1 research outputs found

    Pengaruh Pemberian Ketamin terhadap Persentase Sel Granulosit Imatur pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) dari Galur Wistar Model Sepsis

    Get PDF
    Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan penting di dunia. Di seluruh dunia, terdapat 13 juta orang mengalami sepsis tiap tahun dan sebanyak empat juta orang meninggal karenanya. Sepsis berat dan syok sepsis memiliki angka kematian yang tinggi hingga 46%. Sepsis menyumbangkan lebih dari 250.000 kematian setiap tahun di Amerika Serikat. Respons imun tubuh terhadap sepsis diawali oleh fase hiperinflamasi yang dimediasi oleh sitokin, yaitu terjadinya peningkatan faktor inflamasi yang ditandai dengan adanya badai sitokin. Sebagian besar pasien mampu bertahan pada fase hiperinflamasi ini, kemudian dilanjutkan dengan fase hipoinflamasi atau imunosupresi di mana terjadi penurunan aktivitas imun sebagai bagian homeostasis yang dipicu oleh faktor antiinflamasi. Granulosit imatur yang beredar memprediksi penurunan kondisi awal pada sepsis dan diperkaya dengan sel supresor derivat mieloid yang bertanggung jawab terhadap imunosupresi melalui induksi limfopenia sel T. Studi yang dilakukan oleh Nierhaus et al. pada tahun 2013 menunjukkan bahwa sepsis dikaitkan dengan peningkatan jumlah granulosit imatur. Jumlah ganulosit imatur dapat membedakan antara pasien dengan infeksi dan mereka yang tidak terinfeksi, khususnya dalam beberapa jam kritis awal setelah peringatan SIRS awal. Dengan menggunakan analisis area di bawah kurva, ditemukan bahwa jumlah hitung granulosit imatur merupakan biomarker sepsis yang lebih superior bila dibandingkan dengan C-reactive protein, protein pengikat lipopolisakarida, dan interleukin 6. Studi-studi tersebut memberi kesan bahwa terdapat efek protektif ketamin dalam pasien sepsis karena adanya penekanan pada produksi sitokin proinflamasi yang berlebihan sehingga diharapkan dapat menurunkan morbiditas maupun mortalitas akibat sepsis. Metode Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain true experimental laboratory dan metode randomized post test only controlled group design. Penelitian ini dilaksanakan secara eksperimental pada PBMC dari tikus model sepsis dengan tujuan untuk mengetahui peran ketamin dalam menurunkan jumlah sel granulosit imatur pada tikus model sepsis. Penelitian dilakukan di laboratorium parasitologi dan patologi klinik Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya pada tanggal 27 Desember 2016β€”9 Januari 2017, menggunakan hewan coba tikus putih Rattus norvegicus dari galur wistar jenis kelamin jantan sebanyak 30 ekor. Penelitian ini menggunakan data persentase granulosit imatur sebelum dan sesudah perlakuan. Data yang diperoleh dianalisis ddengan SPSS 15 dan hubungannya diuji dengan one-way ANOVA. Hasil Penelitian Hasil penelitian memperlihatkan rerata persentase granulosit imatur pada kontrol negatif sebesar 0,48%, sedangkan pada kelompok kontrol positif terjadi peningkatan rerata menjadi 9,12%. Data hasil menunjukkan terjadi peningkatan persentase granulosit x imatur pada kelompok yang diberi perlakuan sepsis, didapatkan hubungan yang signifikan (sig = 0,000), dengan koefisien korelasi -0.610. Kesimpulan Dari hasil analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa pada tikus model sepsis yang diinduksi dengan FIP terjadi peningkatan persentase granulosit imatur, pemberian ketamin 5 mg/ kgbb intraperitoneal pada jam ke-5 setelah FIP, dan tiap 2 jam setelah FIP (jam ke-0, 2, 4) dapat menurunkan persentase granulosit imatur pada tikus model sepsis yang diinduksi dengan FIP, tidak terdapat perbedaan persentase granulosit imatur akibat perbedaan waktu pemberian ketamin pada tikus model sepsis yang diinduksi dengan FIP, dan tidak terdapat perbedaan persentase granulosit imatur akibat perbedaan teknik pemberian ketamin (single dan intermiten) pada tikus model sepsis yang diinduksi dengan FIP
    corecore