2 research outputs found

    Dynamics of fish diversity across an environmental gradient in the Seribu Islands reefs off Jakarta

    Get PDF
    Madduppa HH, Subhan B, Suparyani E, Siregar AM, Arafat D, Tarigan SA, Alimuddin, Khairudi D, Rahmawati F, Bramandito A. 2013. Dynamics of fish diversity across an environmental gradient in the Seribu Islands reefs off Jakarta. Biodiversitas 14: 17-24. The reefs of Seribu Islands have been affected by multitude of anthropogenic pressures. However, the biodiversity of reef fishes across the archipelago linked to environmental condition is poorly known. This study aimed to investigate the biodiversity and the trophic level of fish communities across the archipelago. The study on reef fish communities was conducted on 33 reef sites associated with islands or shoal randomly chosen from each zone along environmental gradients from the inshore water nearest of Jakarta Bay to the offshore water of the outer islands. The study sites represented each sub-districts within the archipelago, namely Pari, Tidung, Panggang, Kelapa, and Harapan. A total of 46,263 individual fishes were counted, belonging to 216 species and 29 families. The multivariate analysis of fish abundance using the Bray Curtis similarity index and non-metric multidimensional scaling (MDS) clearly showed the clustering of sub-districts, near and far from Jakarta Bay. The results showed that the sub-districts can be clustered into three groups. Group one consists of one sub-district (Pari) located in the southern part of the Seribu Islands near Jakarta Bay. Group two consists of three sub-districts (Tidung, Panggang, Kelapa) located in mid of the archipelago. The third group consists of one sub-district (Harapan) located in the northern part of the Seribu Islands. Based on species richness and fish diversity indices, the sub-districts can be clustered into two groups (1 = Pari and Tidung, 2 = Panggang Kelapa, Harapan). However, levels of similarities among sub-districts varied. The fish community in sub-district of Pari was dominated by carnivorous, omnivorous and herbivorous fishes, while those in the rest of sub-districts were dominated by omnivorous and carnivorous fishes. The present study results showed that the biodiversity of reef fishes across the Seribu Islands seemed to be linked to the environmental conditions

    Kajian partisipasi masyarakat dalam pengelolaan daerah perlindungan laut berbasis masyarakat (kasus masyarakat kel. pulau panggang, kec. kep. seribu utara, kab. adm kep. seribu, propinsi dki jakarta)

    Get PDF
    Wilayah Pesisir dan laut Indonesia angat kaya dan mempunyai peran strategis dan prospek yang cerah. Namun dalam perkembangannya terdapat berbagai kendala dan kecenderungan yang mengancam kapasitas keberlanjutan, begitu pula halnya wilayah Kepulauan Seribu. Pengembangan wilayah ini membawa implikasi pada tekanan yang semakin besar terhadap lingkungan fisik wilayah yang berakibat pada degradasi lingkungan dan terancamnya kelestarian. Untuk mengurangilaju degradasi lingkungan dan konflik pemanfaatan maka perlu diterapkan pendekatan daerah perlindungan laut (DPL) skala desa dengan system pengelolaan berbasis masyarakat atau Community Based Management. Sistem pengelolaan berbasis masyarakat adalah salah satu alternative yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi segenap pengguna sumber daya dan pihak-pihak terkait (stakeholders) dalam uapaya pengelolaan wilayah pesisir dan laut dalam rangka memanfaatkan sumberdaya secara lestari. Dalam pengelolaan berbasis masyarakat ditekankan pada pengetahuan dan kesadaran lingkungan masyarakat local sebagai dasar pengelolaan. Partisipasi masyarakat dan pemerintah sangat menentukan keberhasilan pengelolaan DPL-BM. Jika partisipasi dan kesadaran masyarakat semakin besar dan luas tingkat keberhasilannya akan semakin tinggi. Agar pengelolaan berbasis masyarakat ini berhasil maka semua stakeholders khususnya masyarakat harus memiliki kesadaran dan pemahaman mengenai pengelolaan sumberdayanya secara lestari yang bertumpu pada kekuatan masyarakat sendiri sebagai subjek. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi dan mengidentifikasi kegiatan yang sudah dilakukan oleh pemerintah Propinsi DKI Jakarta serta menganalisa metode yang digunakan, menganalisa tingkat partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan DPL, mengidentifikasi hubungan antara karakteristik masyarakat dengan tingkat partisipasinya dalam pengelolaan DPL serta merekomendasikan upaya yang dapat dilakukan untuk menunjang keberhasilan DPL. Penelitian berlokasi di Kel. Pulau Panggang, Kec. Kep. Seribu Utara, Kab. Adm. Kep. Seribu Propinsi DKI Jakarta dan telah dilaksanakan dari April hingga Juli 2005. Penelitian ini bersifat deskriptif melalui studi kasus dengan mengidentifikasi faktor-faktor karakteristik masyarakat yang terkait dengan tingkat partisipasinya dalam pengelolaan DPL. Tingkat partisipasi ini juga dihubungkan dengan cara pendekatan kegiatan. Lokasi penelitian dipilih berdasarkan purposive sampling sedangkan responden terdiri 90 orang kepala keluarga yang dipilih secara acak sederhana dengan menggunakan angka acak. Data yang dibutuhkan meliputi data primer yaitu data individu mengenai usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, lama tinggal, jumlah anggota keluarga, jenis mata pencaharian, penilaian terhadap rangkaian kegiatan serta pemahaman terhadap pengelolaan lingkungan dan data sekunder berupa data geografi, demografi, budaya masyarakat serta hasil studi berbagai pihak mengenai pengelolaan kawasan.. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis), Kruskall Wallis dan Rank Spearmans. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Kelurahan Pulau panggang mayoritas bekerja sebagai nelayan yang terbagi menjadi nelayan tangkap, pembudidaya rumput laut, pembudidaya ikan, dan pengambil karang atau biota laut lainnya. Sebagian besar alat tangkap dan alat bantu yang digunakan dalam bekerja tergolong kedalam alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. Eksploitasi yang dilakukan masyarakat terhadap sumberdayanya cenderung dilakukan dengan cara-cara yang dapat merusak dan mengancam kelestariannya. Saat ini kondisi tutupan terumbu karang di wilayah Kelurahan Pulau Panggang berada pada katagori buruk-sedang. Kondisi ini dapat bertambah buruk apabila tindakan destruktif dibiarkan berlangsung terus. Untuk mengatasi laju kerusakan lingkungan pesisir dan laut pemerintah telah melakukan berbagai kegiatan konservasi, antara lain pembentukan dan pengelolaan Daerah Perlindungan Laut berbasis masyarakat (DPL-BM). DPL-BM adalah daerah pesisir dan laut yang dipilih dan ditetapkan untuk ditutup secara permanen dari kegiatan perikanan dan pengambilan sumberdaya serta dikelola oleh masyarakat setempat. Pengelolaan berbasis masyarakat bertujuan untuk melibatkan masyarakat secara aktif dalam kegiatan perencanaan dan pelaksanaan suatu pengelolaan. DPL-BM di Kepulauan Seribu terdiri dari beberapa tahap rangkaian kegiatan, dimana setiap tahapan mempunyai capaian antara yang dihasilkan daris etiap tahap kegiatan yang dilaksanakan serta menuntut keterlibatan masyarakat dalam tingkat yang berbeda. Tahapan rangkaian kegiatan tersebut adalah : konservasi, sosialisasi, perencanaan, pencarian calon lokasi, penetapan/pemilihan lokasi, pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tingkat partisipasi rata-rata pada semua tahap termasuk dalam kategori sedang dengan nilai bervariasi antara 1,72 sampai 2,10. Hasil uji terhadap faktor usia diperoleh bahwa tingkat partisipasi tertinggi pada sebagian besar bentuk partisipasi dalam semua tahapan diberikan oleh kelompok usia 20-30 dan 31-40 tahun. Berdasarkan faktor pendidikan tingkat partisipasi tertinggi berada pada responden dengan pendidikan SLTA ke atas. Berdasarkan faktor jumlah anggota keluarga, partisipasi tertinggi berasal dari responden yang jumlah anggota keluarganya lebih dari 7 orang. Berdasarkan faktor pendapatan, tidak ada perbedaan tingkat partisipasi untuk semua kelompok pendapatan. Berdasarkan faktor lama tinggal partisipasi tertinggi beasal dari responden yang sudah tinggal selama 15 tahun ke bawah dan 31-45 tahun. Untuk faktor jenis mata pencaharian, partisipasi tertinggi diberikan oleh responden yang bekerja sebagai karyawan swasta. Antara faktor penilaian terhadap rangkaian kegiatan dengan tingkat partisipasi terdapat korelasi yang nyata. Korelasi terlemah ada pada tahap pelaksanaan sedangkan korelasi terkuat berada pada tahap penetapan lokasi. Antara faktor pemahaman responden terhadap pengelolaan lingkungan dengan tingkat partisipasi juga terdapat korelasi yang nyata, dengan korelasi terlemah pada tahap pelaksanaan dan korelasi terkuat ada pada tahap pencarian calon lokasi. Pengelolaan DPL-BM di kelurahan Pulau Panggang telah mengarah pada model pengelolaan berbasis masyarakat. Namun peranan pemerintah tetap sangat diperlukan karena masyarakat masih belum mampu sendiri melakukan pengelolaan. Untuk mencapai tujuan bersama perlu ditetapkan dengan jelas pembagian peran dan tanggungjawab masing-masing stakeholders. Kapasitas masyarakat sebagai pengguna sumberdaya harus terus disiapkan agar memiliki kemampuan mengelola sumberdayanya antara lain dengan mengadakan program pelatihan, bimbingan, penguatan kelembagaan lokal maupun dengan meningkatkan kemampuan ekonomi dengan memberi solusi alternative usaha yang tidak mengancam sumberdaya
    corecore