3 research outputs found

    Kajian Pengembangan Usaha Aaribisnis Sayuran Di Perusahaan Pacet Segar, Cianjur, Jawa Barat.

    Get PDF
    DUDI SETIADI HENDRAWAN, 2000. Kajian Pengembangan Usaha Aaribisnis Sayuran Di Perusahaan Pacet Segar, Cianjur, Jawa Barat. Dibawah Bimbingan Hamdani M.Syah dan E. Gumbira-Said Sayuran adalah salah satu komoditas agribisnis yang sangat baik diiembangkan di Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura (1999), pada periode tahun 1997 - 1998 terjadi peningkatan produksi untuk 18 komoditas sayuran unggulan sebesar 17,83 persen. Berdasarkan pada produksi 11 jenis komoditas (bawang merah, bawang putih, bawang daun, kubis, petsai, sad, kacang panjang, wortel, cabe, kentang, dan tomat), Jawa Barat menempati wutan pertarna dengan rata-rata jumlah produksi tahun 1994 – 1998 sebesar 1.914.502 tonltahun, diikuti Jawa Tengah dan Sumatera Utara masingmasing jumlah produksi per tahunnya sebesar 1.083.009 ton dan 950.268 ton. Dari segi konsumsi bahan pangan, sayuran me~pakansu mber vitamin dan mineral yang penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Oleh karena itu permintaan sayuran menunjukkan kecenderungan yang meningkat seiring dengan meningkatnya pembuhan penduduk, peningkatan pendapatan, semakin membaiknya kesadaran masyarakat akan pentingnya sayuran dalam pemenuhan gizi, serta berkembangnya industri jasa boga bagi keperluan hotel dan restoran yang memerlukan pasokan sayur mayur berkualitas tinggi. Perusahaan Pacet Segar merupakan salah satu perusahaan agribisnis sayuran yang berada di kabupaten Cianjur Jawa Barat yang menekankan pada proses penambahan nilai tambah dari komoditas sayuran tersebut. Perusahaan tersebut bertindak sebagai pedagang besar (wholesaler). Sayuran yang dipasarkan oleh perusahaan Pacet Segar selama tujuh bulan terakhir ini (September 1999 sampai dengan Maret 2000) adalah 84 jenis sayuran dengan rata-rata 36,021 ton per bulan. sayuran yang memberikan nilai penjualan terbesar adalah daun bawang dengan kontribusi 10,46 persen, bunga kol (9,28 %), wortel (8,02 %), Lettuce Head (7,18 %) dan tomat (6,17 %). Seiring dengan perkembangan produksi dan permintaan pasarnya, pada saat ini perusahaan Pacet Segar menerima pesanan dari mitra pasar baru yaitu PT. Aerowisata Catering Service sebanyak 1,492 ton per hari, yang terdiri dari beberapa komo'ditas sayuran dengan persyaratan-persayaratan mutu tertentu. Dalam proses pemenuhan permintaan tersebut, perusahaan Pacet Segar memandang perlu untuk melakukan kajian mengenai kelayakan pengembangan usahanya tersebut. Kajian ini dilakukan untuk membantu perusahaan Pacet Segar dalam melakukan analisis kelayakan pengembangan usahanya tersebut. Tujuan penelitian ini ialah mengkaji pengembangan usaha untuk melihat kelayakan usaha perusahaan Pacet Segar dalam memenuhi permintaan komoditas dari PT. Aerowisata Catering Service Tujuan secara khusus dari kajian tersebut adalah (1) mengkaji permintaan sayuran dari PT. Aerowisata Catering Service, (2) mengkaji pasokan sayuran dari mitra tani dikaitkan dengan kebutuhan sayuran yang dipesan oleh PT. Aerowisata Catering Service, (3) mengkaji kemampuan PT. Aerowisata Catering Service (4) mengkaji aspek finansial pengembangan usaha dalam memenuhi permintaan komoditas, (5) Mengkaji implikasi pengembangan usaha terfiadap manajemen perusahaan Pacet Segar. Penelitian dilakukan dalam bentuk studi kasus, sehingga kesimpulan yang diambil berhubungan dengan kasus yang ada di perusahaan tersebut Sayuran yang dipesan PT. Aerowisata Catering Service adalah 53 jenis produk dengan jumlah 1,492 ton. Keseluruhan produk tersebut dapat dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu (1) sayuran yang dipesan oleh PT. Aerowisata Catering Service sudah dipasarkan sebelumnya oleh Pacet Segar, jumlahnya 38 jenis sayuran atau sebesar 65,52 persen (2) jenis sayuran sudah dikenal di pasaran umum, tetapi belum dipasarkan oleh Pacet Segar, jumlahnya 12 jenis sayuran atau sebesar 20,69 persen dan (3) jenis sayuran yang belum dipasarkan Pacet Segar dan belum dikenal banyak dipasaran urnurn (sayuran eksklusif), jumlahnya 8 jenis sayuran atau sebesar 13,79 persen. Dilain pihak harga yang ditawarkan oleh PT. Aeravisuta Catering Service sebagian besar diatas rata-rata harga penjualan Pacet Segar dengan kisaran 0 - 88 persen, tetapi ada pula yang dibawah harga penjualan Pacet Segar dengan kisaran 0 - 34,62 persen untuk 6 jenis sayuran yang dipesan yaitu daikon, jagung acar, jamur campignon, labu siam, dan lettuce head. Mengingat jenis sayuran yang dipesan oleh PT. Aerowisata Catering Service sebagian besar sudah dipasarkan oleh Pacet Segar dan harga yang ditawarkan PT. Aerowisata Catering Service memberikan daya tarik kepada Pacet Segar untuk memenuhi pesanan tersebut, maka pennintaan dari PT. ACS mempakan suatu peluang yang harus dimanfaatkan dan ditindaklanjuti. Sayuran yang dibutuhkan dari mitra tani untuk memasok pesanan dari PT. Aerowisata Catering Service adalah 1,773 ton per hari. Apabila kebutuhan tersebut ditambahkan dengan permintaan pelanggan yang sudah ada (Hero, Makro dan Carrefour) sebesar 1,537 ton per hari, maka total kebutuhan pasokan sayuran sebesar 3,310 ton per hari atau sebesar 99,30 ton per bulan . Berdasarkan pengamatan terhadap mitra tani yang ada dan potensi produksi sayuran, perusaham Pacet Segar akan dapat memenuhi kebutuhan pasokan tersebut. Hal tersebut dikarenakan perusahaan Pacet Segar telah mempunyai mitra tani yang sudah lama dan loyal memasok ke perusahaan Pacet Segar dan potensi daerah produksi yang biasa memasok ke Pacet Segar (Cianjur, Sukabumi, Bandung dan Garut) sangat besar dengan rata-rata produksi sayuran 289,02 ton per hari, sehingga pasokan yang dibutukan oleh Pacet Segar hanya sebesar 1,15 persen dari potensi produksi sayuran yang tersedia pada daerah pemasok tersebut. Mengacu pada persyaratan yang ditetapkan oleh PT. ACS, penanganan sayuran yang saat ini dikejakan oleh Pacet Segar sudah memenuhi standar yang ditetapkan. Bahkan sayuran yang dikirim PT. ACS tidak memerlukan pengemasan yang khusus seperti yang saat ini dilakukan untuk pasar swalayan. Fasilitas penanganan sayuran di Pacet Segar dalam rangka pemenuhan pennintaan, sebagian besar sudah tersedia, hanya perlu ada tambahan yang disesuaikan dengan penambahan jumlah sayuran yang ditangani. Perbaikan dan penambahan fasilitas yang harus dilakukan meliputi renovasi ruangan penanganan sayuran yang dapat mempertahankan suhu mangan antara 18 - 22"C, pengadaan meja penanganan sekedar membeii dan mengumpullcan sayuran, tetapi juga diberi tanggung jawab untuk membangun kemitraan dengan petani yang dibantu langsung di lapangan oleh penyuluh., (5) Dalam memilih sumber dana yang berasal dari pinjaman diprioritaskan pada lembaga keuangan (Bank) yang telab mengenal reputasi Pacet Segar dalam hal komitmen dan tanggung jawab terhadap pinjamannya

    Komitmen Manajemen dan Safety Procedure sebagai Faktor Pembentuk Safety Behavior

    No full text
    The globalization of trade nowadays impacts on an extremely fierce industry competition in all aspects and requires companies to more optimize all their resources. In addition to optimizing labor resources, companies also need to optimize the use of machines and work equipment to guarantee workers’ safety and health. This research aimed to test the role of safety cultures as the factor mediating the influence of management commitment and safety procedures to safety behaviors. The research method was quantitative with the sample size of 117 workers as the respondents. The instrument test of hypothesis was Smart PLS (Partial Least Squares). The results showed that management commitment influenced safety cultures as much as 27.84%; safety procedures influenced on safety cultures by 20.59%; and the influence of safety cultures on safety behaviors was 38.40%. In contrast, management commitment and safety procedures did not affect safety behaviors. The researcher concluded that safety cultures can mediate the influence of management commitment toward safety procedures and safety behaviors.Globaliasasi perdagangan saat ini memberikan dampak persaingan industri sangat ketat dalam segala aspek dan menuntut perusahaan lebih mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimilikinya. Selain optimalisasi sumberdaya tenaga kerja, perusahaan juga perlu untuk mengoptimalkan penggunaan mesin dan peralatan kerja agar dapat memberikan perlindungan atas keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Tujuan dari peneiltian ini adalah untuk menguji peran safety culture sebagai faktor mediasi pengaruh komitmen manajemen dan safety procedure terhadap safety behavior. Metode penelitian ini bersifat kuantitatif dengan jumlah responden sebanyak 117 orang pekerja. Alat uji hipotesis menggunakan Smart PLS (Partial Least Squares). Hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen manajemen terhadap safety culture memiliki pengaruh sebesar 27,84%, pengaruh safety procedure terhadap safety culture sebesar 20,59% dan pengaruh safety culture terhadap safety behavior sebesar 38,40%. Sementara itu, komitmen manajemen dan safety procedure tidak berpengaruh safety behavior. Peneliti menyimpulkan bahwa safety culture dapat memediasi pengaruh komitmen manajemen terhadap safety procedure dan safety behavior

    Youth’s Digital Literacy in the Context of Community Empowerment in an Emerging Society 5.0

    No full text
    The purpose of this study is to determine the level of digital literacy among the member of youth organization (commonly called Karang Taruna) of Cicau Hamlet, Gadobangkong Village, Ngamprah Sub-district, West Bandung Regency, West  Java Province, Indonesia, focusing on the use of the Internet in the context of community empowerment in the fields of self-development and economy. Case study methodology is employed, with data gathering approaches consisting of in-depth interviews, documentation studies, and observations of fifteen (15) Karang Taruna member informants. The findings of the study indicate that: The youth digital literacy in computer operation and Information and Communication Technology (ICT) abilities in the internet area are fairly strong, but there is still opportunity for improvement through enhancing infrastructure for stable internet connections and educating youth about the most recent ICT advances. When it comes to creating digital products in a variety of formats and models, youth have a low degree of digital literacy. This is due in part to a lack of imagination and creative thinking skills among digital content creators. Youth require continual training to increase their digital literacy and ability to create various types of digital material, which will contribute to the expansion of Indonesia’s creative economy sector. Youth digital literacy must be improved in terms of their ability to collaborate in the digital space, and education about collaboration must be conducted in accordance with digital ethics and security so that the youth of the Indonesian nation can collaborate with respect and remain safe from cybercrime. Youth still lack the digital literacy necessary to pick and filter legitimate and hoax-free content. Digital literacy pertaining to the ability to use digital technology for youth economic empowerment is included in the category of lacking because youth are still not literate and digitally proficient in using digital technology to increase income, raise their economic level through business opportunities in the digital space, and use digital wallets for sales transactions. Youth digital literacy in relation to self-development is also still weak and must be focused to add insight into access to information in the digital realm for career development and self-potential. As well as the usage of communities that are favorable to youth growth and self-healing. This study recommends intensive training and assistance for youth in digital content creation, as well as financial literacy education related to capital management and digital-based creative economy business opportunities
    corecore