7 research outputs found
WATERMARKING METHOD OF REMOTE SENSING DATA USING STEGANOGRAPHY TECHNIQUE BASED ON LEAST SIGNIFICANT BIT HIDING
Remote sensing satellite imagery is currently needed to support the needs of information in various fields. Distribution of remote sensing data to users is done through electronic media. Therefore, it is necessary to make security and identity on remote sensing satellite images so that its function is not misused. This paper describes a method of adding confidential information to medium resolution remote sensing satellite images to identify the image using steganography technique. Steganography with the Least Significant Bit (LSB) method is chosen because the insertion of confidential information on the image is performed on the rightmost bits in each byte of data, where the rightmost bit has the smallest value. The experiment was performed on three Landsat 8 images with different area on each composite band 4,3,2 (true color) and 6,5,3 (false color). Visually the data that has been inserted information does not change with the original data. Visually, the image that has been inserted with confidential information (or stego image) is the same as the original image. Both images cannot be distinguished on histogram analysis. The Mean Squared Error value of stego images of all three data less than 0.053 compared with the original image. This means that information security with steganographic techniques using the ideal LSB method is used on remote sensing satellite imagery
Watermarking Method of Remote Sensing Data Using Steganography Technique Based on Least Significant Bit Hiding
Remote sensing satellite imagery is currently needed to support the needs of information in various fields. Distribution of remote sensing data to users is done through electronic media. Therefore, it is necessary to make security and identity on remote sensing satellite images so that its function is not misused. This paper describes a method of adding confidential information to medium resolution remote sensing satellite images to identify the image using steganography technique. Steganography with the Least Significant Bit (LSB) method is chosen because the insertion of confidential information on the image is performed on the rightmost bits in each byte of data, where the rightmost bit has the smallest value. The experiment was performed on three Landsat 8 images with different area on each composite band 4,3,2 (true color) and 6,5,3 (false color). Visually the data that has been inserted information does not change with the original data. Visually, the image that has been inserted with confidential information (or stego image) is the same as the original image. Both images cannot be distinguished on histogram analysis. The Mean Squared Error value of stego images of all three data less than 0.053 compared with the original image. This means that information security with steganographic techniques using the ideal LSB method is used on remote sensing satellite imagery.Hlm. 63-7
Otomatisasi Sistem Transfer Dan Publikasi Data Citra Penginderaan Jauh Dari Stasiun Bumi Ke Katalog Bank Data Penginderaan Jauh Nasional
Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh (Pustekdata) LAPAN mempunyai kewajiban untukmelakukan publikasi data citra penginderaan jauh (inderaja) kepada pengguna sebagaimana disebutkan dalamUndang-undang No.21 Tahun 2013 pasal 20 ayat 2 tentang keantariksaan. Untuk memenuhi amanat tersebut,dibangun sistem Katalog Bank Data Penginderaan Jauh Nasional (BDPJN) yang dapat menampilkan data citrainderaja. Seiring dengan perkembangan teknologi, dibangun sistem pendukung BDPJN yang dapatmengoptimalkan waktu publikasi data inderaja. Sistem yang dibuat terdiri dari sistem transfer data dan sistempublikasi data. Dalam sistem transfer data terdapat proses migrasi dan registrasi data inderaja. Sedangkan dalamsistem publikasi data terdapat proses pre-processing data dan publikasi data inderaja. Pada sistem yang dibuat,diterapkan juga proses otomatisasi sehingga keseluruhan proses yang terdapat dimasing-masing sistem dapatberjalan secara otomatis dan terjadwal. Data citra inderaja yang digunakan dalam penelitian ini adalah dataSPOT 6, SPOT 7 dan Landsat 8 hasil perekaman stasiun bumi Parepare. Dari sistem tersebut, diharapkan datayang direkam stasiun bumi dapat terpublikasi ke dalam katalog BDPJN dalam waktu 2 hari setelah perekamansehingga dapat mendukung kebutuhan pengguna akan data citra inderaja khususnya SPOT 6, SPOT 7 danLandsat 8.Hal.209-21
Penambahan Utilitas Sistem Katalog Bank Data Penginderaan Jauh Nasional (BDPJN) Berbasis Webgis Untuk Penyajian Data Satelit Resolusi Rendah
Pusat Teknologi dan Data (Pustekdata) LAPAN memiliki tugas dan fungsi untuk penelitian danpengembangan terkait data penginderaan jauh (Inderaja) mulai dari akuisisi, pengolahan, pengelolaan hinggadiseminasinya. Pada saat ini Pustekdata telah mengelola beberapa data Inderaja mulai dari resolusi rendah, menengahhingga resolusi tinggi. Pustekdata mempunyai kewajiban untuk mendiseminasikan data Inderaja kepada pengguna.Untuk melaksanakan kewajiban tersebut telah dibuat sistem browse katalog data berbasis WebGIS sejak tahun 2012yang dikembangkan sampai saat ini. Data yang terdapat pada sistem katalog tersebut baru berisi data resolusi menengahdan tinggi. Dengan demikian perlu dikembangkan agar dapat menampilkan data resolusi rendah. Tulisan ini bertujuanuntuk melakukan kajian terhadap data resolusi rendah, proses produksi katalog dan membuat modul aplikasi agar dataresolusi rendah dapat ditampilkan pada sistem katalog. Data yang digunakan adalah 764 data MODIS Aqua dan 124data MODIS Terra. Modul aplikasi telah dibangun untuk produksi data dan data yang dihasilkan telah ditampilkan didalam sistem browsekatalog yang dimiliki Pustekdata LAPAN.Hal.219-23
Struktur GeoTIFF untuk Media Penyimpanan Citra Penginderaan Jauh
Penelitian yang sedang ditekankan saat ini merupakan sebuah studi yang dapat mendefinisikan berkas format citra penginderaan jauh. Citra Landsat dan SPOT menggunakan berkas geoTIFF sebagai media penyimpan Citra Satelit. Penyimpan citra penginderaan jauh seperti JPEG, PNG, BMP, GIF dan lainnya sering juga digunakan tetapiketidakmampuan dalam menyimpan informasi kartografi tidak sebaik GeoTIFF. GeoTIFF menggunakan kode numerik untuk menjelaskan informasi kartografi seperti jenis proyeksi, sistem koordinat, datum, elipsoida dan lainnya. GeoTIFF menggunakan TIFF (Tagged File Format) versi 6.0 serta menggunakan pendekatan MetaTag (GeoKey) untuk menyandilusinan informasi menjadi 6 tag saja. Sebuah pembaca dan penulis GeoTIFF sebaiknya mendukung tipe tag standar TIFF dan modul tambahan dalam mengurai informasi MetaTag. Isi berkas TIFFsecara hierarki terdiri dari tiga tingkat yaitu berkas header, IFD (Image File Directory) dan citra. Pada header terdapat dua buah huruf ASCII yang mewakiliarsitektur struktur berkas, biasanya MM (4D4D heksadesimal) untuk Motorola dan II (4949 heksadesimal) untuk Intel. Kemudahan yang diberikan oleh TIFF adalah akses data citra dengan perangkat lunak apapun (platform-independent).Research study in this paper is emphasized in defining remote sensing types and format file. Landsat and SPOT as a famous satellite imagery have used GeoTIFF as an image storage and also as a raster image interchange. File format like JPG, PNG, BMP, GIF and so on have been used widely as image storage, but these files have not able to encode cartographic information as well as GeoTIFF. GeoTIFF use numeric code to describe cartographicinformation which covers its information for example, like projection types, coordinate system, datum, etc. GeoTIFF uses TIFF version 6.0 and approach MetaTag to encode dozens of cartographic information into only 6 tags. GeoTIFF reader or writer should have support standard TIFF tag types and additional module to parse MetaTag information.TIFF file format contains three levels, first of all is a file header, the second is an Image File Directory(IFD) and last is an imagery itself. In a header file, there are two letters of ASCII, which represent the architecture of format structure, for example MM (4D4D in hexadecimal) for Motorola and II (4949 in hexadecimal) for Intel. Another advantage by using TIFF is platform-independent data format which avoidsthe difficulty in cross platform interchange
Analisis Kesesuaian Pelayanan Data Penginderaan Jauh Terhadap Kebutuhan Pengguna = Suitability Analysis of Remote Sensing Data Services Against User Needs
Pada tahun 2015, telah dilaksanakan operasional pelayanan data yang telah mendistribusikan datasejumlah 25.615 Scene/AOI kepada 228 instansi pemerintah setingkat eselon 2. Pada tahun tersebut, pelayanan datajuga telah meraih standar ISO 9001 dan nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) yang memuaskan. Sebagai upayauntuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi tersebut, maka diperlukan kajian tentang kebutuhan pengguna akandata dan layanan terkait data penginderaan jauh dengan melakukan survey pada pengguna data penginderaan jauh. Padapenelitian ini tinjauan utama pada dua aspek yaitu tujuan penggunaan data penginderaan jauh dan jenis citraberdasarkan resolusi spasial yang dibutuhkan pengguna. Proses dilakukan menggunakan instrumen kuesioner yangdivalidasi secara statistik dengan data pembanding. Dilihat dari dua aspek yang dikaji tersebut, pelayanan datapenginderaan jauh yang dilakukan telah sesuai dengan kebutuhan pengguna
Kajian Awal Pusat Data Penginderaan Jauh Masa Depan di Indonesia: Review Rancangan Sistem LAPANSIMAC dan Implementasinya = Preliminary Study on Future Remote Sensing Data Center in Indonesia
Pusat Data (Data Center) untuk menyimpan dan mengelola data penginderaan jauh telah dibangun dan dikembangkan oleh LAPAN sejak tahun 1990an.Pusat Data merupakan bagian penting dari sistem Bank Data Penginderaan Jauh Nasional (BDPJN) yang dikelola oleh LAPAN. Pengembangan dan peningkatan kapasitas pusat data perlu dilakukan sejalan dengan kemajuan teknologi penginderaan jauh dan teknologi informasi serta sejalan dengan perkembangan dan tuntutan kebutuhan pengguna di Indonesia, serta amanat dari Undang-Undang nomor 21 tahun 2013 tentang Keantariksaan. LAPAN bekerjasama dengan China Academy of Science and Technology (CAST) akan membangun pusat informasi dan pelayanan data satelit untuk aplikasi kelautan atau disebut LAPAN Satellite Information Marine Application Center (LAPANSIMAC). Kajian ini bertujuan untuk menganalisis, merumuskan disain implementasiLAPANSIMAC sesuai dengan kebutuhan di Indonesia yang dinamis khususnya untuk aplikasi kelautan.Data dikumpulkan dari statistik pelayanan data, dokumen rencana strategis, dokumen teknis, dan wawancara/kuisioner pengguna.Hasil kajian awal menunjukkan bahwa data bervolume besar (big-volume data) dan kecepatan aksesibilitas layanan merupakan faktor utama dalam pengembangan pusat data. Pengelolaan data di masa depan akan meliputi data yang diakuisisi oleh stasiun bumi satelit, link dengan pusat data internasional, dan data dari sumber perolehan lainnya.Jenis data dan produk data makin beragam, baik optik maupun radar, dari resolusi rendah hingga sangat tinggi.Pusat data di masa depan tidak hanya berfungsi sebagai penyedia dan akses data bagi pengguna nasional, namun juga sebagai pusat data back-up dan arsip, pusat informasi penginderaan jauh, pusat fasilitas pengolahan data nasional, serta pusat rujukandata dan teknologi penginderaan jauh nasional.Oleh sebab itu disain dari sistem pengoperasian LAPAN SIMAC terdiri dari sub-sistem yang melakukan seluruh fungsi tersebut secara terpadu (integrated technology and data service).Keandalan sistem akan dipengaruhi oleh manajemen data bervolume besar, keandalan perangkat keras dan lunak untuk perolehan pengolahan, dan pengelolaan data, serta dukungan teknologi informasi untuk layanan on-line multi-sektor secara cepat dan akuratHlm. 437-44