214 research outputs found
Knowledge and Attitudes of Non-Medical Faculty Students Batch 2020 about Polycystic Ovarian Syndrom (PCOS) at Tarumanagara University
Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS) is one of the most common hormonal disorders in women of childbearing age (WUS). Signs and symptoms experienced by PCOS patients are obesity, menstrual cycle ≤ 21 days or ≤ 35 days, hirsutism, excessive acne, acanthosis nigricans, skin tags, and alopecia. This study aims to determine the knowledge and attitudes in the Faculty of Non-medical students at Tarumanagara University related to PCOS.This research is a qualitative research with descriptive research design conducted at Tarumanagara University. Samples were taken between January and May 2022 among Non-medical Faculty Students batch 2020. Questionnaires were filled out and analyzed using a computer device. The knowledge levels of Non-medical Students at Tarumanagara University are categorized as" Good "47%," Sufficient "42 %, and" Bad" 11%. The categories of attitudes obtained 95% as “Good” and 5% as “Sufficient”. Those suspected of suffering PCOS as many as 17%, while the rest did not seem to suffer PCOS. Level of knowledge and attitude of Non-medical Faculty Students on PCOS is mostly “good" category. Only 17% were suspected of suffering PCOS. Keywords: Attitude, Knowledge, PCO
How to Effectively Serve Your Department by Being an Influential Leader
For this workshop, we will invite Chairs to critically think about their role as a servant leader and how to pull six levers of influence to drive change. We will open the discussion with research and knowledge about the different types of leadership and concentrate on why influence is essential. Following the discussion, we will collaborate with Chairs in a consultative model on some influential servant leadership successes and challenges in a working session focused on generating practical next steps and workable solutions to the problems being faced
KEHILANGAN DAN LIMBAH BUAH PISANG DI SEPANJANG RANTAI PASOK INDUSTRI PANGAN SERTA POTENSI VALORISASI KULIT BUAH PISANG
Kehilangan dan limbah pangan merupakan permasalahan serius yang harus segera diatasi karena merupakan penghamburan atau pemborosan makanan, energi, waktu, dan tenaga kerja. Pisang sebagai salah satu komoditas buah dengan kehilangan dan penghasil limbah terbesar di antara berbagai jenis buah, dimana produksi dan konsumsi pisang diperkirakan akan terus meningkat. Tingginya produksi dan konsumsi buah pisang di dunia mengakibatkan tingginya jumlah kehilangan dan limbah buah pisang yang terjadi di sepanjang rantai pasok. Dengan kandungan gizi dan potensi kimia kulit buah pisang yang tinggi dan tersedianya ilmu pengetahuan dan teknologi valorisasi limbah, maka seharusnya kulit buah pisang tidak lagi terbuang begitu saja sebagai limbah melainkan dapat diolah menjadi produk bernilai tinggi. Dengan demikian tujuan penulisan laporan skripsi literature review ini diantaranya mengetahui dan mendeskripsikan kehilangan dan limbah buah pisang di sepanjang rantai pasok pangan, baik dari segi kuantitas maupun karakteristik bahan, menghimpun dan mengevaluasi teknologi valorisasi dari kehilangan dan limbah kulit buah pisang dalam menghasilkan produk-produk yang potensial, serta mengevaluasi peluang dan tantangan aplikasi teknologi valorisasi dalam industri. Metode penulisan literature review ini terdiri dari tahapan yaitu menentukan topik permasalahan, mengumpulkan dan menyaring literatur awal, melakukan analisis kesenjangan, membuat desain konseptual, mengumpulkan dan menyaring literatur utama, melakukan analisis dan tabulasi data, mengumpulkan literatur tambahan, dan menulis literature review. Diperoleh hasil yaitu kehilangan dan limbah buah pisang dapat terjadi di tahap produksi, kolektor, wholesaler, retailer, dan konsumsi, dimana penyebab terjadi kehilangan dan limbah adalah buah pisang sebagai buah klimakterik yang mudah mengalami kerusakan. Kulit buah pisang kaya akan senyawa karbon, mineral, vitamin, dan kandungan bioaktif, menghasilkan produk valorisasi kulit buah pisang terkini paling banyak adalah tepung kulit pisang dan ekstrak pektin untuk aplikasi di bidang pangan, sedangkan pada bidang non pangan yaitu produk biosorben. Tepung kulit pisang paling banyak dibuat dengan metode pengeringan sun drying dan pengovenan, pre-treatment berupa perendaman berbagai jenis larutan seperti larutan asam sitrat atau perasan jeruk nipis, dan larutan natrium tiosulfat, dengan karakteristik yaitu berbentuk serbuk, berwarna coklat, dan rasa sedikit getir atau pahit. Pektin paling banyak diproduksi melalui ekstraksi pemanasan langsung dengan pelarut tertentu seperti pelarut air dan asam hidroklorat (HCl). Biosorben paling banyak diproduksi melalui aktivasi kulit pisang dengan larutan NaOH dan H3PO4 (asam fosfat) serta melalui karbonisasi pirolisis. Tantangan valorisasi limbah kulit buah pisang untuk ketiga produk adalah terkait teknologi pengolahan yang digunakan masih secara konvensional, ketepatan perlakuan selama proses, serta penerimaan konsumen terhadap karakteristik khusus untuk tepung kulit pisang. Valorisasi limbah kulit buah pisang memiliki peluang yaitu perbaikan teknologi pengolahan seperti metode pengeringan microwave drying, vacuum drying, atau freeze drying pada produksi tepung kulit pisang, sedangkan ekstraksi MAE (Microwave-Assisted Extraction) atau UAE (Ultrasound-Assisted Extraction) untuk memperoleh pektin kulit pisang, dan metode karbonisasi hidrotermal yang diterapkan untuk produksi biosorben
Análisis funcional y aplicaciones biotecnológicas del promotor del gen END1 de guisante (Pisum sativum L.)
[EN] END1 is an anther-specific gene of pea (Pisum sativum. L) that displays specific expression in the cell lines that will develop the epidermis, connective, middlle layer and endothecium tissues from very early stages (anther primordium) to late stages of the anther development. The END1 promoter region drives the uidA (GUS) gene expression specifically to the anthers of Arabidopsis thaliana, Nicotiana tabacum and Lycopersicon esculentum. The chimaeric END1::GUS gene is regulated exactly like the endogenous END1. The spatial and temporal expression pattern of END1 and the functionality of its promoter region in different plant species suggested us the possibility to use its promoter region for biotechnological applications.
We fused the 2’7 kb END1 5’ region with the ribonuclease barnase gene. The barnase is a natural ribonuclease isolated from Bacillus amyloliquefaciens. The chimaeric END1::barnasa gene was introduced into Arabidopsis, tobacco and tomato plants. The expression of the chimaeric gene inhibited anther morphogenesis and efficiently produced male-sterile transgenic plants. A detailed histological study of the development of both, WT and transgenic anthers, showed severe morphological differences from very early stages of anther development. The effects of barnase in transgenic anthers appeared when the anther was at the stage of anther primordium and it was composed by undifferentiated cells. Our results show that the END1 promoter might be a biotechnological tool to generate male-sterile plants for the production of hybrid crop plants.
Tomato male-sterile transgenic plants produced parthenocarpic fruits. This observation suggests that male-sterility in tomato is related to the induction of parthenocarpic fruits.
To identify and characterize cis-regulatory elements involved in the promoter strength and specificity, expression analysis were performed using constructs containing the END1 promoter, modified by deleting different nucleotide sequences, and the β-glucuronidase gene. Our results reveal that the 5’ region -336/-6 is sufficient to direct properly the spatial and temporal END1 gene expression and also, suggest that the END1 might be a target gene of floral organ identity genes of classes B and C.[ES] END1 es un gen de guisante (Pisum sativum L.) específico de antera que comienza a expresarse desde estadios tempranos del desarrollo (primordio de antera) en aquellas líneas celulares que darán lugar a los tejidos epidermis, conectivo, capa intermedia y endotecio, y en estos tejidos una vez desarrollados. La región promotora de dicho gen es capaz de dirigir la expresión específica del gen uidA (GUS) a las anteras de plantas de diferentes especies (Arabidopsis thaliana, Nicotiana tabacum y Lycopersicon esculentum). El patrón de expresión del gen GUS en esas plantas es similar al del gen END1 en guisante. Esta especificidad que confiere el promotor de END1 para la expresión de un gen foráneo en las anteras ofrecía la posibilidad de utilizarlo, fusionándolo a un gen citotóxico, como una herramienta biotecnológica para la obtención de plantas transgénicas androestériles.
En este trabajo, hemos fusionado la región 5’ completa (-2736/-6) del promotor de END1 a la secuencia codificante de la ribonucleasa extracelular producida por el Bacillus amyloliquefaciens, barnasa. Con esta construcción hemos transformado dos plantas modelo, Arabidopsis y tabaco y una planta de interés agronómico, el tomate. La expresión del gen citotóxico barnasa donde END1 es activo, trajo como consecuencia una degeneración de tejidos de la antera que inhibió el desarrollo de los granos de polen. Las plantas transgénicas resultantes fueron androestériles. Los estudios a nivel histológico de las anteras transgénicas mostraron que los efectos de la barnasa comienzan a observarse muy pronto en el primordio de antera, cuando este está constituido sólo por células indiferenciadas, y continúa observándose a lo largo del desarrollo de la misma. De manera general, al final del programa de desarrollo, las anteras transgénicas eran de menor tamaño, su morfología era distinta de las de las anteras silvestres correspondientes, y en su interior se observaba el tejido conectivo colapsado y una estructura amorfa en lugar de granos de polen viable. La posible pérdida de las células parietales primarias por la acción ribonucleasa podría estar afectando la diferenciación de las células esporógenas, contiguas en el territorio del futuro microsporangio. Estos resultados muestran que el promotor de END1 podría ser una herramienta biotecnológica útil en los programas de obtención de semillas híbridas de diferentes cultivos de interés agronómico.
En el caso particular del tomate, todas las plantas transgénicas androestériles produjeron frutos partenocárpicos. Este resultado muestra que existe una relación entre la androesterilidad y el desarrollo autónomo del ovario en esa especie.
Por otra parte, se ha realizado un análisis del promotor del gen END1. Para este análisis se realizaron delecciones sucesivas de la región 5’ del gen y los fragmentos resultantes se fusionaron transcripcionalmente al gen delator uidA (GUS). Con estas construcciones se transformaron plantas de A. thaliana y se estudió la expresión del gen uidA mediante el ensayo histoquímico de la actividad de la β-glucuronidasa. Hemos visto que el fragmento de 366/-6 de la región 5’ es la secuencia mínima con capacidad para dirigir la correcta expresión espacial y temporal del gen END1. La pérdida de la expresión de GUS en las anteras de las plantas de Arabidopsis thaliana transformadas con el fragmento de la región 5’ donde se elimina el motivo CArG2, apoya la hipótesis de que END1 podría estar regulado directamente por los genes de identidad de órgano de clase B y C.[CA] END 1 és un gen de pèsol (Pisum sativum L.) específic d'antera que comença a expressar-se des d'estadis primerencs del desenvolupament (primordi d'antera) en aquelles línies cel·lulars que donaran lloc als teixits epidèrmics, connectiu, capa intermèdia i endoteci, i en aquests teixits una vegada desenvolupats. La regió promotora d'aquest gen és capaç de dirigir l'expressió específica del gen uidA (GUS) a les anteres de plantes de diferents espècies (Arabidopsis thaliana, Nicotiana tabacum i Lycopersicon esculentum). El patró d'expressió del gen GUS en aquestes plantes és similar al del gen END1 en pèsol. Aquesta especificitat que confereix el promotor d' END 1 per a l'expressió d'un gen forà les anteres oferia la possibilitat d'utilitzar-lo, fusionant-lo a un gen citotòxic, com una ferramenta biotecnològica per a l'obtenció de plantes transgèniques androestèrils.
En aquest treball, hem fusionat la regió 5' completa (-2736/-6) del promotor d' END1 a la seqüència codificant de la ribonucleasa extracel·lular produïda per Bacillus amyloliquefaciens, barnasa. Amb aquesta construcció hem transformat dos plantes model, Arabidopsis i tabac i una planta d'interés agronòmic, la tomata. L'expressió del gen citotòxic barnasa a on END1 és actiu, porta com a conseqüència una degeneració de teixits de l'antera que va inhibir el desenvolupament dels grans de pol·len. Les plantes transgèniques resultants foren androestèrils. Els estudis a nivell histològic de les anteres transgèniques mostraren que els efectes de la barnasa comencen a observar-se molt prompte en el primordi d'antera, quant aquest está constituït només per cèl·lules indiferenciades, i continua observant-se al llarg del desenvolupament de la mateixa. De forma general, al final del programa de desenvolupament, les anteres transgèniques eren de menor mida , la seua morfologia era diferent de la de les anteres silvestres corresponents , i al seu interior s'observava el teixit connectiu col lapsat i una estructura amorfa en lloc de grans de pol·len viable. La possible pèrdua de les cèl·lules parietals primàries per l'acció ribonucleasa podria estar afectant la diferenciació de les cèl·lules esporògenes,contigües en el territori del futur microesporangi. Aquests resultats mostren que el promotor d' END1 podria ser una ferramenta biotecnològica útil en els programes d'obtenció de llavors híbrides de diferents cultius d'interès agronòmic.
En el cas particular de la tomata, totes les plantes transgèniques androestèrils produïren fruits partenocàrpics. Aquestresultat mostra que existeix una relació entre l'androstèrilitat i el desenvolupament atònom de l'ovari en eixa espècie.
D' altra banda, s' ha realitzat una anàlisi del promotor del gen END1. Per a aquesta anàlisi és realitzaren delecions successives de la regió 5' del gen i els fragments resultants es fusionaren transcripcionalment al gen delator uidA (GUS). Amb estes construccions és transformaren plantes de A. thaliana i es va estudiar l'expressió del gen uidA mitjançant l'assaig histoquímic de l'activitat de la beta-glucuronidasa. Hem vist que el fragment de 366/-6 de la regió 5' ès la seqüència mínima amb capacitat per a dirigir la correcta expressió espacial i temporal de gen END1. La pèrdua de l'expressió de GUS en les anteres de les plantes d'Arabidopsis thaliana transformades amb el fragment de la regió 5' a on és elimina el motiu CArG2, recolza la hipòtesi que END1 podria estar regulat directament pels gens d'identitat d'òrgan de la classe B i C.Este trabajo ha sido financiado por el Ministerio de Ciencia y Tecnología mediante los proyectos BIO2000-0940 y BIO2003-01171. Ha sido posible la realización del mismo gracias a la beca otorgada por las Cortes Valencianas en su programa de ayuda a los países del tercer mundo, a las becas de acción social otorgadas por el Rector de la Universidad Politécnica de Valencia Justo Nieto Nieto y a los contratos de trabajo adjudicados a los proyectos antes mencionados.Roque Mesa, EM. (2004). Análisis funcional y aplicaciones biotecnológicas del promotor del gen END1 de guisante (Pisum sativum L.) [Tesis doctoral]. Universitat Politècnica de València. https://doi.org/10.4995/Thesis/10251/114847TESI
Synthesis and biological activities of O- and C-prenylated flavonoid derivatives
Chalcones scaffolds have attracted many researchers to investigate their synthetic routes, potential biological activities and their roles as intermediates for naturally occurring flavanoid skeletons. This study focused on the synthesis of chalcones bearing the O-, C-prenyl and chromane as substituents. The target compounds were purified by chromatographic methods and the structures of these compounds were determined by using infrared (IR), nuclear magnetic resonance (NMR) and mass spectrometry (MS) spectroscopies. The prenylated precursors were synthesized starting from 2,4-dihydroxyacetophenone (65) and 2,4,6-trihydroxyacetophenone (93). Prenylation of 2,4-dihydroxyacetophenone using prenyl bromide has been successfully accomplished to produce 2-hydroxy-4-O-prenylacetophenone (101). A reaction of 2,4,6-trihydroxyacetophenone with prenyl bromide in the presence of base resulted in a mixture and the chromatographic purification gave 2,4,6-trihydroxy-3-C-prenylacetophenone (132) and 2,4-dihydroxy-5,6-chromanacetophenone (133). Compound (133) was prenylated into 2-hydroxy-4-O-prenyl-5,6-chromanacetophenone (136). C-prenylated acetophenone (132) was then converted to 2-hydroxy-3-C-prenyl-4,6-dimethoxyacetophenone (137) using methyl iodide in the presence of potassium carbonate. Claisen-Schmidt condensation of O- and C-prenylated acetophenone with individual benzaldehydes, namely 4-(N,N-dimethyl)aminobenzaldehyde (61), 2-methoxybenzaldehyde (126), 4-isopropylbenzaldehyde (127), 3,4-dimethoxybenzaldehyde (128) and 4-chlorobenzaldehyde (129) resulted in the formation of two series of chalcones, each consisting of five chalcones. These two series differ in the existence of prenyl substituents on ring A of the chalcone structure. Five chalcones bear O-prenyl and five others bear C-prenyl substituent with both series having the same substituents on ring B consisting of 4-(N,N-dimethyl)amino, 2-methoxy, 4-isopropyl, 3,4-dimethoxy and 4-chloro substituents. Chromanochalcone (152) was the sole compound successfully synthesized with the aid of prenylation of free hydroxyl group of the chromanacetophenone (133) precursor. All the synthetic compounds were screened for antibacterial activity by the micro dilution method against two bacteria strains, namely Gram positive (Staphylococcus aureus and Bacillus subtilis) and Gram negative (Pseudomonas aeruginosa and Escherichia coli). The compounds were also tested for 15-LOX assay using Lipoxygenase inhibitory screening assay kit (Item No. 760700). All the synthetic compounds did not show activity against the bacteria tested, while compound (138) and (145) showed moderate lypoxygenase activity at 100 M concentration with 53.9% and 50.9% inhibition, respectively
L'identification des adventices assistée par ordinateur avec le système IDAO
Identification of crop weeds is essential to get the information needed for elaborating efficient control methods. Non specialised people had difficulties to do this identification with classical tools, such as floras or field guides (too technical, unsuitable for seedlings or partial samples, process difficult to follow...). That brought us to develop a new system for plant recognition assisted by computer that was called IDAO (IDentification Assistée par Ordinateur). This software has the distinctive feature to use a graphical identification system by identikit. This identikit allows the user to build the image of the plant from traits freely chosen according to the specimen or to the user. It tolerates observation errors or polymorphism. Species are listed by their probability of similarity with the identikit. Descriptions, illustrations and information (biology, ecology, control...) are available at any time in local or online Html pages. These descriptive files can be regularly updated on the Web site. IDAO is a multilingual and multiplatform system. It can be used on PC (from cdrom or downloaded) or directly in the field on ultra mobile computer. Several applications have been published on weed floras of different cropping systems (rice, cotton, food crops, sugarcane...) and for different world areas (Africa, Asia, India, Indian Ocean), and also for other kinds of plants (trees, orchids...). The IDAO system will evolve during the Pl@ntnet project that will start in early 2009. IDAO will be available as free software on an Internet platform, for every body can develop by himself or under collaboration new applications available for all the user community. This identification system will be linked to an automatic recognition tool, using image analysis.L’identification des adventices d’une culture est une phase primordiale pour accéder à l’information nécessaire à l’élaboration de moyens de lutte performants. Les difficultés rencontrées par les non botanistes pour réaliser cette identification avec les outils classiques comme les flores ou les manuels (trop techniques, inefficaces pour les plantules ou les spécimens incomplets, processus difficile à suivre…) nous ont amené à développer un nouveau système de reconnaissance assistée par ordinateur appelé IDAO (IDentification Assistée par Ordinateur). Ce logiciel a la particularité d’utiliser un système d’identification graphique par portrait robot qui permet à l’utilisateur de construire l’image de la plante à partir de caractères choisis librement en fonction du spécimen ou de l’utilisateur et de tolérer les erreurs d’observation ou le polymorphisme. Les espèces sont listées en permanence en fonction de leur similitude avec ce portrait robot. Descriptions, illustrations et informations (biologie, écologie, lutte…) sont accessibles à tout moment sous la forme de pages au format Html disponibles localement ou sur un site Internet, et donc régulièrement actualisables. IDAO est multilingue et multiplateformes informatique. Il peut être utilisé sur PC (installable à partir de cdrom ou téléchargeable) ou directement au champ sur ordinateur ultra mobile. Une série d’applications a déjà été développée pour des flores de différents systèmes de cultures (riz, cotonnier, vivrier, canne à sucre…) et de différentes régions du monde (Afrique, Inde, Asie, Océan Indien) ainsi que pour d’autres types de plantes (arbres, orchidées…). Le système IDAO va évoluer dans le cadre du projet Pl@ntnet qui démarrera début 2009. Il sera mis à disposition sous forme de logiciel libre sur une plateforme Internet permettant ainsi à tout utilisateur de développer seul ou en partenariat une application et de la mettre à disposition de la communauté d’utilisateurs. Ce système d’identification sera associé à un outil de reconnaissance automatique par analyse d’images
Synthesis of 2'-hydroxy-4'-O-prenylchalcones
A facile method has been applied to synthesis 4' -O-prenychalcones through Claisen-Schmidt condensation between prenylated acetophenone and benzaldehyde derivatives giving chalcone s 1-5. The structures of the compounds were verified through spectroscopic methods; NMR and IR spectroscopies. These compounds are; 2'-hydroxy-4-(N,Ndimethyl) amino-4'-0-prenylc halcone (1), 2'-hydroxy-2-methox y-4' -O-prenylchalcone (2), 2'hydroxy- 4-isopropyl-4' -O-prenylchalcone (3), 2'-hydroxy-3,4-dimethoxy-4'-0prenylchalcone (4) and 2'-hydroxy-4-nitro-4'-0-prenylchalcone (5). The compounds were later subjec ted to antibacteria l activities using micro-dilution method against Gram-positive and Gram-nega tive bacteria
Sistema de gestión de inventarios para mejorar la productividad en el área de almacenes y repuestos en la empresa Motor Servis Magno Cajamarca E. I. R. L. - Cajamarca 2022
El presente documento expone el desarrollo del Sistema de Gestión de Inventarios,
realizada en Motor Servis Magno, una mediana empresa dedicada al rubro automotriz. El
objetivo principal fue mejorar la productividad en el área de almacén.
La metodología empleada tiene un diseño cuasiexperimental de tipo aplicada. La
población estuvo constituida por el total de repuestos automotrices en un periodo de 8 meses,
con 8 productos en la categoría A, clasificados según importancia.
Para la gestión de inventarios se utilizó el modelo de pronóstico de regresión lineal e
índice estacional, un inventario de seguridad óptima para cada producto, la metodología
EOQ, para reducción de costos. Técnicas de eficiencia y eficacia para reducción de tiempos
en el área de recepción y despacho. Con los resultados obtenidos del Pre y Post Test de los
indicadores de productividad se contrastó una variación que indica el incremento de la
productividad en el área de almacén.
El resultado final, comprobó que el Sistema de Gestión de Inventarios mejora la
productividad en el área de almacén de la empresa Motor Servis Magno, con una mejora en
la productividad del 30%. Además, la empresa obtuvo un ahorro económico de S/
410,638.66 equivalente a un 14.38% de ahorro.This document presents the development of the Inventory Management System,
carried out in Motor Servis Magno, a medium-sized company dedicated to the automotive
industry. The main objective was to improve productivity in the warehouse area.
The methodology used has a quasi-experimental design of applied type. According
to the company's DB, there is a population of 127 products and a sample of 8 products,
classified according to importance.
For inventory management, we used the linear regression forecast model and
seasonal index, an optimal safety inventory for each product, the EOQ methodology for cost
reduction. Efficiency and effectiveness techniques for time reduction in the reception and
dispatch area. With the results obtained from the Pre and Post Test of the productivity
indicators, a variation that indicates the increase of productivity in the warehouse area was
contrasted.
The final result proved that the Inventory Management System improves productivity
in the warehouse area of the company Motor Servis Magno, with an improvement in
productivity of 30%. In addition, the company obtained an economic saving of S/
410,638.66, equivalent to 14.38% savings
- …