2 research outputs found
HUBUNGAN ANTARA KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA YANG BEKERJA SEBAGAI POLISI DI POLRESTABES SEMARANG
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesejahteraan psikologis dengan konflik peran ganda pada wanita yang bekerja sebagai polisi di Polrestabes Semarang. Kesejahteraan psikologis merupakan kemampuan individu untuk dapat menerima kelebihan dan kekurangan dirinya, pengalaman-pengalaman dalam hidupnya sehingga mampu berhubungan positif dengan orang lain, memiliki tujuan hidup yang jelas, mampu mengarahkan perilakunya sendiri, mampu bertahan dalam lingkungan, mempunyai keinginan untuk belajar guna mengembangkan potensi dalam diri. Konflik peran ganda adalah konflik yang terjadi akibat adanya pertentangan tuntutan dan harapan antara peran yang satu dengan peran yang lain, dalam hal ini peran di ranah pekerjaan dan di ranah keluarga. Populasi penelitian yaitu polisi wanita di Polrestabes Semarang yang sudah menikah. Subjek penelitian berjumlah 40 polisi wanita. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan skala kesejahteraan psikologis (39 aitem; α = 0,945) dan skala konflik peran ganda (40 aitem; α = 0,942). Hasil analisis regresi sederhana menunjukkan adanya hubungan negatif signifikan antara kesejahteraan psikologis dengan konflik peran ganda (rxy= -0,67; p= 0,000). Hasil analisis menunjukkan bahwa semakin tinggi kesejahteraan psikologis maka konflik peran ganda yang dialami rendah. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah kesejahteraan psikologis maka konflik peran ganda yang dialami tinggi. Kesejahteraan psikologis memberikan sumbangan efektif sebesar 44,9% terhadap konflik peran ganda.
Kata kunci : Kesejahteraan psikologis, konflik peran ganda, polisi wanit
HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA PANTI ASUHAN DI SEMARANG
Abstrak
Tolong menolong dalam diri remaja saat ini sudah mulai memudar. Hal ini dikarenakan adanya gaya hidup hedonis dan sikap individualitas pada diri remaja. Dalam berinteraksi remaja seharusnya mempunyai kecenderungan untuk berperilaku prososial dalam kehidupan sehari-hari, terutama remaja panti asuhan dimana setiap harinya bergantung satu sama lain dengan pengasuh dan teman-teman di panti asuhan. Akan tetapi, umumnya anak panti asuhan memiliki kepribadian inferior yang berakibat pada tinggi rendahnya harga diri remaja untuk berinteraksi dengan sesama. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara harga diri dengan kecenderungan perilaku prososial. Populasi penelitian ini adalah remaja panti asuhan di Semarang yang berusia 12-19 tahun, dengan jumlah populasi dan sampel yang sama yaitu 152 orang. Sampel ditentukan dengan teknik cluster sampling. Pengumpulan data menggunakan Skala Harga Diri (39 aitem) dan Skala Kecenderungan Perilaku Prososial (34 aitem). Analisis regrsi sederhana menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara harga diri dengan kecenderungan perilaku prososial (nilai signifikansi 0,000; p<0,05), yang berarti bahwa semakin tinggi harga diri maka semakin tinggi kecenderungan perilaku prososial. Sumbangan efektif sebesar 0,241 berarti bahwa harga diri memberikan sumbangan efektif sebesar 24,1% pada kecenderungan perilaku prososial, sedangkan 75,9% dipengaruhi variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
Kata kunci: harga diri; kecenderungan perilaku prososial; remaja; panti asuhan; prososia