4 research outputs found
Penerapan Senam Nifas Pada Pasien Post Sectio Caesarea Dalam Menurunkan Nyeri Pasca Persalinan
Puerperal health services for mothers begin to be provided to competent health workers within 24 hours after giving birth. Puerperal gymnastics movement exercise is a movement that can be carried out for 24 hours after delivery through activities that the mother's condition has balanced after delivery. As for intending to establish and increase the circulation of the puerperium in the mother, it also helps the goodness of the uterine muscles after delivery. The design uses a descriptive model of the case study approach. This study used two postpartum cesarean respondents who experienced postpartum pain to perform puerperal gymnastics to reduce postpartum pain. The intervention's results on several respondents, namely puerperal gymnastics, said there was a significant change or decrease in the level of pain where the level of severe pain became the absence of pain. Mild pain (4-6) decreased to absence from severe pain (7-10), no longer presence of pain that the client's face already looks relaxed, and he does not grimace anymore. It can be concluded that there is a decrease in the pain intensity scale from mild to no more pain after being given puerperal gymnastics interventions. One of the discomforts that often arises in pregnancy is back pain. Back pain is a disorder that pregnant women widely experience throughout the pregnancy until the post-Christmas period. It should be important to encourage postpartum mothers to do puerperal gymnastics in reducing postpartum pain sectio caesareaPelayanan kesehatan masa nifas bagi ibu mulai diberikan dalam waktu 24 jam setelah melahirkanpleh tenaga kesehatan yang kompeten. Latihan Gerakan senam nifas adalah suatu Gerakan bahwa dapat dilaksanakan selama 24 jam sehabis persalinan melalui kegiatan yang telah diseimbangkan oleh keadaan ibu sehabis persalinan Adapun bermaksud akan menegakan dan menaikan peredaran masa nifas pada ibu, juga menolong kebaikan itensitas otot Rahim sehabis persalinan. Desain menggunakan model deskriptif pendekatan studi kasus. Penelitian ini menggunakan dua responden pasca persalinan section caesarea yang mengalami nyeri pasca yang akan dilakukan senam nifas dalam menurunkan nyeri pasca persalinan. Hasil intervensi yang dilakukan kepada beberapa responden yaitu senam nifas mengatakan ada perubahan atau penurunan tingkat nyeri yang signifikan dimana tingkat nyeri berat menjadi tidak adanya nyeri. Dari dari nyeri ringan (4-6) menurun ke tidak adanya nyeri dari nyeri berat (7-10) menurun tidak lagi adanya nyeri yang wajah klien sudah terlihat rileks dan tidak meringgis lagi. Dapat disimpulkan bahwa adanya penurunan skala intensitas nyeri dari nyeri ringan sampai tidak adanya nyeri lagi setelah diberikan intervensi senam nifas. Salah satu ketidaknyamanan yang sering timbul pada kehamilan adalah nyeri punggung. Nyeri punggung merupakan gangguan yang banyak dialami oleh ibu hamil sepanjang masa kehamilan hingga periode pasca natal. Sebaiknya pentingnya memberikan menganjurkan ibu nifas untuk melakukan senam nifas dalam menurunksn nyeri pasca persalinan sectio caesarea
PENERAPAN HOUSEKEEPING BERBASIS 5R PADA BAGIAN PRODUKSI PT. SERMANI STEEL MAKASSAR
Salah satu konsep budaya di industri adalah budaya 5R. Konsep ini sederhana, mudah dipahami dan langkah awal penyebarluasan budaya industri. 5R berasal dari 5S, singkatan dari Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke. Konsep 5R yang sederhana dan sering terabaikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan Housekeeping Berbasis 5R pada bagian produksi di PT. Sermani Steel Makassar. Jenis penelitian ini bersifat observasional deskriptif dengan melakukan pengamatan lingkungan kerja dan melakukan wawancara tidak terstruktur terkait penerapan 5R kepada kepala staff K3 dan kepala bagian setiap unit produksi. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dengan menggunakan instrumen penelitian berupa lembar observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan 5R pada bagian unit pemotongan koil belum terlaksana secara maksimal atau tidak dapat dikatakan baik, karena hasil yang didapatkan kurang dari 50% kriteria yang terlaksana. Pada unit bagian mesin stemple, penerapan 5R sudah dapat dikatakan baik, karena dari hasil penelitian ini menunjukkan penerapan 5R khususnya pada prinsip rapi, resik, dan rawat kriteria pelaksanaannya sudah melebihi dari 50%, sedangkan pada prinsip ringkas dan rajin masih dibawah 50%. Pada unit bagian mesin gelombang penerapan 5R juga sudah dapat dikatakan baik, karena dari hasil penelitian ini pelaksanaan 5R khususnya pada prinsip Ringkas, Resik, dan rawat kriteria pelaksanaannya sudah melebihi dari 50%, sedangkan pada prinsip rapi dan rajin belum mencapai nilai dari 50% atau belum terlaksana dengan baik. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa penerapan housekeeping dapat disimpulkan masih kategori kurang sebab masih adanya unit yang belum menerapkan 5R dengan baik.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA KECELAKAAN KERJA PENDERES POHON AREN DI DESA KOROLOLAKI
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan yang berhubungan dengan hubungan kerja di lingkungan kerja. Kelalaian atau kesalahan manusia menjadi hal yang paling sering memicu terjadinya kecelakaan kerja. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor - faktor apa yang berhubungan dengan kecelakaan kerja penderes pohon aren. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini berjumlah 39 orang penderes dengan teknik penarikan sampel yaitu total sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, tindakan tidak aman, dan penggunaan APD. Data dikumpulkan dengan cara observasi, wawancara dan kuisioner, serta jurnal-jurnal ilmiah. Data dianalisis dengan analisis chi-square. Hasil uji statistik didapatkan bahwa pengetahuan (p= 0, 082) tidak memiliki pengaruh terhadap kecelakaan kerja, tindakan (p= 0,003) memiliki pengaruh terhadap kecelakaan kerja, sikap (p= 0, 0728) tidak memiliki pengaruh terhadap kecelakaan kerja, dan APD (p= 0,001) memiliki pengaruh terhadap kecelakaan kerja. Berdasarkan hasil observasi meskipun pengetahuan dan sikap responden cukup baik namun responden melakukan tindakan kerja yang kurang aman dan sebagian besar responden juga kurang dalam hal penggunaan APD-nya. Hal inilah yang memicu tingginya tingat kecelakaan kerja pada penderes. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kecelakaan kerja adalah tindakan tidak aman dan kurang lengkapnya penggunaan APD
Behind the Hammer's Swing: Work Fatigue Among Traditional Stone Breakers in the Coastal Region of the Selayar Islands, Indonesia
The work of stone breakers involves heavy and repetitive physical activity, which can increase the risk of injuries and health problems, one of which is work fatigue. Before work fatigue becomes more severe, it is essential to identify its causes. This study aims to analyze work fatigue and the factors that influence it. The study uses an observational analytic approach with a total of 50 respondents. The variables measured include age, length of work, years of service, workload, total sleep time, and work fatigue. Data collection was carried out through questionnaires and specific workload observations. The results of the study indicate that 25 people (50%) experienced high work fatigue. Further analysis showed that age (p-value = 0.020) and gender (p-value = 0.001) significantly influenced work fatigue. The results also showed that there was no significant effect of length of work (p-value = 0.140), years of service (p-value = 0.27), workload (p-value = 0.258), and total sleep time (p-value = 0.401) on work fatigue. This study concludes that work fatigue among traditional stone breakers is influenced by age and gender. Interventions are needed to reduce work fatigue through adjustments to the work environment and rest periods. This study reinforces the understanding of Q.S. Al-Baqarah/2:286, which emphasizes that every individual has limitations. The fatigue experienced is proof that the human body has limits and needs adequate rest to function optimally.