10 research outputs found

    Kehidupan Purba di Lahan Gambut

    Get PDF
    pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Balai Arkeologi Palembang mulai melakukan \ud penelitian arkeologi di lahan basah Air Sugihan sejak tahun 1990-an dan kawasan Situs Kota Kapur (Bangka) yang lokasinya berseberangan dipisahkan Selat Bangka. Penelitian arkeologi dan geologi yang dilakukan di kawasan tersebut, ternyata berhasil mengidentifi- kasikan luasnya areal pemukiman purba di lahan basah pantai timur Sumatera Selatan dan Kota Kapur (Bangka). Buku yang anda baca ini adalah rangkuman hasil penelitian selama periode 1990-an hingga 2000-an yang menguraikan tentang aktivitas pemukiman purba di kawasan lahan basah/gambut. Kalau dilihat dari pertanggalannya, pemukiman di kawasan ini sudah berlangsung jauh sebelum berdirinya Kadatuan Sriwijaya di Palembang

    AMERTA 20

    Get PDF

    KALPATARU Majalah Arkeologi vol 20 nomor 1

    Get PDF
    BENARKAH KAPAK GENGGAM DITEMUKAN DI HALMAHERA? Truman Simanjuntak, Bagyo Prasetyo, Dwi Yani Yuniawati Umar Artikel ini mempertanyakan keberadaan kapak genggam di Halmahera yang fotonya dimuat pada sampul dalam terbitan: "Modern Quaternary Research in Southeast Asia" no. 18, tahun 1983/1984. Menurut keterangan pada foto itu, kapak genggam tersebut ditemukan oleh Van Panhuys di Halmahera baratdaya, tanpa menyebut nama situs atau lokasi penemuan yang jelas. Sebagai alat khas yang jarang ditemukan di Indonesia, temua ini menarik ditelusuri, karena jika memang benar, akan memberikan pandangan baru tentang persebaran paleolitik, khususnya Budaya Acheulean. Namun pengecekan langsung di lapangan, tidak menemukan situs Paleolitik, apalagi alat khas kapak genggam di pulau ini. Data regional, berupa rekaman arkeologi tentang hunian manusia tertua di pulau ini pun tidak lebih dari ca. 30 kya. KARAKTERISTIK TEMUAN YONI DI SEKITAR CANDI BOROBUDUR Agustijanto Indrajaya Lingga-yoni sebagai representasi Dewa Siwa dan Dewi Uma sangat dikenal di kalangan masyarakat Jawa Kuno sejak abad ke-8 Masehi dan seringkali dikaitkan dengan lambang kesuburan. Lingga-yoni kerap ditem?1<an di lingkungan candi-candi Hindu; kadang-kadang dalam kondisi tidak lengkap (hanya bagian yoni). Demikian pula sejumlah yoni ditemukan dalam berbagai bentuk dan hiasan dalam sebuah survei yang dilaksanakan di Candi Borobudur. Variasi bentuk dan hiasan yoni­yoni tersebut menarik untuk dibahas lebih lanjut. BENTENG ORANJE DI TERNATE: PENGGUNAANNYAABAD KE-17-20 M. Libra Hari Inagurasi*) Benteng kolonial, peninggalan berasal dari masa kehadiran bangsa Eropa, banyak dite­mukan di wilayah Indonesia. Bangsa Eropa seperti bangsa Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda, mulai berdatangan di kepulauan Nusantara sejak abad ke-16 M. Jejak material orang-orang Eropa yang tampak dominan ialah benteng. Pendirian benteng oleh orang-orang Eropa ketika itu dengan pertimbangan, kebutuhan untuk tempat berlindung, pertahanan, dan pusat perdagangan. Kawasan timur Indonesia yakni daerah Maluku Utara, merupakan wilayah di Indonesia yang memiliki ban­yak peninggalan benteng kolonial abad ke-16 dan ke-17 M. Salah satu benteng kolonial di Maluku Utara ialah benteng Oranje, yang berada di kota Ternate. Beriteng Oranje didirikan oleh Belanda pada abad ke-17 M. KOLEKSIBUDAYABENDAWI MALUKU TENGGARA DI MUSEUM ETNOLOGI NASIONAL LEIDEN: POTENSINYA BAGI PENGEMBANGAN KAilAN ARKEOLOGIS DI KEPULAUAN MALUKU Marlon Nr Ririmasse Museum Etnologi Nasional di Leiden, Belanda dikenal sebagai institusi dengan koleksi budaya bendawi Nusantara terbesar di Eropa. Hubungan sejarah yang panjang antara Indonesia dan Belanda telah mengantar ribuan objek yang kini langka dan bahkan punah di tempat asalnya menjadi koleksi salah satu museum etnologi tertua di dunia ini. Kepulauan Maluku Tenggara juga menjadi salah satu wilayah sumber utama bagi profil raya museum. Tulisan ini mencoba meninjau koleksi objek Kepulauan Maluku Tenggara yang ditampilkan dalam eksebisi permanen di Ruang Nusantara Museum Etnologi Nasional Leiden dengan menggunakan perspektifbiografi budaya bendawi. Lebih jauh dibuka ruang diskusi untuk melihat kemungkinan sumbangan kajian atas benda-benda spesifik ini bagi studi arkeologi di Kepulauan Maluku Tenggara. ANALISIS TEKNOLOGI LABORATORIS TEMBIKAR DARI SITUS MINANGA SIPAKKO, KECAMATAN KALUMPANG, KABUPATEN MAMUJU, PROVINS! SULAWESI BARAT M. Fadhlan S. Intan Tembikar merupakan salah satu sisa benda budaya yang paling sering ditemukan dalam penelitian arkeologi, yang terbuat dari tanah liat yang dibakar. Tembikar memegang pe,anan penting dalam kehidupan masyarakat masa lampau, baik. dalam kehidupan sosial maupun dalam kehidupan religius

    Prospection archéologique de la côte nord de Java Centre : le district de Batang

    No full text
    Indrajaya Agustijanto, Degroot Véronique. Prospection archéologique de la côte nord de Java Centre : le district de Batang. In: Bulletin de l'Ecole française d'Extrême-Orient. Tome 99, 2012. pp. 351-383

    Asbestos textiles from Batujaya (West Java, Indonesia): Further evidence for early long-distance interaction between the Roman Orient, Southern Asia and island Southeast Asia

    No full text
    It is well-established that Chinese and Indian textiles were staple commodities along the maritime trade routes of the South China Sea and the Indian Ocean, possibly as early as the late prehistoric period, and well into modern times. Southeast Asian people were among the principal consumers of such textiles.l In China, India and the Middle East, cloth remains have been found during archaeological excavations in areas with long established archaeological traditions, and in sites with climatic conditions relatively favourable tothe preservation of such fragile woven materials, but archaeological textiles rarely survive in the tropical climate of Southeast Asia where conditions are not conducive to the preseruation of organic materials. In Thailand and Vietnam, however, a few small textile fragments (silk, cotton, hemp, asbestos) have been recovered in sites dating from neolithic to historical times (Higham & Thosarat2012,pp. 55, 191; Cameron200l,2010,201l I2)

    Note on Two Pre-Mataram Sites Recently Discovered near Weleri, North Central Java, Indonesia

    No full text
    Indrajaya Agustijanto, Susetyo Sukawati, Degroot Véronique. Note on Two Pre-Mataram Sites Recently Discovered near Weleri, North Central Java, Indonesia. In: Bulletin de l'Ecole française d'Extrême-Orient. Tome 105, 2019. pp. 323-330

    Prospection archéologique de la côte nord de Java Centre : le district de Kendal

    No full text
    Tjahjono Baskoro d., Indrajaya Agustijanto, Degroot Véronique. Prospection archéologique de la côte nord de Java Centre : le district de Kendal. In: Bulletin de l'Ecole française d'Extrême-Orient. Tome 101, 2015. pp. 327-356

    Asbestos textiles from Batujaya (West Java, Indonesia): Further evidence for early long-distance interaction between the Roman Orient, Southern Asia and island Southeast Asia

    No full text
    This article presents and discusses fragments of cloth made of mineral asbestos fibres, in early first millennium CE burials in the Buni culture levels of the Batujaya site of West Java, Indonesia. They most probably belonged to shrouds used to wrap the bodies before placing the grave goods on them. The article then summarizes the overall context of textile trade in maritime Eurasia, and what is known so far of the circulation and usage of asbestos cloth, from the Roman Orient to China, via South and Southeast Asia.Cet article présente et analyse des fragments de toiles tissées avec des fibres minérales d’amiante dans des tombes du début du Ier millénaire EC, dans les niveaux de la culture de Buni du site de Batujaya (Java Ouest, Indonésie). Ces fragments appartenaient très probablement à des linceuls enveloppant les corps avant que l’on ne dispose par dessus les biens funéraires. L’article résume ensuite les informations disponibles sur le commerce des textiles le long des voies maritimes de l’Eurasie, puis ce qui est connu de la circulation et de l’usage des toiles d’amiante, de l’Orient romain à la Chine, via l’Asie méridionale et l’Asie du Sud-Est.Cameron Judith, Indrajaya Agustijanto, Manguin Pierre-Yves. Asbestos textiles from Batujaya (West Java, Indonesia): Further evidence for early long-distance interaction between the Roman Orient, Southern Asia and island Southeast Asia. In: Bulletin de l'Ecole française d'Extrême-Orient. Tome 101, 2015. pp. 159-176

    KALPATARU Majalah Arkeologi vol 25 nomor 1

    No full text
    Vita Adaptasi Masyarakat Pra-Sriwijaya di Lahan Basah Situs Air Sugihan, Sumatera Selatan Vol. 25 No.1, Mei 2016, hlm. 1-14 Situs Air Sugihan merupakan salah satu pusat hunian awal sejarah di Pantai Timur Sumatera Selatan di masa lampau. Secara umum, keadaan lingkungan Situs Air Sugihan merupakan daerah yang didominasi oleh dataran rawa gambut yang terdiri dari vegetasi rawa dan vegetasi sawah. Dengan lingkungan rawa tersebut bagaimana manusia dapat beradaptasi dan melangsungkan kehidupannya sesuai dengan karakterisitik lingkungan yang ada. Untuk mengetahui hal tersebut maka dilakukan survei dan pangamatan lingkungan terhadap pemukiman di wilayah Situs Air Sugihan yang bertujuan untuk mengetahui proses adaptasi masyarakat setempat dengan lingkungannya. Dari survei tersebut diketahui bahwa masyarakat mengubah lingkungan rawa gambut untuk memenuhi kebutuhannya, baik untuk bermukim maupun untuk kebutuhan sehari-hari, dengan kearifan mereka, mereka memanfaatkan tumbuhan nibung (Oncosperma tigillarium) jelutung (Dyera pollyphylla), bako (Rihzophoraceae), yang ada disekitarnya untuk membuat peralatan dan bangunan tempat mereka tinggal berupa rumah-rumah panggung guna melindungi diri mereka dari banjir, maupun dari binatang buas serta membuka lahan untuk sawah. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan sumber daya alam yang ada, masyarakat dengan kearifan mereka telah mengelola lingkungan sesuai dengan kebutuhannya. Agustijanto Indradjaja dan Darwin A.Siregar Situs Kota Kapur: Dermaga Kuna dan Analisis Pertanggalan Absolut Vol. 25 No. 1, Mei 2016, hlm. 15-28 Penelitian arkeologi di Situs Kota Kapur memang tidak seintensif penelitian tentang Sriwijaya di Palembang, namun situs Kota Kapur tidak bisa dipisahkan dari Kerajaan Sriwijaya. Penelitian kali ini mencoba melihat aspek dermaga kuna sebagai bagian dari tapak permukiman di situs Kota Kapur. Penelitian ini difokuskan pada data sisa tiang dermaga dan upaya mencari pertanggalan absolutnya. Oleh karena itu, metode analisis deskriptif dan analisis carbon dating (C-14) digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertanggalan mutlak sisa dermaga memiliki kesesuaian dengan sejumlah data arkeologi lainnya yang diperoleh dari penelitian sebelumnya. Hal ini menegaskan bahwa dermaga tersebut merupakan bagian dari unit permukiman Kota Kapur pada sekitar abad ke-6 atau 7 M. Eka Asih Putrina Taim Keramik Muatan Kapal Karam Cirebon: Sebaran di Situs-Situs Arkeologi Sumatera Bagian Selatan Vol. 25 No. 1, Mei 2016, hlm. 29-43 Kapal karam di perairan pantai Cirebon merupakan kapal karam yang ditemukan pada tahun 2003, kemudian muatan nya berhasil diselamatkan (diangkat) pada tahun 2005 hingga 2007. Meski berbagai jenis temuan dalam muatan kapal karam tersebut, keramik asing dari akhir abad ke-9-10 merupakan temuan salah satu terbanyak atau terpadat. Begitu banyak dan menonjolnya bentuk dan jumlah temuan keramik, bila melihat dari arah dan lokasi kapal tersebut karam menunjukkan kapal ini berasal dari sebuah tempat di wilayah barat dan kemungkinan besar adalah wilayah Sumatera Bagian Selatan. Tulisan ini akan berusaha memaparkan sebaran temuan sejenis (keramik) yang terdapat pada situs-situs di wilayah Sumatera Bagian Selatan, dan hubungannya dengan aktivitas pelayaran kapal yang kemudian karam dalam perjalanannya di perairan lepas pantai Cirebon, melalui pemerian dan pemetaan sebaran serta melakukan data tertulis dan data penelitian-penelitian yang telah dilakukan dalam permasalahan yang terkait dengan menggunakan metode analisis kualitatif dan komparatif. Hasil dari analisis ini dapat disimpulkan mengenai sebaran situs-situs di wilayah Sumatera Bagian Selatan memiliki peran yang cukup penting pada pelayaran dan perdagangan masa lalu, baik sebagai pelabuhan tujuan maupun pelabuhan singgah untuk para pelaut Nusantara memuat komoditi dagang sebelum di distribusikan ke wilayah lain. Dino Gunawan Pryambodo dan Reiner Arief Troa Aplikasi Metode Geolistrik untuk Identifikasi Situs Arkeologi di Pulau Laut, Natuna Vol. 25 No. 1, Mei 2016, hlm. 45-52 Pulau Laut merupakan salah satu pulau terdepan wilayah NKRI, merupakan jalur pelayaran internasional selama beradab-abad yang lampau. Terdapatnya situs-situs arkeologi kapal tengelam merupakan buktinya. Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan sebaran situs arkeologi dan kedalamnnya berdasarkan metode geolistrik konfigurasi Wenner 2D yang menggunakan resistivitymeter multichannel S Field dengan tiga lintasan pengukuran. Proses pengolahan, analisis serta interpretasi data dilakukan dengan software Res2Dinv. Hasil proses, analisis dan interpretasi data, diperoleh pada lintasan satu dengan arah bentangan kabel barat daya – Timur laut, 930.1 Agni Sesaria Mochtar In-Situ Preservation As a Strategy In Managing Underwater Cultural Heritage in Indonesia Vol. 25 No. 1, May 2016, pp. 53-64 Indonesia is a renowned country of its richness of underwater archaeological heritage. Abundant maritime cultural activities had provided data to reconstruct the ancient maritime glory. In the matter of fact, the efforts to reconstruct the history are still facing many challenges especially in the lack of main point of view in managing the heritage. Considering that the Indonesian underwater archaeological heritage is of international significance, this paper discusses the opportunity to implement in-situ preservation in managing underwater archaeological heritage in Indonesia, as it is recommended by the 2001 UNESCO Convention. Some issues in the management of underwater cultural heritage, including activities undertaken and related regulation, were discussed through a descriptive approach. This paper then shows that although Indonesia might not ratify the 2001 UNESCO Convention in the near future, in-situ preservation is an ideal strategy to manage the underwater cultural heritage and is applicable in Indonesia, subject to some adjustment of current regulations. Roby Ardiwidjaja Maritime Culture Heritage Preservation: The Attraction of Traditional Boat as Traditional Cruise Vol. 25 No. 1, May 2016, pp. 65-74 Indonesia, where 75% of its territory is covered by the sea, held a significant role both in local and international commerce in the past. Various historical evidences, shipwrecks, as well as the influence and the similarity of maritime culture with other countries reveal that Indonesian people held major role in global maritime culture at the time. However, the maritime culture and life nowadays slowly recedes due to economical factors, limited raw materials, and lack of technology. This paper aims to provide solutions for the problems through the alteration of traditional wooden boat into traditional cruise. The approach used in this research is sustainable development approach through the concept of marin

    Candi Kimpulan (Central Java, Indonesia): Architecture and Consecration Rituals of a 9th-Century Hindu Temple

    No full text
    In December 2009, remains of a small Śiva sanctuary were found buried under several metres of volcanic material in the village of Kimpulan, on the southern slope of Mount Merapi. This discovery provides us with an unexpected glimpse into the architectural tradition and the ritual life of a 9th-century Javanese rural community. Not only is Kimpulan an exceptional example of mixed-materials architecture, but its relatively good state of preservation brings new clues to a recurring issue in Javanese archaeology: the function of secondary shrines in Śaiva context. The most remarkable find of the Kimpulan excavations certainly is the eighteen undisturbed ritual deposits discovered beneath the pavement and under the statues. This article presents and discusses these data, linking the Kimpulan deposits with two rituals known from Indian texts, namely the ratnanyāsa (installation of a statue/ liṅga) and the garbhanyāsa (temple consecration).En décembre 2009, les ruines d’un petit sanctuaire śivaïte ont été retrouvées enterrées sous plusieurs mètres de matériaux volcaniques dans la petite ville de Kimpulan, sur le flanc sud du mont Merapi. Cette découverte jette une lumière inattendue sur la tradition architecturale et la vie rituelle d’une communauté rurale dans la Java du IXe siècle. Kimpulan est non seulement un exemple exceptionnel d’architecture en matériaux mixtes, mais son assez bon état de conservation apporte également de nouveaux éléments de réponse à un problème récurrent de l’archéologie javanaise : la fonction des sanctuaires secondaires en contexte śivaïte. La découverte la plus remarquable faite lors des fouilles de Kimpulan est certainement celle des dix-huit dépôts rituels intacts découverts sous le dallage et les statues. Cet article présente et discute ce matériel, et associe les dépôts de Kimpulan à deux rituels connus des textes indiens, à savoir le ratnanyāsa (installation d’une statue/ liṅga) et le garbhanyāsa (consécration du temple).Panca Putra Indung, Setyastuti Ary, Pramumijoyo Subagyo, Indrajaya Agustijanto, Sesaria Mochtar Agni, Degroot Véronique. Candi Kimpulan (Central Java, Indonesia): Architecture and Consecration Rituals of a 9th-Century Hindu Temple. In: Bulletin de l'Ecole française d'Extrême-Orient. Tome 105, 2019. pp. 73-114
    corecore