18 research outputs found
PERKEMBANGAN KREATIFITAS FOTOGRAFER DALAM SENI FOTOGRAFI
Abstract
Principle photography is there are object the front in lens camera and to record at negative film. So that photography to record of the object in front of lens. Photographer just made a photo catch of the object. Make a photo depend to use technology and to choose is important. To choose tolls or instruments of camera, lens, negatif film, filter, angles, speed, diafragma, light, faming, composition, timing, and object. This object like human, animale, nature, etc. And than to process negative film print a photo.
Artist photographer just to move object in the nature to photo medium become element-element visual. In the photography like a coconut tree will be to appear a coconut tree. Photographer can’t to change another form. The lens catch object and to record in the negative film. Thas is to become element visual. Element visual made a image by artist/photographer in the work art photography
Regenerasi Seni Rupa Digital Masa Kini
Seni rupa digital pada masa kini mengalami berbagai perubahan pasca pandemi covid-19 melanda dunia. Demikian pula perkembangan seni rupa digital telah merasuki urat nadi generasi milenial, menjelajahi ruang dan waktu tanpa sekat dan batas. Berbagai bentuk visual seni rupa digital dapat kita cermati di media sosial pada saat ini. Pameran karya-karya seni rupa digital bisa ditelusuri melalui media sosial, Internet, Facebook, Instagram, WhatsApp, Twitter, YouTube, dan media publikasi lainya seperti : majalah, koran, jurnal, buku-buku, katalogus, dan lain-lainya. Publikasi berbagai cabang seni rupa digital telah diolah sesuai kebutuhan kreativitas senimannya berdasarkan metodologi teori penciptaan karya seni rupa digital dan desain. Produk seni rupa digital sebagai industri penciptaan karya seni rupa baru berkembang pesat sesuai kebutuhan pasar, para seniman berlomba-lomba berinovasi, berkreasi menciptakan karya seni rupa digital baik yang memiliki karakter seni rupa hyperrealisme, hypernaturalisme, hypersurrealisme, dan hyperabstrak deformatif. Dengan proses yang serius dan sungguh-sungguh diharapkan karya seni rupa digital yang dihasilkan dapat menarik perhatian pengamat seni rupa dan desain, pecinta seni, pengamat seni, kurator seni dan masyarakat luas. Perkembangan seni rupa digital di Indonesia mengalami dinamika perubahan yang sistemik dan sistematis sesuai dengan kebutuhan kreativitas senimannya dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar baik kebutuan individu, maupun kebutuhan masyarakat luas. Karakter dan ciri kreativitas lintas generasi zaman dalam pengolahan seni rupa digital menunjukan identitas budaya luhur Nusantara yang bernuansa klasik, tradisional, modern dan kontemporer
Natural Color Mangosteen Skin on Canvas Fabric
The process of creating art on canvas using natural colors from mangosteen peel represents a distinctive artistic endeavor. Mangosteen peel colors possess unique characteristics compared to synthetic ones. Across various dimensions, mangosteen peel colors tend to exhibit natural nuances such as light brown, brownish, reddish-purple, and blue. Painting with mangosteen peel entails a creative process that begins with harvesting the fruit from the garden. Spontaneously, upon splitting the mangosteen fruit into two equal parts, I decided to use the peel to make marks on the canvas. This technique involves spontaneous finger movements, gently, moderately, and sometimes forcefully pressing the canvas. The resulting color effects emerge naturally, correlating with the intensity of finger movements scraping the mangosteen peel on the canvas. The method of creating paintings using mangosteen peel is carried out spontaneously, following stages of art creation: existence, exploration, experimentation, realization, and evaluation. The realization of paintings using mangosteen peel reflects the dynamics of art creation, encompassing elements of visual arts such as light, point, line, space, plane, color, texture, and composition. The artworks produced are titled as expressions of color and line: Expression of Color and Line 1, Expression of Color and Line 2, Expression of Color and Line 3, and so forth. The use of mangosteen peel colors as an alternative medium in the process of creating paintings is driven by the necessity for creativity to achieve artworks of quality, significance, and harmonious value
Banana Heart Sap Experiment
A unique and interesting creative process using banana blossom sap as a medium. Banana flower sap has specific characteristics compared to other synthetic colors. Banana flower sap tends to display typical milky white, gray, light brown, yellowish-green, red and dark brown colors. Painting using banana blossoms starts from picking the banana blossom. Exploration of the technique of cutting the stem of the banana flower until the sap oozes out and drips onto the canvas. Since then I have been practicing spontaneously using banana sap, involving movements of my fingers, pressing the banana flower gently, medium and hard. The effect of the pressure of the banana flower sap produces natural colors, according to the intensity of the movement of the fingers on the canvas. The method used is carried out spontaneously, following the stages of the art creation process (E4): Existence, Exploration, Experimentation and Evaluation. Realization (E4) represents the existence of my creative process. Utilization of fine art elements such as light, point, line, space, plane, color, texture and composition. The resulting works of art include the following titles: Banana Sap Color 1, Banana Sap Color 2, Banana Sap Color 3, and so on. The use of banana blossom sap is driven by the need to express the soul in order to produce new works of art of high quality and have high aesthetic value
LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT: PELATIHAN MELUKIS YOUNG ARTIS DI SANGGAR WASUNDARI KAMASAN KLUNGKUNG
PRAKATA
Puji syukur dihaturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas berkat-Nya, laporan pengabdian kepada masyarakat yang
berjudul PELATIHAN MELUKIS YOUNG ARTIS DI SANGGAR WASUNDARI
KAMASAN KLUNGKUNG.
Tentunya laporan ini tak akan terwujud tanpa adanya restu dari Tuhan Yang
Maha Esa dan juga dukungan dari berbagai pihak, baik moral maupun material.
Untuk itu, hanya sejumput ucapan terima kasih dari hati yang tulus yang bisa kami
persembahkan kepada :
1. Prof. Dr. I Wayan Adnyana, S.Sn., M.Sn., selaku rektor Institut Seni
Indonesia Denpasar.
2. Dr. I Komang Arba Wirawan, S.Sn, M.Sn. selaku Ketua LP2MPP ISI
Denpasar, begitu juga Drs. I Made Ruta, M.Si. sebagai Ketua Bidang
Pengabdian pada masyarakat.
3. Terima kasih kepada Tim pengabdian masyarakat
Yang turut serta dalam kegiatan pengabdian hingga proses penciptaan
karya
4. Dr. A.A. Gde Bagus Udayana, S.Sn, M.Si, Dekan Fakultas Seni Rupa dan
Desain Institut Seni Indonesia Denpasar beserta jajarannya, atas dukungan
moral, sarana dan prasarana yang sangat berharga. Bapak/Dosen Program Studi Seni Murni, Fakultas Seni Rupa dan Desain,
Institut Seni Indonesia Denpasar yang telah banyak memberi dukungan
moral.
6. Staff Administrasi LP2MPP ISI Denpasar yang telah begitu bersahabat
melayani, hal-hal yang terkait dengan administrasi.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Sanggar Seni Lukis
Wasundari, tentunya masih banyak yang harus disempurnakan. Oleh
sebab itu kritik dan saran yang bersifat membangun, dari semua pihak
sangat kami butuhkan
Ekspresi Wajah Reinterpretasi Visual di Balik Karakter Dewata Nawa Sangga
Karakter visual senjata Dewata Nawa Sangga berpotensi mampu menjadi stimulasi bagi generasi muda hindu dalam perjuangan menuju masyarakat yang jagadhita, terbuka dan egaliter. Fenomena yang menonjol dalam era masa kini adalah senjata Dewata Nawa Sangga sering dijumpai diberbagai tempat-tempat strategis yang ada di Bali sebagai sarana publikasi dan promosi sebuah organisasi kemasyarakatan yang bertujuan untuk membela kepentingan masyarakat Bali yang tertindas oleh kekuatan dan kekuasaan kapitalis yang menghegemoni di wilayah Bali. Bali sebagai sorga dunia telah menjadi sorotan publik, dimana setiap jengkal tanah di Bali menjadi incaran investor asing maupun domistik. Gema dan gaung masyarakat desa Pakraman yang ada di Bali secara beruntun dan bertubi-tubi menolak Reklamasi Teluk Benoa, tetapi sampai saat ini belum pula mendapat perhatian dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Berkaitan dengan fenomena penolakan tersebut di atas maka menarik untuk dilakukan pengamatan lebih tajam dan mendalam terhadap simbol-simbol senjata Dewata Nawa Sangga tersebut sebagai makna baru dalam organisasi kemasyarakatan yang ada di Bali seperti Laskar Bali, Pemuda Bali Bersatu dan Baladika. Wadah-wadah organisasi yang bernaung di bawah panji-panji bendera yang bergambarkan senjata Dewata Nawa Sangga itu merupakan pembrontakan kreatif dalam mencetuskan ide-ide dan gagasan dalam membela kepentingan masyarakat yang terbuka dan egaliter. Mengupas berbagai misteri senjata Dewata Nawa Sangga yang dipercaya dan diyakini sebagai spirit peradaban jaman dalam perjuangan menuju Bali yang jagadhita. Spirit perjuangan itu muncul ketika simbol-simbol senjata Dewata Nawa Sangga menstimulasi pikiran para generasi muda Bali. Dengan demikian dapat dimanfaatkan maknanya untuk menjalin rasa kebersamaan, dalam kebhinekaan demi menjalin rasa berbangsa, dan bernegara. Visualisasi di balik senjata Dewata Nawa Sangga, yang memiliki pesan moral terhadap umat manusia agar selalu mengasah dan menajamkan pikiran, perkataan, dan perberbuatan dalam memperlakukan alam semesta beserta isinya, manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan, di mana pun mereka berada. Esensinya adalah nilai-nilai luhur agama harus dipahami, diresapi,dimengerti untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai wujud bhakti menjalankan perilaku dharma dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara
Ekpresi Wajah Reinterpretasi Visual Di Balik Karakter Dewata Nawa Sanga
Ekspresi wajah manusia dengan berbagai karakter dan dinamikanya nampak menunjukkan ekspresi yang bermacam-macam, ada yang sedih, gembira, senang, takut.marah dan masih banyak misteri lain yang ada pada karakter wajah manusia. Wajah banyak saya temui di tempat-tempat umum, di terminal, di rumah sakit, di pasar, di sekolah, di kantor dan sering pula wajah manusia tampak pada layar kaca elektonik TV, koran, majalah, buku-buku. Ekspresi wajah manusia dalam ikon visual Dewata Nawa Sanga, Hindu Bali, yang dilukiskan dalam bentuk wayang, menjadi stimulasi dalam penciptaan karya seni lukis. Transformasi ekspresi wajah yang muncul dalam karakter visual wayang Dewata Nawa Sanga tersebut berpotensi mampu menjadi stimulasi dalam menciptakan berbagai karya seni lukis baru dengan bahan mixed media. Reinterprestasi visual di balik karakter Dewata Nawa Sanga, yang memiliki atribut, karakter, bentuk, warna, senjata, kendaraan, mempunyai pesan moral terhadap umat manusia agar selalu berpikir, berkata, berbuat baik terhadap sesama manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan, di mana pun mereka berada. Esensinya adalah nilai-nilai luhur agama harus dipahami, diresapi, dan dimengerti untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai wujud dari perilaku dharma. Perilaku dharma manusia akan tercermin pada watak dan sifat antara lain, satwan, rajas, tamas. Sifat dan watak itu, sebagai karakter yang tercermin pada ekspresi wajah manusia, yang kemudian direinterpretasikan sesuai dengan konsep penciptaan, konsep bentuk, penggunaan media dan teknik yang sesuai dengan kebutuhan kreatifitas