11 research outputs found
PENGARUH SELF EFFICACY DAN MOTIVASI TERHADAP KEBERHASILAN WIRAUSAHA UMKM BAKSO DI KOTA BANDUNG
ABSTRAK
Sumber daya manusia merupakan satu-satunya sumber daya yang tidak bisa ditiru seperti memiliki akal, perasaan, keinginan, kemampuan, keterampilan, pengetahuan dan karya. Potensi sumber daya manusia tersebut berpengaruh terhadap upaya instansi dalam pencapaian tujuan. Instansi harus mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu mengelola karyawan secara efektif dan efisien serta mampu mendukung pencapaian tujuan instansi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Self Efficacy dan Motivasi Terhadap Keberhasilan Wirausaha UMKM pada Bakso di Kota Bandung baik secara parsial maupun simultan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dan verifikatif dengan jumlah populasi dan sampel 30 responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan menyebarkan kuesioner. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier ganda, korelasi ganda, uji F, uji T, koefisien determinasi dan koefisien determinasi parsial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Self Efficacy, motivasi dan Keberhasilan Wirausaha UMKM pada Bakso di Kota Bandung dapat dikatakan cukup baik. Self Efficacy dan Motivasi memberikan pengaruh yang kuat terhadap peningkatan Keberhasilan Wirausaha yaitu sebesar 71,2%. Secara parsial Self Efficacy memberikan pengaruh terhadap Keberhasilan Wirausaha sebesar 39%, sedangkan Motivasi memberikan pengaruh yang besar terhadap Keberhasilan Wirausaha yaitu sebesar 32%.
Kata kunci : Self Efficacy, Motivasi, Keberhasilan Wirausah
Association between Compliance Level on Fixed-Dose Combination Antiretroviral Drug And Cd4 Condition Among HIV Patients
Background: People living with HIV / AIDS (PLWHA) have weak immune systems and are prone to infection. Therefore, PLWHA must take antiretroviral (ARV) to maintain their immunity. This study aimed to determine the relationship between the level of adherence to taking ARV fixed-dose combination (FDC) drugs and CD4 levels of HIV patients.
Subjects and Method: This was a cross-sectional study conducted at Pengayoman Cipinang Hospital, Indonesia, in 2018. Total of 91 HIV patient over 17 years of age, had or had received FDC ARV therapy for at least 1 year, and did not experience drug-induced hepatitis were enrolled in this study. The dependent variable was CD4 level. The independent variable was level of adherence to taking ARV fixed-dose combination (FDC). The data were taken from the Voluntary Counseling and Testing Poli Pengayoman Cipinang Hospital. This study used secondary data from the Overview of HIV Care and ARV Therapy. The data were analyzed using Chi-square.
Results: A total of 65.93% HIV patients had a good level of medication adherence and 79.12% had an increase of CD4 levels. There was a significant relationship between adherence to taking FDC ARV drugs and CD4 levels (OR = 6.50; 95% CI = 2.15 to 19.62; p<0.001), and it was statistically significant.
Conclusion: There is a significant relationship between the level of adherence to taking FDC ARV drugs and CD4 levels. Therefore, patients must receive education and support to improve adherence to taking ARV drugs.
Keywords: antiretroviral, CD4, fixed-dose combination, adherence to taking medication, people with HIV / AID
Analisis Mutasi Gen RpoB sebagai Penanda Resistensi Rifampisin pada Penderita Tuberkulosis Paru di BBKPM Makassar
Tuberkulosis paru adalah salah satu penyakit infeksi menular yang menyerang saluran pernapasan bawah yang disebabkan oleh bakteri patogen yaitu Mycobacterium tuberculosis. Kesulitan dalam penanganan tuberkulosis salah satunya disebabkan oleh terjadinya resistensi antibiotik rifampisin sebagai antibiotik lini pertama. Resistensi rifampisin dikendalikan oleh gen rpoB (RNA Polymerase β-Subunit) pada Mycobacterium tuberkulosis yang akan terekspresi ketika terjadi mutasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mutasi gen rpoB pada penderita tuberkulosis paru di BBKPM Makassar. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional menggunakan 20 sampel sputum positif tuberkulosis yang telah melakukan terapi antibiotik lini pertama selama dua bulan. Deteksi mutasi gen rpoB dengan metode PCR dan dilanjutkan dengan sekuensing. Hasil dari penelitian yaitu didapatkan mutasi gen rpoB pada 17 sampel, yang terjadi pada posisi 1304 bp, 1322 bp, 1333 bp, 1348 bp, 1349 bp dan 1471 bp. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terjadinya mutasi gen rpoB resisten terhadap antibiotik rifampisin