16 research outputs found
Pengaruh Interval Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Beberapa Varietas Kedelai (Glycine Max (L.) Merr.)
Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan tanaman pangan yang
terpenting setelah padi dan jagung. Kandungan protein nabati, karbohidrat, dan
lemak menjadikan kedelai banyak diminati oleh masyarakat. Seiring berjalannya
waktu, kebutuhan masyarakat terhadap kedelai terus meningkat. Berdasarkan data
dari Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (2019), konsumsi kedelai pada
tahun 2019 akan mengalami peningkatan sebesar 3,24% menjadi 7,76 kg/kapita
dibandingkan tahun 2018 yaitu 7,51 kg/kapita dan diprediksi akan terus meningkat
pada tahun 2020 menjadi 7,87 kg/kapita serta pada tahun 2021 meningkat menjadi
7,98 kg/kapita. Namun, saat ini produksi kedelai di Indonesia masih cukup rendah.
Salah satu faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai
adalah ketersediaan air. tanaman kedelai tergolong tanaman yang tidak tahan
kekeringan maupun kelebihan air. kekurangan air dalam pertumbuhan dan
perkembangan tanaman kedelai dapat menyebabkan penurunan jumlah polong dan
hasil biji. Peningkatan produksi kedelai dengan memberikan interval penyiraman
yang berbeda dapat menjadi salah satu cara untuk mengetahui ketahanan tanaman
kedelai terhadap kekeringan.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2021 di green house
Kebun Percobaan Universitas Brawijaya di Kelurahan Jatimulyo, Kecamatan
Lowokwaru, Kota Malang. Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi
(RPT) dengan interval penyiraman sebagai petak utama dengan tiga taraf, yaitu
penyiraman P0 = sehari sekali, P1 = tiga hari sekali, P2 = lima hari sekali, serta
Varietas dan Galur sebagai anak petak dengan enam taraf, meliputi G1 = Grobogan,
G2 = Anjasmoro, G3 = Argopuro, G4 = Tanggamus, G5 = Brawijaya 1, G6 =
Brawijaya 2. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman (cm), jumlah daun
(helai), umur berbunga (hst), umur muncul polong (hst), kerapatan stomata
(stomata.mm2), umur panen (hst), jumlah buku subur (buku.tan-1), jumlah cabang
produktif (cabang.tan-1), jumlah polong (polong.tan-1), jumlah biji (biji.tan-1), berat
100 biji (g), berat kering total tanaman (g). Data pengamatan yang diperoleh
dianalisis menggunakan analisis ragam (Uji F) dengan taraf 5% untuk mengetahui
pengaruh antar perlakuan dan dilakukan uji lanjut menggunakan uji Beda Nyata
Terkecil (BNT) pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara
perlakuan interval penyiraman dengan varietas pada pertumbuhan dan hasil
tanaman kedelai. Pemberian air dengan interval penyiraman sehari sekali
menghasilkan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah biji, bobot 100 biji, dan berat
kering tanaman kedelai yang lebih tinggi dibandingkan penyiraman tiga dan lima
hari sekali. Interval penyiraman lima hari sekali menunjukkan umur muncul polong
tanaman kedelai yang lebih cepat daripada penyiraman satu dan tiga hari sekali.
Varietas Grobogan menghasilkan umur berbunga, umur muncul polong, dan umur
panen yang lebih cepat daripada varietas lainnya. Sementara itu, Varietas
Anjasmoro menghasilkan bobot 100 biji yang paling berat daripada varietas
lainnya
Respon Pertumbuhan Dan Hasil Dua Varietas Sawi (Brassica Juncea L.) Pada Cekaman Salinitas
Sawi (Brassica juncea L.) merupakan jenis sayuran daun yang menjadi
komoditas utama di Indonesia karena memiliki nilai ekonomi tinggi dan
bermanfaat bagi kesehatan. Pada tahun 2020 sawi menempati peringkat produksi
ke-7 komoditas tanaman sayuran se-Indonesia dengan nilai produksi 667.473 dan
kebutuhan terhadap sawi semakin lama semakin meningkat seiring dengan
peningkatan populasi manusia. Penanaman sawi dapat dilakukan pada dataran
tinggi hingga dataran rendah, namun penanaman pada dataran rendah tidak dapat
terus dilakukan karena terjadi peningkatan salinitas. Peningkatan salinitas dapat
terjadi karena masukan air yang mengandung garam ke lahan pertanian baik
melalui rembesan air laut atau melalui saluran irigasi. Secara umum, genus
Brassica memiliki senyawa metabolit sekunder glukosinolat yang dipengaruhi
oleh stres abiotik. Tanah salin mengandung garam NaCI terlarut dalam jumlah
banyak sehingga dapat menurunkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Salah satu
upaya untuk mengatasi tersebut adalah dengan mengadaptasi varietas-varietas
unggul pada kondisi salin. Berdasarkan uraian tersebut diperlukan percobaan
tentang respon pertumbuhan dan hasil sawi pada cekaman salinitas. Penelitian ini
bertujuan untuk mempelajari respon pertumbuhan dan hasil 2 varietas sawi pada
cekaman salinitas. Hipotesis dari penelitian ini ialah diduga terdapat interaksi
antara varietas dengan cekaman salinitas terhadap pertumbuhan dan hasil sawi.
Metode penelitian menggunakan penelitian faktorial yang disusun dalam
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah
cekaman salinitas dengan 5 taraf yaitu 0 ppm = 0 mg l-1 NaCl (S1), 2000 ppm
(S2), 4000 ppm (S3), 6000 ppm (S4) dan 8000 ppm (S5) dan faktor kedua adalah
varietas sawi dengan 2 taraf yaitu Varietas Tosakan (V1) dan Varietas Emerald 3
(V2), sehingga diperoleh 10 kombinasi perlakuan dengan 3 kali ulangan, sehingga
total 30 satuan percobaan. Variabel pengamatan terdiri dari pengamatan
pertumbuhan meliputi jumlah daun, luas daun (m2) dan panjang tanaman (cm)
secara non destruktif pada 14, 21 dan 28 HST, dan pengamatan hasil meliputi
bobot segar total (ton ha-1), bobot segar konsumsi (ton ha-1), dan indeks panen
pada 30 HST. Analisis data menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5%.
Apabila terdapat pengaruh nyata (F hitung > F tabel 5%), maka dilanjutkan
dengan uji BNJ pada taraf 5% untuk melihat perbedaan diantara perlakuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara cekaman
salinitas dan varietas terhadap pertumbuhan dan hasil sawi pada variabel jumlah
daun, panjang tanaman dan indeks panen. Perlakuan cekaman salinitas dengan
metode menyiramkan 100 ml larutan NaCl hari-1 tanaman-1 pada penanaman di
lahan lahan belum mampu menciptakan kondisi lahan cekaman salinitas dan
hanya memberikan pengaruh pada variabel panjang tanaman sawi varietas
Emerald 3 pada 14 dan 21 hst. Terdapat respon pertumbuhan dan hasil yang
berbeda antara 2 varietas sawi pada kondisi salinitas, dimana varietas Tosakan
lebih unggul pada variabel panjang tanaman dan indeks pane
Efektivitas Beberapa Zat Pengatur Tumbuh Alami dan Media Tanam terhadap Pertumbuhan Stek Mawar (Rosa multiflora L.).
Tanaman hias merupakan salah satu komoditas hortikultura pada sektor
pertanian, yang banyak dibutuhkan dan memiliki peran penting dalam peningkatan
ekonomi Indonesia. Mawar adalah salah satu tanaman hias yang indah, memiliki
beragam warna dan manfaat. Pengembangan tanaman mawar untuk memenuhi
kebutuhan konsumen dapat diawali dengan perbanyakan bibit. Umumnya tanaman
mawar penghasil bunga potong membutuhkan batang bawah yang kokoh dan
berkualitas. Perbanyakan batang bawah mawar dapat dilakukan secara vegetatif
menggunakan bagian induk tanaman yang sudah tumbuh dengan baik, salah
satunya yaitu melalui teknik stek batang. Salah satu penunjang keberhasilan stek
mawar sebagai batang bawah adalah pertumbuhan akar yang baik. Keberhasilan
pertumbuhan akar pada stek batang dapat didukung dengan faktor internal dan
eksternal seperti zat pengatur tumbuh dan media tanam yang sesuai. Upaya yang
dapat dilakukan adalah menggunakan zat pengatur tumbuh alami seperti bawang
merah, ekstrak kecambah kacang hijau dan jagung. Sedangkan media tanam yang
dapat digunakan sebagai tempat pertumbuhan akar diantaranya yaitu tanah, arang
sekam dan pupuk bokashi. Dengan demikian penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui bahan yang efektif digunakan sebagai zat pengatur tumbuh alami dan
media tanam dalam mendukung pertumbuhan stek mawar. Tujuan dilakukannya
penelitian ini untuk mempelajari efektivitas penggunaan zat pengatur tumbuh alami
dan media tanam sebagai faktor eksternal yang dapat meningkatkan pertumbuhan
stek mawar. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini diduga penggunaan zat
pengatur tumbuh alami dan media tanam yang tepat dapat memberikan interaksi
untuk meningkatkan pertumbuhan stek mawar sebagai batang bawah.
Penelitian dilaksanakan selama dua belas minggu, pada bulan Maret hingga
Juni 2023. Bertempat di Kelurahan Dadaprejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu,
Jawa Timur. Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK)
faktorial. Penelitian terdiri dari dua faktor yaitu bahan zat pengatur tumbuh alami
dan komposisi media tanam. Faktor pertama yaitu zat pengatur tumbuh yang
meliputi Indole Acetic Acid (IAA) 99%, ekstrak bawang merah, ekstrak kecambah
kacang hijau dan ekstrak jagung muda. Sedangkan faktor kedua yaitu media tanam
yang meliputi tanah, arang sekam, pupuk bokashi dan campuran diantaranya.
Percobaan terdiri dari 28 perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali,
sehingga diperoleh 84 satuan percobaan. Masing-masing perlakuan terdapat 9
tanaman sehingga total tanaman yang digunakan berjumlah 756 stek mawar.
Pengamatan dimulai dari awal tanam hingga tanaman berumur dua belas minggu
setelah tanam. Pengamatan dan pengumpulan data dilakukan terhadap variabel
pertumbuhan tanaman meliputi persentase hidup, jumlah akar, panjang akar, waktu
muncul tunas, jumlah tunas, panjang tunas, jumlah daun, berat segar dan berat
kering tanaman. Data yang didapat diuji analisis ragam (ANOVA) pada taraf 5%.
Apabila didapat hasil berbeda nyata, dilakukan uji lanjut Tukey Beda Nyata Jujur
(BNJ) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaplikasian zat pengatur tumbuh
dan media tanam yang tepat dapat meningkatkan pertumbuhan stek mawar.
Masing-masing kombinasi perlakuan zat pengatur tumbuh dan media tanah
memberikan keberhasilan hidup sebesar 100% dari awal tanah hingga tanaman
berumur dua belas minggu setelah tanam. Zat pengatur tumbuh yang digunakan
secara bersamaan dengan media tanam memberikan interaksi terhadap waktu
muncul tunas. Perbedaan penggunaan zat pengatur tumbuh dan media tanam secara
terpisah memberikan hasil yang berbeda juga terhadap masing-masing parameter
pertumbuhan stek mawar. Pengaplikasian zat pengatur tumbuh alami dari ekstrak
bawang merah memberikan hasil berbeda tidak nyata dengan pengaplikasian indole
acetic acid 99% terhadap panjang tunas, jumlah daun dan jumlah akar. Penggunaan
media tanam arang sekam dapat meningkatkan jumlah akar, panjang akar dan
waktu muncul tunas. Perlakuan campuran media tanam memberikan hasil yang
lebih baik dan berbeda nyata terhadap jumlah tunas stek mawar dibandingkan
dengan perlakuan satu jenis media tanam. Sedangkan perlakuan campuran media
tanam tanah + pupuk bokashi memberikan hasil terbaik terhadap berat segar, berat
kering dan panjang tunas tanaman
Pengaruh Pemberian Giberelin (GA3) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas Kedelai (Glycine max L. Merrill).
Salah satu tanaman pangan penting yang banyak dibididayakan di Indonesia ialah kedelai. Kedelai menjadi komuditas pangan yang menjadi sumber protein bagi masyarakat Indonesia. Selelain beras, jagung dan ubi kayu, kedelai menjadi perhatian serius pemerintah dalam usaha mencapai ketahanan pangan nasional. Produksi nasional kedelai terus mengalami penurunan setiap tahunnya sehingga pemerintah melakukan impor kedelai. bahwa Indonesia melakukan impor kedelai mencapai 2,67 juta ton pada tahun 2019, 2,48 juta ton pada tahun 2020, 2,49 juta ton pada tahun 2021, dan 2,32 juta ton pada tahun 2022. Permintaan kebutuhan kedelai nasional masih belum sebanding dengan produktivitasnya yang rendah. Berkaitan dengan hal tersebut, varietas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu varietas Anjasmoro, Panderman dan Burangrang yang termasuk varietas unggul serta memiliki tipe pertumbuhan determinit. Oleh sebab itu karakteristik tiga varietas tersebut sesuai dengan waktu pemberian hormon giberelin GA3 yang dapat dikatakan sebagai salah satu usaha perbaikan teknik budidaya tanaman untuk meningkatkan produktivitas kedelai dari segi pembungaannya.
Penelitian telah dilaksanakan pada 31 Agustus 2022 β 2 Januari 2023 di Instalasi Penenelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP) Muneng Probolinggo. Alat β alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi cangkul, penggaris/meteran, ember, pipet, gelas ukur, handsprayer, kamera timbangan analitik serta alat tulis. Bahan yang digunakan adalah benih kedelai varietas Anjasmoro, Panderman, dan Burangrang, giebrelin GA3, NaOH, akuades, pupuk Urea, dan Pestisida. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok faktorial (RAKF) yang terdiri dari 2 fator. Faktor pertama yaitu konsentrasi giberelin GA3 (P) terdiri dari P0 : 0 ppm ; P1 : 100 ppm ; P2 : 200 ppm ; P3 : 300 ppm ; P4 : 400 ppm. Faktor kedua yaitu varietas (V) terdiri dari V1 : Anjasmoro ; V2 : Panderman ; P3 : Burangrang. Variabel pertumbuhan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, waktu muncul bunga. Variabel hasil meliputi cabang produktif, buku subur, jumlah bunga, fruitset (%), jumlah polong isi, jumlah polong hampa, bobot polong per tanaman (g), jumlah biji per tanaman, bobot 100 biji (g) dan bobot biji (ton/ha). Data pengamatan yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5%. Apabila terdapat pengaruh nyata (F hitung > F tabel 5%) maka akan dilakukan uji lanjut dengan uji BNT taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara varietas dan pemberian giberelin GA3 pada variabel tinggi tanaman, buku subur, jumlah bunga dan jumlah polong hampa. Varietas Panderman dengan pemberian GA3 100 ppm dapat meningkatkan pertumbuhan pada variabel tinggi tanaman pada umur 35 HST dan pemberian GA3 300 ppm pada umur 42,49,56,63 dan 70 HST. Varietas Burangrang tanpa pemberian GA3 dapat meningkatkan buku subur tanaman, varietas Anjasmoro tanpa pemberian GA3 dapat meningkatkan jumlah bunga tanaman dan varietas Panderman tanpa pemberian GA3 dapat menurunkan jumlah polong hampa. Berkaitan dengan pengaruh GA3, pemberian GA3 100 ppm dapat meningkatkan cabang produktif tanaman, namun tanaman yang tidak diberikan GA3 dapat meningkatkan variabel fruitset, bobot polong, jumlah polong isi, bobot 100 biji dan hasil (ton.ha-1). Berkaitan dengan pengaruh varietas, varietas Anjasmoro dapat meningkatkan variabel jumlah daun pada umur 49 dan 56 HST, fruitset, jumlah polong isi, bobot polong, jumlah biji dan hasil hasil (ton.ha-1). Varietas Panderman menghasilkan waktu muncul bunga yang lebih cepat serta varietas Burangrang menghasilkan buku subur yang lebih baik
Pemuliaan dan Bioteknologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) untuk Menghasilkan Bahan Tanam Unggul di Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman komoditas perkebunan yang sangat penting di Indonesia. Pada tahun 2020 permintaan kecambah menembus 110 juta kecambah, permintaan kecambah tersebut semakin meningkat hingga menembus angka 116,34 juta kecambah pada 2022. Produksi benih merupakan aspek yang paling vital bagi seluruh kegiatan budidaya tanaman. Untuk menghasilkan benih kelapa sawit yang unggul diperlukan kegiatan pemuliaan yang rumit dan panjang.
Kegiatan magang MBKM ini dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Unit Usaha Marihat yang berlokasi di Jalan Siantar - Tanah Jawa, Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Magang berlangsung selama kurang lebih 4 bulan yaitu pada 14 Februari sampai 10 Juni 2022. Kegiatan magang meliputi kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit secara umum, serta rangkaian proses pemuliaan dan bioteknologi pada tanaman kelapa sawit untuk menghasilkan bahan tanam unggul. Teknis budidaya tanaman kelapa sawit di kebun Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat meliputi persiapan benih, pembibitan PN (Pre nursery) dan MN (Main nursery), pemeliharaan tanaman belum menghasilkan, pemeliharaan tanaman menghasilkan, panen dan pengangkutan hasil panen. Proses pemuliaan dan bioteknologi tanaman dimulai dari perencanaan persilangan sampai dengan perbanyakan melalui bioteknologi. Perbanyakan bahan tanam secara generatif dilakukan dengan persilangan tetua untuk menghasilkan benih unggul, sementara perbanyakan bahan tanam secara vegetatif dilakukan dengan teknik kultur jaringan untuk menghasilkan klon
Pengaruh Pemberian Kombinasi Pupuk Majemuk NPK dan Pupuk Organik Cair pada Pertumbuhan dan Hasil Bayam Merah (Alternanthera amoena voss.) var. Mira
Bayam merah (Alternanthera amoena voss.) adalah tanaman sayur
semusim yang dapat ditanam di dataran rendah ataupun dataran tinggi. Budidaya
bayam merah menjadi sebuah pilihan yang cukup banyak diminati bagi petani,
melihat manfaat dan luasnya pasar komoditi ini. Fluktuasi produksi bayam merah
dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah menurunnya tingkat
kesuburan tanah. Ketersediaan unsur hara bagi tanaman selama pertumbuhan
merupakan syarat utama dalam meningkatkan produksi tanaman. Salah satu upaya
peningkatan produktivitas bayam merah adalah dengan pemupukan. Hipotesis
dalam penelitian ini adalah penggunaan POC diharapkan akan mampu
mengurangi dosis pupuk majemuk NPK untuk menghasilkan pertumbuhan dan
hasil bayam merah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh
penggunaan kombinasi pupuk majemuk NPK dan pupuk organik cair (POC)
terhadap pertumbuhan dan hasil bayam merah.
Penelitian dilaksanakan pada Bulan April sampai Bulan Juni 2023 yang
berlokasi di Lahan Desa Tugu, Kecamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri. Metode
yang digunakan dalam penelitian yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang
terdiri dari 9 kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali. A1: NPK (100%)
100 kg/ha + POC 3 ml.L-1, A2: NPK (80%) 80 kg/ha + POC 3 ml.L-1, A3: NPK
(60%) 60 kg/ha + POC 3 ml.L-1, A4: NPK (100%) 100 kg/ha + POC 6 ml.L-1, A5:
NPK (80%) 80 kg/ha + POC 6 ml.L-1, A6: NPK (60%) 60 kg/ha + POC 6 ml.L-1,
A7: NPK (100%) 100 kg/ha + POC 9 ml.L-1, A8: NPK (80%) 80 kg/ha + POC 9
ml.L-1, A9: NPK (60%) 60 kg/ha + POC 9 ml.L-1. Data yang didapatkan dari hasil
pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F) dengan taraf
5% yang bertujuan untuk mengetahui nyata atau tidak nyata pengaruh dari
perlakuan. Apabila terdapat beda nyata maka dilanjutkan dengan uji BNJ (Beda
Nyata Jujur) dengan taraf 5%.
Pemberian pupuk dengan kombinasi NPK (80%) 80 kg/ha + POC 9 ml.L-1
memberikan hasil lebih baik terhadap tinggi tanaman, luas daun, jumlah daun,
bobot segar, bobot kering, bobot konsumsi, dan produksi. NPK (100%) 100 kg/ha
+ POC 9 ml.L-1 tidak memberi pengaruh nyata pada tinggi tanaman, bobot segar,
bobot konsumsi, dan produksi. Pemberian pupuk dengan kombinasi NPK (60%)
60 kg/ha + POC 3 ml.L-1 memberikan hasil lebih rendah terhadap tinggi tanaman,
luas daun, jumlah daun, bobot segar, bobot kering, bobot konsumsi, dan produksi
Pengaruh Kombinasi Beberapa Varietas Dan Waktu Pemangkasan Pucuk Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kacang Tunggak (Vigna Unguiculata)
Kacang tunggak (Vigna unguiculata) merupakan kacang lokal dari famili
Leguminosae yang mengandung protein nabati tertinggi kedua setelah kedelai
yang bermanfaat untuk pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Kacang tunggak
dapat beradaptasi baik pada lahan marginal sehingga memiliki kemampuan untuk
dikembangkan pada lahan kering dalam rangka peningkatan produktivitas lahan
atau sebagai penggati rotasi tanaman jagung. Varietas KT 6, KT 7 dan KT 9
merupakan varietas unggul yang memiliki potensi produksi tinggi dibandingkan
dengan varietas unggul lainnya maupun varietas lokal yang ditanam petani.
Kacang tunggak memiliki tipe pertumbuhan vegetatif yang berlebihan disaat
tanaman aktif membentuk polong sehingga dapat membatasi produksi yang
dihasilkan. Berdasarkan permasalahan tersebut diperlukan upaya pemangkasan
dengan tujuan untuk menekan pertumbuhan vegetatif sehingga hasil fotosintat
dapat berhenti untuk pembentukan daun dan dapat fokus dalam pembentukan
bunga dan polong serta melalui upaya pemangkasan akan memacu pertumbuhan
cabang lateral
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IP2TP BALITKABI (Balai
Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Ubi) Desa Muneng Kidul, Kecamatan
Sumberasih, Kabupaten Probolinggo pada bulan Maret-Mei 2020. Alat yang
digunakan antara lain cangkul, penggaris, tugal, meteran, gembor, cutter, guting,
tali raffia, papan nama, bambu, kertas label, timbangan analitik, kalkulator,
plastik, kamera, dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah benih kacang
tunggak yang terdiri dari tiga varietas yaitu KT6, KT7 dan KT9, pupuk anorganik
yang terdiri dari 50 kg ha-1 urea, 100 kg ha-1 SP36, 100 kg ha-1 KCl, insektisida
dan air. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang
terdiri dari 9 perlakuan yaitu KT 6 + Tanpa Pemangkasan, KT 7 + Tanpa
Pemangkasan, KT 9 + Tanpa Pemangkasan, KT 6 + Pemangkasan 32 hst, KT 7 +
Pemangkasan 32 hst, KT 9 + Pemangkasan 32 hst, KT 6 + Pemangkasan 46 hst,
KT 7 + Pemangkasan 46 hst, KT 9 + Pemangkasan 46 hst dengan ulangan
sebanyak 4 kali sehingga terdapat 36 petak percobaan. Pengamatan dilakukan
setelah 3 hari pemangkasan pucuk pada saat tanaman berumur 49 hst, 56 hst, 63
hst, dan pada saat panen (70 hst). Parameter pengamatan meliputi tinggi tanaman,
jumlah daun, jumlah cabang per tanaman, jumlah buku subur per tanaman,
panjang polong per tanaman, jumlah polong per tanaman, jumlah biji per polong,
jumlah biji per tanaman, bobot kering biji per tanaman, bobot 100 biji kering,
bobot kering biji m2 dan bobot kering per ha. Data yang telah diperoleh dari hasil
pengamatan kemudian dianalisis ragam (anova) dengan taraf nyata 5%. Apabila
terdapat pengaruh nyata (signifikan), maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata
Terkecil (BNT) dengan taraf nyata 5% untuk mengetahui tingkat perbedaan antar
perlakuan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa varietas kacang
tunggak KT 6 tanpa pemangkasan memberikan hasil pertumbuhan yang lebih baik
daripada perlakuan lainnya pada tinggi tanaman dan jumlah buku subur.
ii
Sedangkan varietas KT 7 tanpa pemangkasan memberikan hasil pertumbuhan
yang lebih baik daripada kombinasi perlakuan lainnya pada jumlah caban
Pengaruh Kombinasi Pupuk NPK dan Pupuk Daun Ajifol Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Bawang Merah (Allium ascalonicum L.).
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura sayuran yang populer dan banyak dimanfaatkan oleh banyak masyarakat Indonesia. Produktivitas bawang merah pada tahun 2020 yang mencapai 9,93 ton.ha-1, dirasa masih sangat rendah dibandingkan dengan potensi produktivitas yang mencapai 20 ton.ha-1. Sehingga perlu dilakukan inovasi dalam budidaya bawang merah, salah satunya melalui pemupukan. Pemupukan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan unsur hara untuk tanaman. Penggunaan pupuk berfungsi untuk menopang pertumbuhan tanaman, namun apabila pemberian pupuk dilakukan dengan berlebihan dan dalam kurun waktu yang panjang, maka hal tersebut dapat mendegradasi kualitas tanah. Sehingga penggunaan pupuk NPK harus di substitusi dengan pupuk lain seperti, pupuk daun. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi resiko penurunan kualitas tanah, yang disebabkan oleh penyediaan hara yang berlebihan.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Desember 2021, yang berlokasi di Desa Gempol, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk. Ketinggian lahan sawah di tempat penelitian sekitar 57 mdpl, dengan kisaran suhu 230C hingga 350C. Bahan yang digunakan untuk penelitian ini yaitu bibit bawang merah varietas Tajuk, pupuk NPK Mutiara 16:16:16, pupuk daun Ajifol D dan B. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 7 Perlakuan dengan 3 kali pengulangan, total petak percobaan sebanyak 21 petak. Pengamatan yang dilakukan merupakan pengamatan non destruktif, dengan menggunakan sampel tanaman yang diamati pada umur 14, 21, 28, 35, 42 dan 49 hst. Parameter pengamatan pertumbuhan yang diamati yaitu jumlah daun, tinggi tanaman, jumlah anakan. Sedangkan komponen pengamatan hasil yang diamati yaitu bobot segar umbi, bobot kering umbi, hasil bawang merah (ubinan) yang dikonversikan ke dalam ton/ha. Hasil dari data pengamatan penelitian diuji menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5%. Apabila perlakuan menunjukkan pengaruh nyata, maka dilanjutkan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5%.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pemberian berbagai kombinasi pupuk NPK dan pupuk daun berpengaruh nyata pada seluruh umur dan parameter pengamatan. Pengurangan dosis pupuk NPK sebesar 25% yang dikombinasikan dengan pupuk daun tidak mengurangi pertumbuhan tanaman dan bobot umbi bawang merah. Sebaliknya, pemberian pupuk NPK 225 kg/ha dengan pupuk daun D 5 ml/l dan pupuk daun B 5ml/l, memberikan hasil yang lebih tinggi sebesar 4,14 ton/ha atau 26,35% pada bobot umbi bawang merah dibandingkan dengan pemberian NPK 300 kg/ha dengan tanpa penambahan pupuk daun
Pengaruh Berbagai Pola Tumpangsari Pare (Momordica Charantia L) Dan Tomat (Solanum Lycopersicum L) Terhadap Kompetisi Dan Hasil
Tumpangsari adalah praktik menanam dua atau lebih tanaman dalam jarak
dekat. Tumpangsari bermanfaat untuk memperoleh efisiensi lahan, efisiensi nutrisi,
dan peningkatan biodiversitas yang selaras dengan pengendalian organisme
penggangu tanaman. Tumpangsari dapat juga dilakukan di pematang sawah dan
diharapkan optimalisasi penggunaan lahan pematang sawah ini akan berdampak
baik pada padi dan tanaman lain. Efek merugikan yang dikhawatirkan akan muncul
akibat metode tumpangsari adalah kontaminasi zat melalui transfer zat secara
horizontal antar tanaman (Lewerenz et al., 2020). Dalam penelitian ini akan diteliti
dengan menggabungkan penanaman pare dan tomat bertujuan untuk melihat apakah
ada pengaruh pertumbuhan pare dan tomat serta hasil panen tanaman tersebut.
Penelitian dimulai dari bulan Januari hingga Mei 2022 di Desa Sukorejo,
Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang. Tahapan penelitian meliputi
penanaman dan pemeliharaan komoditas, pengamatan pertumbuhan, dan uji
organoleptic. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang
disusun secara non faktorial. Total perlakuan yaitu 5 perlakuan yang diulang
sebanyak 4 kali. Uji organoleptic menggunakan uji diskriminasi triangle test untuk
menilai 30 panelis terhadap produk. Variabel pengamatan pada penelitian adalah
pengamatan, pertumbuhan, komponen dan kualitas hasil. Pengamatan pertumbuhan
terdiri atas pengamatan jumlah daun (helai), panjang tanaman (cm), diameter
batang (cm) dan luas daun (cm2). pengamatan komponen hasil terdiri atas
pengamatan bobot buah segar per tanaman (g/tanaman), bobot buah segar per buah
(gram/buah), jumlah buah (buah) dan hasil panen pare dan tomat (ton/ha). Analisa
kompetisi menggunakan nisbah kesetaraan lahan (NKL), agresivitas, dan rasio
kompetisi. Analisa data pertumbuhan akan dianalisis ragam dengan uji lanjut Beda
Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Analisa data organoleptic akan dimasukkan ke
dalam Minitab untuk diolah lebih lanjut dan dievaluasi dengan rumus 1-proportion.
Penilaian ekonomi menggunakan R/C ratio.
Berdasarkan nilai NKL, tanaman pare dan tomat layak ditanam secara
tumpangsari. Berdasarkan nilai agresivitas dan rasio kompetisi, daya saing tomat
lebih besar daripada pare dalam semua pola tumpangsari kecuali pada pola tanam
berseling 2:1 (Tomat + Pare + Tomat). Tidak terdapat perubahan rasa pada buah
pare maupun tomat berdasarkan uji organoleptik. Semua pola tanam tumpangsari
layak diusahakan karena memiliki R/C Ratio lebih dari 1
Pengaruh Penambahan Pupuk Npk Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Yang Ditanam Dengan Pupuk Kandang Ayam Sebagai Pupuk Dasar
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman sayuran semusim,
dan termasuk salah satu komoditas tanaman hortikultura yang sering
dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Produktivitas bawang merah tersebut
masih rendah jika dilihat dari potensi produksi bawang merah di Indonesia
mencapai 20 ton/ha. Permasalahan budidaya tanaman bawang merah adalah unsur
hara tanaman bawang merah, upaya yang dilakuakan meningkatkan dosis pupuk
anorganik secara berlebihan. Kegiatan ini mampu meningkatkan produksi bawang
merah, akan tetapi jika dilakukan secara terus-menerus tanah pada lahan budidaya
akan menjadi tidak produktif. Upaya perbaikan produktivitas lahan yang menurun
dapat dilakuakan dengan menggunakan pupuk organik pada kegiatan budidaya
bawang merah. Penggunaan pupuk organik bertujuan untuk mengatasi degradasi
lahan atau penurunan kualitas lahan. Pupuk kandang ayam merupakan pupuk
organik yang berasal dari kotoran ayam yang sudah matang sempurna dan dapat
digunakan sebagai pupuk dasar yang memiliki kelebihan dalam penyediaan NPK.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2021 di Dusun
Bulusan RT. 02 / RW 05, Desa Bulu, Kec. Semen, Kabupaten Kediri. Bahan yang
digunakan untuk penelitian pupuk kandang ayam, pupuk majemuk Phosnka NPK
15:15:15 dan bawang merah varietas Tajuk. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 9 perlakuan P0 NPK 650
Kg/ha, P1 NPK 450kg/ha + Pupuk kandang ayam 10 Ton/ha, P2 NPK 550 Kg/ha
+ Pupuk kandang ayam 10 Ton/ha, P3 NPK 650 Kg/ha + Pupuk kandang ayam
10 Ton/ha, P4 NPK 750 Kg/ha + Pupuk kandang ayam 10 Ton/ha, P5 NPK 450
Kg/ha + Pupuk kandang ayam 20 Ton/ha, P6 NPK 550kg/ha + Pupuk kandang
ayam 20 Ton/ha, P7 NPK 650kg/ha + Pupuk kandang ayam 20 Ton/ha, P8 NPK
750 kg/ha + Pupuk kandang ayam 20 Ton/ha dan diulang sebanyak 3 kali.
Pengamatan penelitian dilakukan secara non destruktif, sampel untuk penelitian
ini menggunakan 6 tanaman sampel yang diamati pada saat 14, 28, 35, 42, 49, 56
HST dengan parameter tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan. Pengamatan
komponen hasil menggunakan 6 sampel tanaman dengan parameter bobot segar
umbi, bobot kering umbi, hasil panen. Hasil pengamatan pada penelitian ini diuji
dengan menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5 %. Jika hasil pengujian
diperoleh berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji beda nyata jujur (BNJ) pada
taraf 5%.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemberian berbagai kombinasi antara
pupuk NPK dan pupuk kandang ayam berpengaruh tidak nyata pada parameter
tinggi tanaman dan jumlah daun pada umur 14 HST dan 21 HST. Sedangkan pada
parameter jumlah anakan memberikan hasil berpengaruh tidak nyata pada umur
14 HST, 21 HST dan 28 HST. Pemberian berbagai kombinasi antara pupuk NPK
dan pupuk kandang ayam memberikan hasil yang nyata terhadap parameter tinggi
tanaman dan jumlah daun pada umur 28 HST, 35 HST, 42 HST dan 49 HST, dan
parameter jumlah anakan pada umur 35 HST, 42 HST dan 49 HST. Serta memberikan hasil yang nyata terhadap bobot segar umbi, bobot kering umbi dan
hasil tanaman bawang merah. Pemberian pupuk NPK 15 550 kg/ha dengan pupuk
kandang ayam 20 ton/ha memberikan hasil terbaik terhadap tinggi tanaman,
jumlah daun, jumlah anakan, bobot segar umbi, bobot kering umbi dan bobot hasil
tanaman bawang merah