2 research outputs found
DESAIN MESIN PENETAS TELUR OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER
Masih banyaknya penggunaan mesin penetas telur konvensional yang hanya memperhitungkan temperatur saja, dan juga belum dilengkapinya beberapa komponen untuk otomatisasi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan penetasan telur. Salah satu jalan untuk mengatasinya yaitu dengan menggantikan peran mesin penetas telur konvensional yang ditingkatkan kemampuannya menjadi mesin penetas telur yang otomatis sehingga dalam proses penetasan telur menjadi lebih mudah dan praktis dengan hasil penetasan yang lebih baik.
Telah dilakukan pembuatan mesin penetas telur otomatis berbasis mikrokontroler ATMega8535 yang dapat digunakan untuk mengatur temperatur dan kelembaban sesuai dengan setpoint yang diinginkan. Alat ini berfungsi untuk menjaga kestabilan temperatur dan kelembaban telur didalamnya. Saat kelembaban lebih tinggi dari setpoint yang diinginkan maka kelembaban perlu diturunkan. Penurunan kelembaban dapat dilakukan dengan cara mengalirkan udara panas melalui kipas.
Mesin penetas telur ini menggunakan 2 buah kipas yang berfungsi sebagai pendingin dan juga untuk mengeluarkan uap air dari mesin penetas telur yang melebihi dari setpoint. Pemanas mesin penetas telur menggunakan 4 buah lampu dengan daya 20 watt serta dilengkapi dengan motor DC yang berfungsi untuk memutar rak telur. Alat ini bekerja secara otomatis dengan membandingkan besar temperatur dan kelembaban dari sensor SHT11 dengan setpoint pada mikrokontroler. Kemudian temperatur dan kelembaban ditampilkan pada LCD.
Kata Kunci: Penetas telur, SHT 11, ATMega 853
IDENTIFIKASI CITRA 3D MENGGUNAKAN KAMERA STEREO
Citra digital merupakan media yang mudah dimanipulasi untuk membuat citra yang lebih sesuai dengan kebutuhan. Salah satu teknologi digital yang berkembang adalah citra 3D. 3D adalah pengembangan dari 2D. 3D menggambarkan sebuah obyek yang mempunyai persepsi kedalaman. Obyek yang diubah kedalam bentuk citra 3D memiliki bentuk yang sama dengan wujud aslinya. Obyek tersebut dapat berbentuk benda, bangunan, manusia, hewan, dll. Ada beberapa metode yang telah dilakukan pada penelitian sebelumnya untuk merekonstruksi obyek 3D, salah satunya yaitu dari kumpulan citra 2D yang diambil menggunakan sebuah kamera dari posisi yang berbeda sehingga didapatkan titik-titik 3D untuk semua pasangan titik citra. Penelitian ini menjelaskan rekonstruksi 3D menggunakan dua buah kamera yang telah dirancang menjadi kamera stereo dari satu posisi pengambilan citra. Tahapan rekonstruksi dibagi menjadi beberapa bagian : preprocessing, penggabungan citra, thresholding, dan rekonstruksi 3D. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang dan merekayasa kamera stereo untuk mengidentifikasi obyek 3D dengan menggunakan metode penggabungan citra dan thresholding. Obyek yang digunakan pada penelitian ini memiliki ukuran yang berbeda-beda dengan tujuan agar didapatkan batas kemampuan kamera stereo dalam mengidentifikasi citra 3D. Hasil pada tahap pengujian didapatkan kamera stereo mampu mengidentifikasi obyek 3D dengan ukuran kedalaman 2 cm keatas. Pada obyek dengan ukuran dibawah 2 cm, kamera tidak mampu mengidentifikasi obyek 3D