Effect of addition titanium dioxide nanoparticles as acrylic resin denture base filler on cytotoxicity

Denture base material should have a good level of biocompatibility. Acrylic resin is frequently used as a denture base material, however it has a disadvantage of producing residual monomer. Residual monomer is known to have a cytotoxicity effect. Titanium dioxide (TiO2) nanoparticles are used as fillers due to their biocompatibility and ability to enhance the mechanical properties of acrylic resin. The addition of the material to acrylic resin could affect the amount of residual monomer. The aim of this study was to examine the effect of the addition of TiO2 nanoparticles as acrylic resin denture base filler on the cytotoxicity in fibroblast cells. The samples consisted of 24 heat cured acrylic resins in disc shape (5 mm in diameter and 2 mm in thickness), divided into 4 groups (n = 6): three groups given treatment with0.5%, 1%, 2% TiO2, respectively and one control group. Cell viability was measured with MTT assay. The results were tested with one way ANOVA with 95% confidence level followed by LSD post hoc test. The results showed that the highest percentage of cell viability was found in the treatment group of 0.5% TiO2 with value of 91.83 ± 1.75%, while the lowest value was seen in the treatment group of 2% TiO2 with value of 79.38 ± 3.34%. Significant differences were shown between the treatment groups of 0.5% and 2% TiO2, as well as between the control and treatment group with 2% TiO2. The conclusions of this research are the addition of TiO2 nanoparticles as acrylic resin denture base filler has an effect on cytotoxicity; the addition of 0.5% TiO2 nanoparticles filler results in lower cytotoxicity on fibroblast cells compared to the addition of 1% and 2% TiO2. 

Gigi tiruan lengkap kerangka logam sebagai alternatif perawatan pasien dengan refleks muntah

Refleks muntah merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang normal untuk mencegah benda asing masuk ke dalam trakea, faring, atau laring. Ada beberapa tingkatan refleks muntah pada pasien yaitu dari ringan hingga berat. Pasien dengan refleks muntah ringan jika diberi stimulus dapat merasa mual namun dapat mengkontrol respon tersebut. Pasien yang memiliki refleks muntah lebih berat menunjukkan respon yang berlebihan ketika diberi stimulus fisik atau psikologis, pada kategori ini pasien mungkin tidak dapat menerima Tindakan pencetakan, prosedur operatif, atau insersi gigi tiruan. Permukaan basis gigi tiruan akrilik yang halus jika dilapisi oleh saliva mengakibatkan sensasi licin sehingga timbul refleks muntah dan mual pada pasien. Basis gigi tiruan lengkap yang dibuat dari bahan kerangka logam memiliki kekasaran pada permukaan palatal seperti rugae palatina dan lebih tipis sehingga lebih nyaman digunakan oleh pasien. Penggunaan kerangka logam sebagai basis gigi tiruan lengkap dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi refleks muntah pasien. Tujuan laporan kasus ini yaitu mengkaji kemampuan gigi tiruan lengkap kerangka logam untuk mengurangi refleks muntah pada pasien. Kasus: Pasien laki-laki, 58 tahun datang dengan keluhan kesulitan menggunakan gigi tiruan yang lama karena refleks muntah yang dialami pasien. Pemeriksaan intraoral menunjukkan daerah tidak bergigi pada seluruh rahang atas dan bawah pasien. Tata laksana kasus: Anamnesa, pemeriksaan klinis, dan rehabilitasi protesa gigi tiruan lengkap kerangka logam pada rahang atas dan bawah. Kesimpulan: Gigi tiruan lengkap kerangka logam dapat mengurangi refleks muntah pada pasien