64 research outputs found

    Pengaruh Premedikasi Midazolam 0,04 mg/kgBB sebelum Anestesi Spinal terhadap Respons Tubuh saat Insersi Jarum Spinal dan Kepuasan

    Get PDF
    Conscious sedation pada pasien yang dilakukan tindakan anestesi spinal membuat pasien menjadi lebih nyaman, kooperatif selama penyuntikan, dan mengurangi respons tubuh saat insersi jarum spinal. Midazolam memiliki efek ansiolitik, sedatif-hipnotik, amnesia, melemaskan otot, dan mengurangi mual-muntah akibat pembedahan. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh premedikasi midazolam 0,04 mg/kgBB yang diberikan 30 menit sebelum dilakukan anestesi spinal terhadap respons tubuh pasien saat insersi jarum spinal dan kepuasan pasien terhadap anestesi spinal. Penelitian dilakukan periode September–Desember 2019 di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian bersifat prospektif eksperimental menggunakan uji klinis acak buta ganda terhadap 46 subjek yang dibagi acak ke dalam 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol (kelompok K, n=23) dan kelompok premedikasi midazolam (kelompok M, n=23). Pasca- pemberian premedikasi midazolam dinilai respons tubuh pasien saat insersi jarum spinal menggunakan prick response score dan kepuasan pasien dengan numeric rating scale. Analisis statistik untuk respons penyuntikan dan kepuasan pasien diuji dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan respons tubuh pasien saat insersi jarum spinal berkurang (p<0,01) dan kepuasan pasien meningkat (p<0,01) pada kelompok premedikasi midazolam. Simpulan, premedikasi midazolam 0,04 mg/kgBB yang diberikan 30 menit sebelum anestesi spinal menurunkan respons tubuh pasien saat insersi jarum spinal dan meningkatkan kepuasan pasien terhadap anestesi spinalThe Effect of Midazolam Premedication 0.04 mg/kgBW before Spinal Anesthesia to Body Response during Spinal Needle Insertion and Satisfaction Conscious sedation leads to a more comfortable spinal intervention for patients, making them more cooperative as well as  decreasing body response during spinal needle insertion. Midazolam has anxiolytic, hypnosis-sedative, amnesia, muscle relaxation effects and ability to reduce nausea and vomiting related to a surgery.  The aim of this study was to determine the effect of 0,04 mg/kgBW midazolam premedication administered 30 minutes before spinal anesthesia on body response during spinal needle insertion and patient satisfaction. The prospective experimental study with a randomized, double blinded clinical trial approach was conducted from September to December 2019 in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung. Forty-six subjects were randomly divided into 2 groups: a control group (group K, n=23), and a midazolam premedication group (group M, n=23). After premedication with midazolam, the patient`s body response during spinal needle insertion were evaluated using the prick response score and their satisfaction was assessed using the numeric rating scale. Statistical analysis used to analyze  body response during needle insertion and patient satisfaction was the Chi-Square test. Results howed that patient`s body response during spinal needle insertion were reduced (p<0.01) and patient satisfaction increased (p<0.01) in the midazolam premedication group. In conclusion, 0.04 mg/kgBW midazolam premedication administered 30 minutes before spinal anesthesia reduces patient body response during spinal needle insertion and increases patient satisfaction on spinal anesthesia.Pengaruh Premedikasi Midazolam 0,04 mg/kgBB sebelum Anestesi Spinal terhadap Respons Tubuh saat Insersi Jarum Spinal dan Kepuasan  Anna Christanti, Ezra Oktaliansah, Indriasari Departemen Anestesiologi dan Terapi IntensifFakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin BandungAbstrak Conscious sedation pada pasien yang dilakukan tindakan anestesi spinal membuat pasien menjadi lebih nyaman, kooperatif selama penyuntikan dan mengurangi respons saat insersi jarum spinal. Midazolam memiliki efek ansiolitik, sedatif-hipnotik, amnesia, melemaskan otot, dan mengurangi mual-muntah akibat pembedahan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh premedikasi midazolam 0,04 mg/kgBB yang diberikan 30 menit sebelum dilakukan anestesi spinal terhadap respons tubuh pasien saat insersi jarum spinal dan kepuasan pasien terhadap anestesi spinal. Penelitian dilakukan periode September-Desember 2019 di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian bersifat prospektif eksperimental dengan menggunakan uji klinis acak buta ganda terhadap 46 subjek yang dibagi acak ke dalam 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol (kelompok K, n=23) dan kelompok premedikasi midazolam (kelompok M, n=23). Pasca pemberian premedikasi midazolam dinilai respons tubuh pasien saat insersi jarum spinal menggunakan prick response score dan kepuasan pasien dengan numeric rating scale. Analisis statistik untuk respons penyuntikan dan kepuasan pasien diuji dengan tes Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan respons tubuh pasien saat insersi jarum spinal berkurang (p<0,01) dan kepuasan pasien meningkat (p<0,01) pada kelompok premedikasi midazolam. Simpulan penelitian yaitu premedikasi midazolam 0,04 mg/kgbb yang diberikan 30 menit sebelum anestesi spinal menurunkan respons tubuh pasien saat insersi jarum spinal dan meningkatkan kepuasan pasien terhadap anestesi spinal. Kata kunci : Anestesi spinal, kepuasan pasien, premedikasi midazolam, respons tubuh saat insersi jarum spinal  The Effect Of Midazolam Premedication 0,04 mg/kgBW before Spinal Anesthesia to Body Response during Spinal Needle Insertion and Satisfaction  AbstractMidazolam has anxiolytic, hypnosis-sedative, amnesia, muscle relaxation effect and reduces nausea and vomiting due to surgery. Conscious sedation leads to a more comfortable spinal intervention for the patient, making them more cooperative and allaying response during spinal needle insertion. The aims of this study were to determine the effects of 0,04 mg/kgBW midazolam premedication administered 30 minutes before spinal anesthesia on the patient`s body response during spinal needle insertion and satisfaction. The study was conducted in September-December 2019 in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung. This was a prospective experimental study with a randomized, double blinded clinical trial on 46 subjects randomly divided into 2 groups, a control group (group K, n=23), and a midazolam premedication group (group M, n=23). After premedication with midazolam, the patient`s body response were evaluated during spinal needle insertion using the prick response score and their satisfaction using the numeric rating scale. Statistical analysis for response during needle insertion and patient satisfaction was evaluated using the Chi-Square test. Results of the study showed that patient`s body response during spinal needle insertion were reduced (p<0,01) and patient satisfaction was increased (p<0,01) in the midazolam premedication group. In conclusion, 0,04 mg/kgBW midazolam premedication administered 30 minutes before spinal anesthesia reduces patient body response during spinal needle insertion and increases patient satisfaction on spinal anesthesia. Keywords : Body response during spinal needle insertion, midazolam premedication, patient satisfaction, spinal anesthesia

    Perbandingan Angka Keberhasilan, Waktu Dan Kenyamanan Intubasi Endotrakea Antara Operator Posisi Berdiri Dan Duduk Pada Pasien Posisi Sniffing

    Get PDF
    Kemampuan untuk visualisasi glotis saat melakukan tindakan laringoskopi direk merupakan kunci untuk melakukan tindakan intubasi endotrakea. Posisi sniffing dan ketinggian meja berpengaruh pada visualisasi glotis dan kenyamanan operator saat intubasi endotrakea. Namun, meja operasi sering ditemukan tidak berfungsi dengan baik. Ketersediaan kursi ergonomis diharapkan sebagai alternatif untuk menjawab permasalahan yang terjadi. Tujuan penelitian ini mengetahui perbandingan keberhasilan, waktu, dan kenyamanan operator pada intubasi endotrakea dengan pasien posisi sniffing menggunakan bantal kepala antara operator posisi berdiri dan duduk. Penelitian ini merupakan penelitian prospective randomized paralel trial, dilakukan pada 44 pasien yang menjalani operasi elektif dan emergensi dengan anestesi umum yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk kriteria eksklusi. Penelitian dilakukan di ruang operasi elektif dan emergensi RSUP Dr. Hasan Sadikin pada bulan Oktober 2020. Analisis statistik menggunakan t independent test untuk lama intubasi dan kenyamanan pasien, sedangkan untuk data kategorik dengan uji chi-square. Keberhasilan dan lama waktu intubasi endotrakea pada pasien posisi sniffing menggunakan bantal dengan operator posisi berdiri dan duduk tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05). Pada variabel skor kenyamanan intubasi endotrakea pada pasien posisi sniffing menggunakan bantal dengan operator posisi berdiri dan duduk terdapat perbedaan rerata yang sangat signifikan (p0.05) in intubation time and success rate of endotracheal intubation on patients in sniffing position using a head cushion between sitting and standing position of the operator. There was a significant mean difference (p0,05) pada variabel keberhasilan dan waktu intubasi endotrakea pada pasien posisi sniffing menggunakan bantal dengan operator posisi berdiri dan duduk. Terdapat perbedaan rerata yang sangat signifikan (p<0,01) pada variabel skor kenyamanan intubasi endotrakea pada pasien posisi sniffing menggunakan bantal dengan operator posisi berdiri dan duduk. Skor kenyamanan intubasi endotrakea posisi duduk lebih baik dibandingkan posisi berdir

    Efektivitas Spray Lidokain pada Pipa Endotrakea terhadap Kejadian Nyeri Tenggorok Pascaoperasi yang Dihubungkan dengan Lama Anestesi/Intubasi

    Get PDF
    Postoperative sore throat (POST) merupakan salah satu komplikasi anestesi yang mengurangi kenyamanan pasien dengan angka kejadian yang cukup tinggi. Lidokain merupakan salah satu medika mentosa yang dapat digunakan untuk mencegah POST. Penelitian ini bertujuan menilai efektivitas spray lidokain pada endotracheal tube (ETT) yang dihubungkan dengan lama anestesi/intubasi pada periode Desember 2020–Februari 2021 di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Uji klinis dilakukan terhadap 113 subjek yang terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu dengan lama operasi 2 jam (kelompok 3). Penilaian dilakukan pada jam ke-0, 1, 6, dan 24 pascaoperasi. Analisis statistik nonparametrik menggunakan uji Kruskal Wallis dan analisis post-hoc menggunakan uji Mann Whitney. Terdapat perbedaan POST yang signifikan pada perbandingan kelompok 1 dengan 3, serta kelompok 2 dengan 3 (p0,05). Pemberian lidokain pada ETT untuk mencegah POST efektif pada lama anestesi/intubasi kurang dari 2 jam. Diperlukan modalitas lain untuk mencegah POST pada operasi dengan durasi lebih dari 2 jam.Effectiveness of Lidocaine Spray for Preventing Postoperative Sore Throat in Several Durations of AnesthesiaPostoperative sore throat (POST) is a common postoperative complaint after general anesthesia, which can cause dissatisfaction and discomfort after surgery. Lidocaine is one of the drugs used to reduce or prevent POST. This study aimed to determine the effectiveness of lidocaine in preventing POST at various durations of anesthesia/intubation. The study was conducted from December 2020 to February 2021 at Dr. Hospital. Hasan Sadikin Bandung. This study enrolled 113 subjects who were divided into three groups, namely the group with a duration of anesthesia/intubation of less than 1 hour (group 1), between 1–2 hours (group 2), and the group with a duration of more than 2 hours (group 3). The postoperative sore throat was assessed immediately after the patient was extubated, 1, 6, and 24 hours post-extubation. Nonparametric statistical analysis was performed with the Kruskal Wallis test. The results showed that the severity of POST was statistically different between the groups (p0.05). Administration of a lidocaine spray for preventing POST is effective in an anesthetic duration of fewer than 2 hours. Other modalities may be required for an anesthesia duration of more than 2 hours. Postoperative sore throat (POST) merupakan salah satu komplikasi anestesi yang mengurangi kenyamanan pasien dengan angka kejadian yang cukup tinggi. Lidokain merupakan salah satu medika mentosa yang dapat digunakan untuk mencegah POST. Penelitian ini bertujuan menilai efektivitas spray lidokain pada endotracheal tube (ETT) yang dihubungkan dengan lama anestesi/intubasi pada periode Desember 2020–Februari 2021 di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Uji klinis dilakukan terhadap 113 subjek yang terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu dengan lama operasi 2 jam (kelompok 3). Penilaian dilakukan pada jam ke-0, 1, 6, dan 24 pascaoperasi. Analisis statistik nonparametrik menggunakan uji Kruskal Wallis dan analisis post-hoc menggunakan uji Mann Whitney. Terdapat perbedaan POST yang signifikan pada perbandingan kelompok 1 dengan 3, serta kelompok 2 dengan 3 (p0,05). Pemberian lidokain pada ETT untuk mencegah POST efektif pada lama anestesi/intubasi kurang dari 2 jam. Diperlukan modalitas lain untuk mencegah POST pada operasi dengan durasi lebih dari 2 jam

    Efek Pemberian Positive End Expiratory Pressure 5 cmH2O terhadap Perubahan Nilai Forced Expiratory Volume in 1 Second dan Forced Vital Capacity pada Pasien Pascaoperasi Ortopedi

    Get PDF
    Prinsip lung protective ventilation merupakan strategi ventilasi intraoperasi yang direkomendasikan untuk mencegah komplikasi paru pascaoperasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui efek pemberian PEEP 5 cmH2O terhadap nilai FEV1 dan FVC pada pasien pascaoperasi ortopedi. Penelitian dilakukan terhadap 54 pasien yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok PEEP 5 dan kelompok kontrol (PEEP 0). Penelitian eksperimental ini menggunakan desain single-blind randomized controlled trial dan melibatkan 54 pasien yang dilakukan operasi ortopedi di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada bulan Oktober 2021–Januari 2022. Analisis statistik menggunakan uji T tidak berpasangan dan Uji Mann-Whitney. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kelompok PEEP 5 terjadi penurunan nilai FEV1 lebih rendah dengan rerata –0,17±0,123 dibanding dengan kelompok kontrol (PEEP 0) sebesar -0,49±0,237. Pada kelompok PEEP 5 terjadi penurunan nilai FVC yang lebih rendah dengan rerata -0,20±0,132 dibanding dengan kelompok kontrol (PEEP 0) sebesar -0,60±0,23. Terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik antara kelompok PEEP 5 dan PEEP 0 (p<0,05). Simpulan penelitian ini adalah perubahan penurunan nilai FEV1 dan FVC pada pasien pascaoperasi ortopedi dengan pemberian PEEP 5 cmH2O lebih rendah dibanding dengan kelompok kontrol (PEEP 0). Effects of Positive End Expiratory Pressure cmH2O on Changes in Forced Expiratory Volume in 1 Second and Forced Vital Capacity Values in Post Orthopedic Surgery PatientsThe principle of protective lung ventilation is the recommended ventilation strategy to prevent postoperative pulmonary complications. This study aimed to determine the effect of Positive End Expiratory Pressure (PEEP) 5 cmH2O on Forced Expiratory Volume in 1 second (FEV1) and Forced Vital Capacity (FVC) post orthopedic surgery patients. The study was conducted on 54 patients divided into two groups: the PEEP 5 group and the control group (PEEP 0). This experimental study used a single-blind randomized controlled trial design involving 54 patients undergoing orthopedic surgery at dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung between October 2021–January 2022. Statistical analysis was performed using the unpaired T-test and Mann-Whitney test. Study results revealed that in the PEEP 5 group, there was a smaller decrease of FEV1 values, with an average of -0.17±0.12 compared to the control group (PEEP 0) of -0.49±0.23. In the PEEP 5 group, there was a smaller decrease in the FVC value with an average of -0.20 ± 0.13 compared to the control group (PEEP 0) of -0.60±0.23. There was a statistically significant difference between the PEEP 5 and PEEP 0 groups with (p<0.05). This study concludes that the decrease in FEV1 and FVC values in post orthopedic surgery patients with PEEP 5 cmH2O is lower than the control group (PEEP 0)

    Efektivitas oksigenasi dan ventilasi saat induksi anestesi umum menggunakan masker bedah dinilai berdasarkan SpO2 dan EtCO2

    Get PDF
    Anestesiolog memiliki risiko tinggi terpapar aerosol pada saat melakukan tindakan ventilasi maupun intubasi. Anestesiolog harus dapat melakukan ventilasi dengan baik selama induksi anestesi umum. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas oksigenasi dan ventilasi saat induksi anestesi umum pada pasien yang menggunakan masker bedah dinilai berdasar atas SpO2 dan EtCO2. Penelitian ini merupakan penelitian analisis numerik berpasangan dengan rancangan eksperimental pada pasien yang dilakukan operasi elektif dengan anestesi umum di Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada bulan November–Desember 2020. Selama induksi anestesi, pasien menggunakan masker bedah kemudian dilakukan penilaian SpO2 dan EtCO2 pada saat sebelum induksi dan selama induksi menit ke-1, 2, dan 3. Hasil penelitian mengungkapkan nilai SpO2 dan EtCO2  preinduksi dan pada menit ke-1, 2, dan 3 diperoleh nilai rerata SpO2 dan EtCO2 induksi menit ke-1, ke-2, dan ke-3 tidak lebih inferior dibanding dengan nilai pra induksi (p<0,05) dengan nilai rerata SpO2 dan EtCO2 dalam batas normal.Simpulan penelitian adalah penggunaan masker bedah selama induksi tidak mengurangi efektivitas oksigenasi dan ventilasipada pasien yang dilakukan anestesi umum dinilai berdasar atas SpO2 dan EtCO2. Effectiveness of Oxygenation and Ventilation During General Anesthesia Induction Using Surgical Mask Assessed by SpO2 and EtCO2 Anesthesiologist have high risk for exposure of aerosol during ventilation or intubation. They must do ventilation during induction of general anesthesia effectively. The study was aimed to know how effective the oxygenation and ventilation during induction of general anesthesia while using surgical mask assessed by SpO2 and EtCO2. The research was a numerical analytic with experimental design performed on elective surgery patients done by general anesthesia in central operating theatre Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung in November–December 2020. During induction of anesthesia, patient were using surgical mask and assessment of SpO2 and EtCO2 was done before induction and during induction in the 1st, 2nd, and 3rd minute induction. The result of the study revealed SpO2 and EtCO2  preinduction and 1st, 2nd, and 3rd minute induction had SpO2 and EtCO2 value in 1st, 2nd, and 3rd minute induction not inferior to pre induction value, with SpO2 and EtCO2 value within normal limit.The study has concluded that using surgical mask during induction does not decrease the effectiveness of oxygenation and ventilation in patient with general anesthesia assessed by SpO2 and EtCO2.Anestesiolog memiliki risiko tinggi terpapar aerosol pada saat melakukan tindakan ventilasi maupun intubasi. Anestesiolog harus dapat melakukan ventilasi dengan baik selama induksi anestesi umum. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas oksigenasi dan ventilasi saat induksi anestesi umum pada pasien yang menggunakan masker bedah dinilai berdasarkan SpO2 dan EtCO2. Penelitian ini merupakan penelitian analisis numerik berpasangan dengan rancangan eksperimental pada pasien yang dilakukan operasi elektif dengan anestesi umum di Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada bulan November – Desember 2020. Selama induksi anestesi, pasien menggunakan masker bedah kemudian dilakukan penilaian SpO2 dan EtCO2 pada saat sebelum induksi dan selama induksi menit ke-1, 2 dan 3. Hasil penelitian mengungkapkan nilai SpO2 dan EtCO2  preinduksi dan pada menit ke-1, 2 dan 3 diperoleh nilai rata-rata SpO2 dan EtCO2 induksi menit ke-1, ke-2 dan ke-3 tidak lebih inferior dibandingkan dengan nilai pra induksi (p<0,05) dengan nilai rata-rata SpO2 dan EtCO2 dalam batas normal.Simpulan penelitian adalah penggunaan masker bedah selama induksi tidak mengurangi efektivitas oksigenasi dan ventilasipada pasien yang dilakukan anestesi umum dinilai berdasarkan SpO2 dan EtCO2

    PENGARUH PREMEDIKASI KETAMIN 0,3 MG/KGBB TERHADAP RESPONS TUBUH PASIEN SAAT INSERSI JARUM SPINAL DAN KEPUASAN PASIEN

    Get PDF
    Pemberian premedikasi dapat mengurangi kecemasan preoperatif dan respons tubuh pasien saat insersi jarum spinal. Premedikasi membuat intervensi spinal menjadi lebih nyaman bagi pasien, pasien kooperatif selama penyuntikan, dan mengurangi respons saat insersi jarum spinal. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh premedikasi ketamin 0,3 mg/kgBB yang diberikan 3 menit sebelum dilakukan anestesi spinal terhadap respons tubuh pasien saat insersi jarum spinal dan penerimaan pasien terhadap anestesi spinal. Penelitian dilakukan periode Agustus–Desember 2020 di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian bersifat komparatif eksperimental dengan menggunakan uji klinis acak buta ganda terhadap 46 subjek yang dibagi acak ke dalam 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol (kelompok C, n=23) dan kelompok premedikasi ketamin (kelompok K, n=23). Pascapemberian premedikasi ketamin dinilai respons tubuh pasien saat insersi jarum spinal menggunakan prick response score dan penerimaan pasien dengan numeric rating scale. Analisis statistik untuk respons penyuntikan dan penerimaan pasien diuji dengan tes chi-square. Hasil penelitian menunjukkan respons tubuh pasien saat insersi jarum spinal berkurang (p<0,01) dan penerimaan pasien meningkat (p<0,01) pada kelompok perlakuan. Simpulan penelitian, yaitu premedikasi ketamin 0,3 mg/kgBB yang diberikan 3 menit sebelum anestesi spinal menurunkan respons tubuh pasien saat insersi jarum spinal dan meningkatkan penerimaan pasien terhadap anestesi spinal. The Effect of Ketamine Premedication 0.3 mg/kgBW before Spinal Anesthesia to Body Response during Spinal Needle Insertion and SatisfactionPremedication may reduce preoperative anxiety and response during spinal needle insertion. Premedication leads to a more comfortable spinal intervention for the patients, making them more cooperative and allaying response during spinal needle insertion. The aims of this study were to determine the effects of 0.3 mg/kgBW ketamine premedication administered 3 minutes before spinal anesthesia on the patient`s body response during spinal needle insertion and patient satisfaction. The study was conducted in August–December 2020 in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung. This was a comparative experimental study with a randomized, double blinded clinical trial on 46 subjects randomly divided into 2 groups, a control group (group C, n=23), and a ketamine premedication group (group K, n=23). After premedication with ketamine, the patient`s body response were evaluated during spinal needle insertion using the prick response score and their satisfaction using the numeric rating scale. Statistical analysis for response during needle insertion and patient satisfaction was evaluated using the chi-square test. Results of the study showed that patient`s body response during spinal needle insertion were reduced (p<0.01) and patient satisfaction was increased (p<0.01) in the ketamine premedication group. In conclusion, 0.3 mg/kgBW ketamine premedication administered 3 minutes before spinal anesthesia reduces patient body response during spinal needle insertion and increases patient satisfaction on spinal anesthesia.Pemberian premedikasi dapat mengurangi kecemasan preoperatif dan respons tubuh pasien saat insersi jarum spinal. Ketamin memiliki efek ansiolitik, sedatif-hipnotik, dan amnesia. Premedikasi membuat intervensi spinal menjadi lebih nyaman bagi pasien, pasien kooperatif selama penyuntikan, dan mengurangi respons saat insersi jarum spinal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh premedikasi ketamin 0,3 mg/kgBB yang diberikan 3 menit sebelum dilakukan anestesi spinal terhadap respons tubuh pasien saat insersi jarum spinal dan kepuasan pasien terhadap anestesi spinal. Penelitian dilakukan periode Agustus-Desember 2020 di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian bersifat komparatif eksperimental dengan menggunakan uji klinis acak buta ganda terhadap 46 subjek yang dibagi acak ke dalam 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol (kelompok C, n=23) dan kelompok premedikasi ketamin (kelompok K, n=23). Pasca pemberian premedikasi ketamin dinilai respons tubuh pasien saat insersi jarum spinal menggunakan prick response score dan kepuasan pasien dengan numeric rating scale. Analisis statistik untuk respons penyuntikan dan kepuasan pasien diuji dengan tes Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan respons tubuh pasien saat insersi jarum spinal berkurang (p<0,01) dan kepuasan pasien meningkat (p<0,01) pada kelompok perlakuan. Simpulan penelitian yaitu premedikasi ketamin 0,3 mg/kgBB yang diberikan 3 menit sebelum anestesi spinal menurunkan respons tubuh pasien saat insersi jarum spinal dan meningkatkan kepuasan pasien terhadap anestesi spina

    Profil Morbiditas dan Mortalitas Layanan Anestesi dan Pembedahan Pasien Geriatri di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode Februari sampai April Tahun 2021

    Get PDF
    Pasien geriatri dapat meningkatkan angka kejadian morbiditas dan mortalitas saat mendapat tindakan anestesi dan pembedahan. Tujuan penelitian adalah mengetahui profil morbiditas dan mortalitas layanan anestesi dan pembedahan pasien geriatri di RSUP Dr. Hasan Sadikin periode Februari–April tahun 2021. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional secara retrospektif terhadap rekam medis pasien yang mendapat tindakan anestesi di kamar operasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada bulan Februari–April tahun 2021. Hasil penelitian didapatkan karakteristik pasien dengan rerata usia 66 tahun, jenis kelamin laki-laki 51,0 %, IMT normal sebanyak 51,7%, status non covid 100%, komorbiditas hipertensi 30,2%, operasi elektif sebanyak 86,5%. Jenis tindakan operasi terbanyak dari bagian bedah digestif sebanyak 28,9%, status ASA 2 sebanyak 79,2%, dan tindakan anestesi umum sebanyak 69,8%. Simpulan, angka kejadian morbiditas dan mortalitas layanan anestesi dan pembedahan pasien geriatri di RSUP Dr. Hasan Sadikin bulan Februari sampai April 2021 didapatkan morbiditas sebanyak 105 pasien (70,4%) dan mortalitas sebanyak 10 pasien (6,7%). Morbiditas dan mortalitas terbanyak ditemukan pada wanita, 18,5–24,9 kg/m2 komorbid hipertensi, operasi emergensi, ASA ≥3, dan anestesi umum. Peningkatan angka keberhasilan kesehatan ditandai dengan adanya peningkatan presentasi populasi geriatri. Konsekuensinya peningkatan angka ini akan diikuti oleh peningkatan angka operasi dan tindakan anestesi. Pasien geriatri diketahui dapat meningkatkan angka kejadian morbiditas dan mortalitas dengan mendapat tindakan anestesi dan pembedahan. Kombinasi beberapa faktor yaitu status kesehatan, status nutrisi, komorbiditas, tipe pembedahan, status fisik ASA dan tipe anetesi akan berpengaruh. Tujuan penelitian adalah mengetahui profil morbiditas dan mortalitas layanan anestesi dan pembedahan pasien geriatri di RSUP Dr. Hasan Sadikin Periode Februari sampai April Tahun 2021. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional secara retrospektif terhadap rekam medis pasien yang mendapat tindakan anestesi di kamar operasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada bulan Februari sampai April tahun 2021. Data berdasarkan kondisi pasien, tindakan operasi, status ASA, tindakan anestesi, kejadian intraoperasi, komplikasi di ruang pemulihan dan ruang rawat biasa serta ruang semiintensif/intensif serta mortalitas, data tersebut dicatat dan diolah. Hasil penelitian didapatkan karakteristik pasien dengan rata-rata usia 66 tahun, jenis kelamin laki-laki 51,0 %, IMT normal sebanyak 51,7%, status non covid 100%, komorbiditas hipertensi 30,2%, operasi elektif sebanyak 86,5%. Jenis tindakan operasi terbanyak dari bagian bedah digestif sebanyak 28,9%, status ASA 2 sebanyak 79,2% dan tindakan anestesi umum sebanyak 69,8%.  Simpulan pada penelitian ini angka kejadian morbiditas dan mortalitas layanan anestesi dan pembedahan pasien geriatri di RSUP Dr. Hasan Sadikin bulan Februari sampai April 2021 didapatkan morbiditas sebanyak 105 pasien (70,4%) dan mortalitas sebanyak 10 pasien (6,7%). Morbiditas dan mortalitas terbanyak ditemukan pada golongan jenis kelamin wanita, IMT 25,0 – 29,9, komorbid hipertensi, operasi emergensi, ASA ≥ 3 dan anestesi umum

    Prevalensi dan Faktor Risiko Nyeri Punggung Bawah di Lingkungan Kerja Anestesiologi Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung

    Get PDF
    Nyeri punggung bawah (NPB) merupakan masalah kesehatan yang banyak dialami oleh tenaga kesehatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi dan faktor risiko nyeri punggung bawah di lingkungan kerja anestesiologi dan terapi intensif Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan studi potong silang. Subjek penelitian meliputi seluruh peserta pendidikan dokter spesialis (PPDS) dan konsulen anestesiologi di RS Dr. Hasan Sadikin Bandung periode bulan April─Juni 2014. Analisis data dilakukan dengan uji chi-kuadrat, Eksak Fisher dan Kolmogorov Smirnov. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi nyeri punggung bawah yang timbul setelah masuk dalam lingkungan kerja anestesiologi di RSHS adalah 35,7%. Faktor risiko yang signifikan adalah kebiasaan merokok (RR 1,35)  dan kurang olahraga (RR 80,04). Faktor posisi saat melakukan tindakan anestesi signifikan menimbulkan nyeri punggung bawah. Simpulan, prevalensi nyeri punggung bawah setelah masuk lingkungan kerja anestesiologi RSHS Bandung adalah 35,7% dengan faktor risiko adalah merokok dan kurang olahraga. Faktor posisi selama melakukan tindakan anestesi bersama-sama dengan faktor risiko lain mungkin turut memperberat nyeri punggung bawah. Kata kunci: Anestesi, faktor risiko, nyeri punggung bawah, prevalensiPrevalence and Risk Factors of Lower Back Pain in the Anesthesiology Workplace in Dr. Hasan Sadikin General Hospital BandungAbstractLower back pain (LBP) is a common health problem in many health professionals. The purpose of this study was to determine the prevalence and risk factors causing lower back pain in the anesthesiology workplace at Dr. Hasan Sadikin Hospital General Bandung. This research is a descriptive study with cross-sectional design. Subjects on this research were the anesthesiology residents and consultants in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung between April and June 2014. Data analysis was performed by chi-square, Exact Fisher and Kolmogorov Smirnov. The results showed that the prevalence of lower back pain that arises after entering the anesthesiology workplace in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung was 37.5%. The significant risk factors were smoking (RR 1.348)  and lack of exercise (RR 80.04) while the position factor during conducting anesthesia did not significantly cause lower back pain. The conclusions of this study indicate that the prevalence of low back pain that arises after entering the anesthesiology and intensive therapy workplace in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung is 37.5%.  In addition, the risk factors that significantly cause lower back pain in the anesthesiology and intensive therapy workplace in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung were smoking and lack of exercise. The position factor during conducting anesthesia together with other risk factors may contribute to the arising of lower back pain. Key words: Anesthesia, lower back pain, prevalence, risk factors DOI: 10.15851/jap.v3n1.379 

    Perbandingan Kombinasi Tramadol Parasetamol Intravena dengan Tramadol Ketorolak Intravena terhadap Nilai Numeric Rating Scale dan Kebutuhan Opioid Pascahisterektomi

    Get PDF
    Nyeri pascabedah adalah masalah penting dalam pembedahan. Penelitian ini bertujuan membandingkan kombinasi tramadol parasetamol intravena dengan tramadol ketorolak intravena terhadap nilai numeric rating scale (NRS) dan kebutuhan opioid pascabedah histerektomi abdominal. Uji klinik acak terkontrol buta ganda dilakukan terhadap 42 wanita (18–60 tahun) status fisik American Society of Anesthesiologist (ASA) I–II yang menjalani pembedahan histerektomi abdominal dalam anestesi umum di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung pada bulan Agustus–November 2014. Pasien dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 21 orang menerima kombinasi tramadol parasetamol intravena dan 21 orang menerima kombinasi tramadol ketorolak intravena yang diberikan saat dilakukan penutupan peritoneum. Penilaian skala nyeri dilakukan dengan menggunakan nilai numeric rating scale baik pada saat istirahat maupun saat mobilisasi. Analisis menggunakan Uji Mann-Whitney. Pada penelitian ini ditemukan nilai NRS pada kelompok tramadol parasetamol dan kelompok tramadol ketorolak tidak berbeda bermakna (p>0,05). Simpulan penelitian ini adalah pemberian kombinasi tramadol parasetamol intravena sebanding dengan kombinasi tramadol ketorolak terhadap nilai NRS dan kebutuhan opioid pascabedah histerektomi abdominal.Kata kunci: Kebutuhan opioid, ketorolak, numeric rating scale, parasetamol, tramadolComparison of Combined Intravenous Tramadol-Paracetamol Versus Tramadol-Ketorolac on Numeric Rating Scale and Opioid Requirement on Post Histerectomy PatientsPostoperative pain is an important problem in surgery. This study aimed to compare the combination of intravenous tramadol paracetamol and tramadol ketorolac to numeric rating scale (NRS) to postoperative opioid requirements in abdominal hysterectomy. Double blind randomized controlled trial was conducted on 42 women (18–60 years) with ASA physical status I–II who underwent abdominal hysterectomy surgery under general anesthesia in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung within the period of August–November 2014. Subjects  were divided into two groups: 21 subjects received a combination of intravenous tramadol paracetamol and 21 subjects received combination of intravenous  tramadol ketorolac that was given when peritoneum was closure. The assessment of postoperative pain was performed using a numeric rating scale  both at rest and during mobilization. Correlation analysis is conducted using Mann-whitney test. Result shows that the value of the NRS in group tramadol paracetamol compared to tramadol ketorolac  was not significantly different (p>0.05). This study concludes that the combinations of intravenous tramadol paracetamol and  tramadol ketorolac are the same in terms of the NRS and postoperative opioid requirement after abdominal hysterectomy.Key words: Ketorolac, numeric rating scale, opioid requirement, paracetamol,  tramadol DOI: 10.15851/jap.v3n3.61
    • …
    corecore