4 research outputs found
Strategi Pengajaran Efektif untuk Membedakan Bilangan Cacah dan Bilangan Asli di Kelas Matematika
Konsep yang benar perlu ditanamkan sadari dini. Penanaman konsep yang salah akan menimbulkan miskonsepsi yang akan terus di bawa dalam proses pembelajaran. Bilangan merupakan suatu konsep yang abstrak, bukan simbol dan bukan pola angka. Ketika peneliti mengadakan penelitian dari hasil simulasi mengajar yang peneliti dan kelompok lakukan di kelas mengenai bilangan asli, bilangan cacah dan bilangan bulat peneliti menemukan suatu masalah dalam realitas lapangannya. Adanya miskonsepsi dalam memahami apa itu bilangan asli dan apa itu bilangan cacah pada siswa. Miskonsepsi ditemukan ketika siswa masih mengkategorikan 0 ke dalam bilangan asli padahal pada konsep yang benar 0 adalah anggota bilangan cacah.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK). Observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi real atau asli dari pelaksanaan pembelajaran matematika pada materi bilangan asli dan bilangan cacah. Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu penelitian dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Dari hasil kegiatan penelitian ini dihasilkan bahwa untuk menghilangkan miskonsepsi pada bilangan cacah dan bilangan asli, yaitu dengan menggunakan strategi pengajaran efektif sehingga siswa dapat membedakan antara bilangan cacah dan juga bilangan asli yang melibatkan beberapa pendekatan yang dapat meningkatkan kemampuan siswa memahami dan mengamplikasikan konsep bilangan dengan strategi seperti: penggunaan media interaktif, penggunaan benda konkret, penggunaan skema pembelajaran, penggunaan langkah pembelajaran, penggunaan kunci jawaban, penggunaan video materi, dan penggunaan latihan soal
PENERAPAN STRATEGI PEMASARAN, DIGITAL MARKETING MELALUI E-COMMERCE DAN MARKETPLACE UMKM TOAPAYA UTARA
Empowerment Activities Are A Form Of Community Service By Group 17 KKN Of The Tanjungpinang Development Economics College (STIE). Empowerment Activities Through Assistance For MSME Actors, Along With The Development Of Technology And The Need For Information, The Internet Is Also Experiencing Development. So Currently, A New Pattern Appears In Doing Business Processes That Is By Using The Internet. In Today's Business, Marketplace Or E- Commerce Is One Of The Places To Promote Products To Be More Efficient, Flexible, And Can Save Costs. The Non-Profit Partners In This Activity Are Micro, Small And Medium Enterprises (Msmes) That Produce Sweet Potato Rengginang In North Toapaya Village. This Business Has Been Established Since 2007 In North Toapaya Village, It Has Been About 15 Years That This Business Has Been Going On, But The Marketing Is Still Very Minimal, MSME Actors Still Need To Understand The Importance Of Using Digital Marketing To Improve The Marketing System So That They Can Expand Their Business Goals And Can Support Activities. Sales For Better. The Results Of This Service Are Expected That MSME Actors Can Understand The Importance Of Understanding Digital Marketing In Marketing Their Product
Peran Stakeholders dalam Pelaksanaan Program Brexit (Braille E-Ticket and Extraordinary Access for Visual Disabilities) di Puskesmas Janti Kota Malang
Program Brexit (Braille E-ticket and Extraordinary Access for Visual Disabilities) dilaksanakan sebagai upaya untuk memberikan pelayanan kesehatan yang setara dan aksesibel bagi disabilitas netra. Peran stakeholders diperlukan agar mekanisme pelaksanaan program Brexit dapat berjalan sesuai dengan tujuan dan sasarannya. Penelitian menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Fokus penelitian terbagi menjadi dua: 1) analisis peran stakeholders pada program Brexit menggunakan lima kategori peran antara lain policy creator, koordinator, fasilitator, implementer, dan akselerator; dan 2) faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan program Brexit. Sumber data adalah sumber data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan dalam pelaksanaan program Brexit terdapat stakeholder yang berperan sebagai (1) policy creator yaitu Puskesmas Janti dan Dinas Kesehatan Kota Malang, kedua stakeholder tersebut berperan dalam merumuskan regulasi mengenai pelaksanaan program Brexit; (2) koordinator yaitu Puskesmas Janti Kota Malang mengkoordinasikan seluruh stakeholder dan Pemerintah Kota Malang berkoordinasi dengan pihak luar yang setara; (3) fasilitator yaitu Puskesmas Janti berperan untuk menyediakan layanan dan fasilitas, Dinas Kesehatan Kota Malang memberikan printer braille, PERTUNI memenuhi kebutuhan informasi mengenai disabilitas netra, PLD UB memberikan pengetahuan terkait dengan layanan etiket braille dan menjadi narasumber pelatihan disabilities awarness, Urbanist Indonesia berperan dalam memberikan sumbangan berupa perbaikan papan braille; (4) implementer yaitu Puskesmas Janti Kota Malang memberikan layanan berupa etiket obat braille, on the spot disabilities health services, penyuluhan kesehatan, telemedicine “Puskesmas Janti Care”, dan disabilitas netra berperan sebagai pengguna program Brexit; (5) akselerator yaitu Pemerintah Kota Malang memberikan pembinaan dan pengembangan dan Rehabilitasi Sosial Bina Netra memberikan saran dan masukan dan memberikan orientasi kepada disabilitas netra. Faktor pendukung yaitu adanya kesamaan tujuan antar stakeholder, komunikasi, antusias disabilitas netra dan faktor penghambat yaitu belum optimalnya sosialisasi program Brexit dan keterbatasan sumber daya manusia. Sebaiknya, sosialisasi dapat lebih dioptimalkan dan menambah sumber daya manusia dan pelatihan secara berkala