2 research outputs found
KEKUATAN VISUM ET REVERTUM SEBAGAI ALAT BUKTI DALAMTINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERDASARKAN KITABUNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA(KUHAP)
ABSTRAKRahmatiah, NIM : 0069. 02. 44. 2016, Dengan Judul Tesis KekuatanVisum Et Revertum Sebagai Alat Bukti Dalam Tindak PidanaPembunuhan Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana(KUHAP) dibimbing oleh Bapak H. Hambali Thalib dan Bapak IlhamAbbas.Tujuan penelitian ini untuk mempelajari dan menganalisiskesesuaian penerapan kekuatan hukum Visum Et Revertum sebagai alatbukti dalam tindak pidana pembunuhan sesuai dengan ketentuan hukumyang berlaku, dan Untuk mempelajari dan menganalisis faktor-faktor yangmempengaruhi Visum Et Revertum sebagai alat bukti dalam tindak pidanapembunuhan di Pengadilan Negeri Makassar.Metode penelitian ini adalah penelitian hukum empiris. Data yangdigunakan adalah data primer dan data sekunder. Tekhnik yangdigunakan untuk mengumpulkan data adalah tekhnik studi pustaka dantekhnik wawancara. Keseluruhan data yang terkumpul baik dari dataprimer maupun data sekunder diolah dan dianalisis secara deduktif.Dengan analisis tersebut akan diketahui kesesuaian antara peraturanperundang-undangan (das sein) dengan kenyataan yang ada (das sollen).Hasil penelitian Kekuatan Visum Et Revertum sebagai alat buktidalam tindak pidana pembunuhan sesuai dengan ketentuan hukum yangberlaku di Pengadilan Negeri Makassar, baik pada proses Penyidikanmaupun proses Pengadilan dibuat berdasarkan ketentuan perundangundanganmaka tetap terjamin kekuatan dan kebenaran pembuktiannya,dan Faktor yang mempengaruhi Visum Et Revertum sebagai alat buktidalam tindak pidana pembunuhan adalah lokasi Rumah Sakit (dalam halini bagi daerah tertentu secara geografis tidak memungkinkan dan sangatjauh letaknya dan belum ada dokter ahli forensik maupun jauh darilaboratorium forensik) dan keadaan mayat sehingga sulit untuk dilakukanvisum et revertum.Rekomendasi dan Saran dalam Penelitian ini adalah DokterSpesialis Kehakiman dalam menjalankan tugas dan fungsinya, agarsenantiasa meningkatkan pelayanan khususnya terhadap pihak yangmeminta dilakukannya pemeriksaan, mengingat pentingnya visum etrevertum dalam proses pembuktian perkara persidangan khususnyamenyangkut keterangan yang diberikan. Keterbatasan dokter spesialisforensik memberikan pengaruh terhadap dokter umum dimana pada saatterdapat permintaan visum dan instansi tersebut hanya terdapat dokterumum, maka dokter umum berkewajiban untuk membuatnya diperlukankeberanian, ketelitian dan kesungguhan dari para dokter itu sendiri untukmelakukan pemeriksaan dan diberikan dalam bentuk Visum Et Revertu