1,375 research outputs found
Direct observation of time correlated single-electron tunneling
We report a direct detection of time correlated single-electron tunneling
oscillations in a series array of small tunnel junctions. Here the current, I,
is made up of a lattice of charge solitons moving throughout the array by time
correlated tunneling with the frequency f=I/e, where e is the electron charge.
To detect the single charges, we have integrated the array with a
radio-frequency single-electron transistor (RF-SET) and employed two different
methods to couple the array to the SET input: by direct injection through a
tunnel junction, and by capacitive coupling. In this paper we report the
results from the latter type of charge input, where we have observed the
oscillations in the frequency domain and measured currents from 50 to 250 fA by
means of electron counting.Comment: 2 pages, 1 figure; submitted to the 10th International
Superconductive Electronics Conference (ISEC'05), the Netherlands, Sept. 200
Line Widths of Single-Electron Tunneling Oscillations: Experiment and Numerical Simulations
We present experimental and numerical results from a real-time detection of
time-correlated single-electron tunneling oscillations in a one-dimensional
series array of small tunnel junctions. The electrons tunnel with a frequency
f=I/e, where I is the current and e is the electron charge. Experimentally, we
have connected a single-electron transistor to the last array island, and in
this way measured currents from 5 fA to 1 pA by counting the single electrons.
We find that the line width of the oscillation is proportional to the frequency
f. The experimental data agrees well with numerical simulations.Comment: 2 pages, 1 figure. Submitted to the 24th International Conference on
Low Temperature Physics (LT24), Orlando, FL, USA, Aug. 2005; to be published
in the AIP Conference Proceedings serie
THE ESTIMATION OF A SHADOW EQUILIBRIUM EXCHANGE RATE: A DIRECT METHOD
Financial Economics,
KIDS EDUTAINMENT CENTER SEMARANG PENEKANAN DESAIN FILOSOFI SIMBIOSIS KISHO KUROKAWA
1.1 Latar Belakang
Meningkatnya aktivitas serta kegiatan rutinitas sering membuat penat dalam kehidupan. Aktivitas tersebut tidak hanya dilakukanoleh orang dewasa saja, melainkan anak-anakpun melakukan aktivitas baik aktivitas di sekolah maupun di luar sekolah. Setelah lelah dan bosan beraktivitas anak-anak pastilah membutuhkan hiburan layaknya orang dewasa. Sehingga dibutuhkan tempat rekreasi atau tempat hiburan sebagai tempat melepas lelah. Berdasarkan pengamatan saat ini hiburan bagi anak-anak di Kota semarang masih berupa tempat game atau yang lebih dikenal dengan nama game center. Selain itu terdapat pula game online yang saat ini sedang marak dimainkan oleh anak-anak. Namun jenis hiburan yang seperti itu dirasa kurang memberikan perhatian terhadap unsur pendidikan,sehingga hanya mengutamakan hiburan semata yang membuat anak-anak ketagihan untuk terus bermain tanpa tahu akibat negatif yang mungkin timbul yaitu waktu belajar menjadi berkurang. Mengingat anak-anak adalah aset yang paling penting sehingga pendidikannya perlu diperhatikan.
Di Semarang belum ada sarana rekreasi yang edukatif yang mampu menjadi sarana hiburan bagi anak sekaligus berfungsi komersial yang mampu meningkatkan pendapatan daerah. Yang banyak bermunculan adalah sarana pendidikan non formal yang mengembangkan konsep belajar sambil bermain sehingga anak-anak lebih tertarik untuk belajar. Menurut pendapat seto mulyadi (ketua umum komisi nasional perlindungan anak) untuk lebih meningkatkan minat belajar anak maka unsur rekreatif perlu dimasukkan dalam sistem pembelajaran anak. Makin banyak unsur rekreatif yang dimasukkan ke dalam pendidikan makin besar pula minat anak untuk belajar. Dari hasil survey terhadap pendidikan non formal bagi anak di Semarang dan sarana rekreasi edukatif yang ada di Kota Yogyakarta ditemukan suatu kesamaan visi dalam mendidik anak yaitu melalui kegiatan di dalam ruangan (indoor) dan di luar ruangan (outdoor) sehingga anak memiliki pengalaman belajar yang berbeda. Setiap kegiatan anak, orang tua harus ikut mengawasi, mengamati dan mengikuti sehingga proses belajar anak dapat berjalan dengan baik. Bahkan saat anak melakukan rekreasi edukatif, orang tua harus selalu mengawasi.
Kota semarang sebagai ibukota Propinsi Jawa Tengah memiliki arah kebijakan sebagai pusat pemerintahan dan pusat perdagangan dan jasa. Visi sekaligus tujuan pembangunan jangka menengah kota semarang tahun 2005-2010 adalah “Semarang kota metropolitan yang religious berbasis perdagangan dan jasa”. Hal itu terbukti dengan banyaknya bangunan komersial yang ada seperti mall, toko, bioskop, pasar, hotel, dll. Tempat rekreasi dapat pula dikategorikan sebagai bangunan komersial. Sehingga terdapat peluang usaha untuk mengembangkan tempat rekreasi edukatif yang mampu menarik minat anak-anak untuk bermain sambil belajar di Semarang.
Oleh karena itu diperlukan perencanaan dan perancangan tentang Kids Edutainment Center di Semarang yang merupakan sarana rekreasi namun edukatif bagi anak sekaligus pendidikan non formal yang bersifat rekreatif baik di dalam ruangan (indoor activity) maupun di luar ruangan (outdoor activity) dan tempat bagi orang tua untuk bisa berkonsultasi masalah tentang anak serta wadah bagi para pemakai jasa yang dilengkapi dengan fasilitas yang ideal beserta fasilitas penunjangnya yang dikhususkan bagi anak-anak dan keluarga. Tentu saja tempat yang bisa membuat anak nyaman, menghibur, serta mendidik, sehingga dalam satu tempat, anak bisa mendapatkan fasilitas-fasilitas bermain dan mendidik yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan rohani anak dan membantu orang tua dan juga pemerintah dalam membentuk kepribadian anak yang baik, terutama agar anak-anak mendapatkan sarana rekreasi edukatif yang berkualitas. sesuai kebijakan dinas pendidikan Kota Semarang memiliki kebijakan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas yaitu dengan meningkatkan pemerataan pelayanan dan kualitas pendidikan.
Sebagai wadah aktivitas berskala Kota Semarang dan sekitarnya maka Kids Edutainment Center yang direncanakan bergaya arsitektur yang mencerminkan kemajuan teknologi tapi tetap memperhatikan kondisi lingkungan setempat.
1.2 Tujuan dan Sasaran
1.2.1 Tujuan
Memperoleh suatu judul Tugas Akhir yang jelas dan layak untuk dilanjutkan ketahapan selanjutnya, dengan suatu penekanan desain yang spesifik sesuai dengan originalitas/karakter judul dan citra yang dikehendaki atas judul yang diajukan.
1.2.2 Sasaran
Tersusunnya usulan langkah-langkah pokok proses (dasar) perencanaan dan perancangan Kids Edutainment Center di Semarang guna menyusun dan merumuskan suatu Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) berdasarkan atas aspek-aspek panduan perancangan (design guide lines aspect).
1.3 Manfaat
1.3.1 Secara Subjektif
Untuk memenuhi salah satu persyaratan mengikuti Tugas Akhir di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNDIP Semarang dan sebagai pegangan dan acuan selanjutnya, dalam penyusunan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) yang merupakan bagian tak terpisahkan dari proses pembuatan Tugas Akhir.
1.3.2 Secara Objektif
Dapat bermanfaat sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa yang akan mengajukan Proposal Tugas Akhir.
1.4 Lingkup Pembahasan
1.4.1 Ruang Lingkup Substansial
Lingkup substansial menitikberatkan pada berbagai hal yang berkaitan dengan Kids Edutainment Center ditinjau dari disiplin ilmu arsitektur dan berisi informasi lingkup perencanaan dan perancangan Kids Edutainment Center, termasuk dalam kategori bangunan massa banyak.
1.4.2 Ruang Lingkup Spasial
Kota Semarang sebagai kota besar yang memiliki potensi dalam bidang perdagangan dan jasa, pendidikan, dan rekreasi, terutama pada Kawasan Perdagangan dan Jasa serta Fasilitas Sosial (Pendidikan) dan rekreasi seperti pada jalan Pemuda, jalan Sriwijaya, jalan Dr. Cipto, jalan Diponegoro, jalan Tentara Pelajar, jalan Dr. Wahidin, jalan Majapahit, jalan Brigjend Katamso, jalan Sriwijaya, jalan MT. Haryono, jalan Brigjen Katamso, dan jalan Setia Budi.
1.5 Metode Pembahasan
1.5.1 Metode pembahasan dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu menguraikan dan menjelaskan data kualitatif, kemudian dianalisa untuk memperoleh suatu kesimpulan.
Pengumpulan data :
1. Data Primer
• Wawancara dengan narasumber yang terkait untuk mendapatkan informasi yang solid
• Observasi lapangan
• Studi banding, tahapan pengumpulan data dan analisa digunakan metoda khusus yang merupakan bagian dari metoda deskriptif, yaitu metoda deskripsi komparatif, dengan mengadakan studi banding ke beberapa tempat rekreasi dan pendidikan anak di kota-kota besar dengan tujuan memperoleh gambaran tentang ruang-ruang yang dibutuhkan, persyaratan ruang dan bangunan, persyaratan khusus pada ruang-ruang tertentu, struktur organisasi dan lain-lain
2. Data Sekunder
• Studi Literatur, terutama mengenai hal-hal yang berkaitan dengan persyaratan ruang dan persyaratan bangunan pada bangunan Kids Edutainment Center, sebagai landasan teori yang tepat untuk menganalisa data-data yang diperoleh.
• Pembahasan menggunakan pendekatan teoritis dan pendekatan studi, yang melengkapi data dari studi banding. Hasil dari pendekatan tersebut dikembangkan untuk mendapatkan konsep perencanaan dan perancangan Arsitektur.
1.5.1 Metode dokumentatif, yaitu mendokumentasi data yang menjadi bahan penyusun penulisan laporan ini. Cara pendokumenan yaitu dengan cara mengambil gambar, lefeat/brosur objek, dan dokumentasi foto.
1.6 Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan yang digunakan dalam penyusunan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur disusun dengan urutan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Penjabaran mengenai Latar Belakang Permasalahan, Tujuan dan Sasaran, Manfaat, Lingkup Pembahasan, Metoda Pembahasan, Sistematika Pembahasan, dan Alur Pikir.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Penjabaran Mengenai Tinjauan Anak, Tinjauan Education dan Entertainment, Tinjauan Perancangan atau Penekanan Desain serta studi banding.
BAB III TINJAUAN UMUM KOTA SEMARANG
Berisi tentang Tinjauan Umum Kota Semarang sebagai lokasi Kids Edutainment Center.
BAB IV PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
Berisi tentang proses pengkajian, penilaian, analisis tentang teori, konsep, kriteria dan standar untuk mendapatkan sebuah perencanaan dan perancangan yang mempertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan meliputi Aspek Fungsional, Aspek Kontekstual, Aspek Kinerja, Aspek Teknis dan Aspek Arsitektural.
BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
Berisi tentang Berisi konsep dan program dasar perancangan yang dituangkan secara garis besar sebagai kelanjutan dari proses pendekatan arsitektur. Serta filosofi atau citra bangunan/kawasan, Program Ruang dan Tapak Terpilih seta kebutuhan luasnya.
1.7 Alur Piki
The Pursuit of Happiness: A Review of the Relevance of Boethian Philosophies in the 21st Century with a Ceramic Component
This thesis is a collaboration of a written essay and a collection of pottery based upon Anicius Manlius Severinus Boethius and his work The Consolation of Philosophy. Each ceramic piece symbolically represents a main character in Boethius’ book. The personalities and individual qualities of each role were analyzed and used collectively to form five unique vessels. The pieces signify the part each played in reviving the dejected Boethius as well as revealing the keys to true happiness to readers. The essay is divided into five parts, the first of which is the history of Boethius himself, followed by a brief section showing the importance of each chosen character, a small segment on art form and expression, and explanation relating the features of each piece of pottery to each character. The conclusion will explain this invaluable wisdom written in the 6th century and its relevance to the 21st century
Transition services in special education : What is working? What are the challenges? : a thesis ...
The purpose of this research was to investigate how a district\u27s itinerant special education vocational team, including teaching and vocational staff, can work together to better serve the transition needs of high school students with learning disabilities. The aim of transition planning is to help these students successfully access postsecondary opportunities, including jobs, vocational training, and additional education. The six participants that volunteered for this study were special education vocational teachers and staff members. Participants completed a questionnaire with six open-ended questions; took part in a semi-structured focus group interview; and provided archival data related to transition services provided for students. This investigation has provided information about how the special education vocational team views the challenges experienced in providing services; the core transition services that should be provided for students; who is responsible for providing these services; and ideas for change. Participants suggested three methods to increase communication among teachers and staff members: 1) To provide information directly to teachers, parents, and students about how to contact outside agencies and access available services; 2) To develop an online database to track transition services provided to students; and 3) To develop a consistent structured vocational curriculum that all vocational team members can implement. Outcomes of this research included: 1) Participants statements about concerns regarding the program; 2) Shared ideas about methods to improve communication among the special education vocational team; and 3) A commitment by the vocational team to work with the district\u27s special education teachers on improving transition services
The parity effect in Josephson junction arrays
We study the parity effect and transport due to quasiparticles in circuits
comprised of many superconducting islands. We develop a general approach and
show that it is equivalent to previous methods for describing the parity effect
in their more limited regimes of validity. As an example we study transport
through linear arrays of Josephson junctions in the limit of negligible
Josephson energy and observe the emergence of the parity effect with decreasing
number of non-equilibrium quasiparticles. Due to the exponential increase in
the number of relevant charge states with increasing length, in multi-junction
arrays the parity effect manifests in qualitatively different ways to the two
junction case. The role of charge disorder is also studied as this hides much
of the parity physics which would otherwise be observed. Nonetheless, we see
that the current through a multi-junction array at low bias is limited by the
formation of meta-stable even-parity states.Comment: 8 pages, 5 figure
Habeas Corpus Relief Will Not Be Granted to American Citizens Seeking to Avoid Prosecution in Foreign Sovereign Nations: Munaf v. Geren
Recent Decision
- …