kedua, bubur tomat dipanaskan pada temperatur tertentu sampai menjadi pasta tomat. Tiap selang waktu 30 menit dianalisa kadar vitamin A, C dan padatan terlarutnya.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa kadar padatan terbesar terdapat dalam tomat ceri pasar yaitu 27% dan terkecil adalah tomat gondol sebesar 23%. Karena perbedaan kandungan padatan yang tidak berbeda jauh maka ditetapkan bahwa semua jenis totnat dapat digunakan sebagai bahan baku pasta tomat. Semakin lama waktu pemanasan dan semakin tinggi temperatur pemanasan akan merusak vitamin A dan C. Pada temperatur pemanasan 90oC selama 240 menit dapat merusak vitamin A sampai 97% dan vitamin C mencapai 95%. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa jenis tomat biasa, apel, gondola ataupun ceri dapat digunakan sebagai bahan baku pasta tomat impor. Kondisi optimum pembuatan pasta tomat adalah temperature 40oC selama 50 menit
Non-aqueous solvothermal route to prepare monodispersed titanium dioxide nanoparticles suspension
Titanium dioxide (TiO2) has a potential application in advanced technologies such as solar cell, photo-induced self-cleaning, photoelectrochromic windows, gene therapy, catalysis, drug delivery, degradation of organic contaminants, photocatalysis, etc. Due to these wide applications, the study of TiO2 has attracted increasing attention and a number of TiO2 nanostructures, including nanoparticles, nanorods, nanotubes, nanowires, hollow spheres have been reported to date. In this research, for coating application, we aim to prepare the transparent suspension of titanium dioxide containing nearly mono-dispersed nanoparticles. Non-aqueous solvothermal method is chosen to obtain high crystalline of TiO2 at low temperature. The solvothermal reactions are carried out in a sealed autoclave that provides suitable conditions for hydrolysis, polycondensation reactions and formation of nanoparticles.
The suspension was prepared by stirring ammonium bicarbonate, triethylamine, ethyl acetate and linoleic acid in a flask. Titanium tetra-t-butoxide was added dropwise into the solution and stirred for 5 minutes. Different volume of linoleic acid was added. Then the solution was transferred and sealed in a stainless autoclave and heated at different temperatures for 24 hours without stirring. The collected products of TiO2 were characterized using X-ray diffractions (XRD), Zetasizer and TEM (Transmission Electron Microscopy).
The results showed that the increase of temperature from 130 to 180oC and linoleic acid from 7 to 25 mL promote the colour of the suspensions are darker. Since ester C17H31COOC4H9 was formed, the average particle size is increased with the volume of linoleic acid. The amount of catalyst promotes the nanoparticles reactions. A better suspension is obtained by adding triethylamine as catalyst. The suspension color is transparent and the particle size is between 21 and 27 nm. XRD patterns showed that this nanoparticles have a good structure, i.e. anatase. The stable and transparent suspension was obtained by non-aqueous route at 150oC. This suspension can be applied for coating purpose
Potensi tomat lokal Indonesia dalam pembuatan pasta tomat menggantikan pasta tomat impor
Pasta tomat merupakan bahan dasar saos tomat. Selama ini bangsa Indonesia mengimpor pasta tomat karena produktivitas dan ketersediaan buah tomat tidak kontinyu. Kandungan gizi dan vitamin dalam buah tomat akan rusak selama proses pemanasan pada temperatur tinggi pada pembuatan pasta tomat. Penggunaan temperatur yang lebih rendah dapat mengurangi kerusakan vitamin tetapi membutuhkau waktu pemanasan yang lebih lama. Semakin lama waktu pemanasan jumlah vitamin yang rusak akan semakin bertambah. Oleh karena itu pada penelitian ini dicari jenis tomat yang dapat digunakan sebagai bahan baku pasta tomat dan dicari kondisi optimum dati proses pembuatan pasta tomat ditinjau dari kandungan vitamin A dan C serta kandungun padatan terlarut seperti yang telah ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia.
Ada 2 (dua) tahap percobaan yang dilakukan, vaitu penentuan jenis tomat sebagai bahan baku pasta tomat dan pembuatan pasta tomat itu sendiri. Pada tahap pertama, dipilih jenis tomat yang dapat memberikan kadar padatan terbanyak. Jenis tomat yang digunakan: tomat biasa, apel, gondol dan ceri. Pada tahap kedua, bubur tomat dipanaskan pada temperatur tertentu sampai menjadi pasta tomat. Tiap selang waktu 30 menit dianalisa kadar vitamin A, C dan padatan terlarutnya.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa kadar padatan terbesar terdapat dalam tomat ceri pasar yaitu 27% dan terkecil adalah tomat gondol sebesar 23%. Karena perbedaan kandungan padatan yang tidak berbeda jauh maka ditetapkan bahwa semua jenis totnat dapat digunakan sebagai bahan baku pasta tomat. Semakin lama waktu pemanasan dan semakin tinggi temperatur pemanasan akan merusak vitamin A dan C. Pada temperatur pemanasan 90oC selama 240 menit dapat merusak vitamin A sampai 97% dan vitamin C mencapai 95%. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa jenis tomat biasa, apel, gondola ataupun ceri dapat digunakan sebagai bahan baku pasta tomat impor. Kondisi optimum pembuatan pasta tomat adalah temperature 40oC selama 50 menit
Non-aqueous solvothermal route to prepare monodispersed titanium dioxide nanoparticles suspension
Titanium dioxide (TiO2) has a potential application in advanced technologies such as solar cell, photo-induced self-cleaning, photoelectrochromic windows, gene therapy, catalysis, drug delivery, degradation of organic contaminants, photocatalysis, etc. Due to these wide applications, the study of TiO2 has attracted increasing attention and a number of TiO2 nanostructures, including nanoparticles, nanorods, nanotubes, nanowires, hollow spheres have been reported to date. In this research, for coating application, we aim to prepare the transparent suspension of titanium dioxide containing nearly mono-dispersed nanoparticles. Non-aqueous solvothermal method is chosen to obtain high crystalline of TiO2 at low temperature. The solvothermal reactions are carried out in a sealed autoclave that provides suitable conditions for hydrolysis, polycondensation reactions and formation of nanoparticles.
The suspension was prepared by stirring ammonium bicarbonate, triethylamine, ethyl acetate and linoleic acid in a flask. Titanium tetra-t-butoxide was added dropwise into the solution and stirred for 5 minutes. Different volume of linoleic acid was added. Then the solution was transferred and sealed in a stainless autoclave and heated at different temperatures for 24 hours without stirring. The collected products of TiO2 were characterized using X-ray diffractions (XRD), Zetasizer and TEM (Transmission Electron Microscopy).
The results showed that the increase of temperature from 130 to 180oC and linoleic acid from 7 to 25 mL promote the colour of the suspensions are darker. Since ester C17H31COOC4H9 was formed, the average particle size is increased with the volume of linoleic acid. The amount of catalyst promotes the nanoparticles reactions. A better suspension is obtained by adding triethylamine as catalyst. The suspension color is transparent and the particle size is between 21 and 27 nm. XRD patterns showed that this nanoparticles have a good structure, i.e. anatase. The stable and transparent suspension was obtained by non-aqueous route at 150oC. This suspension can be applied for coating purpose
- …