3 research outputs found

    Determinants of Neonatal Mortality: A Case Study in Sleman District

    Get PDF
    Background: Neonatal mortality is a significant global health problem. Most of the cases occur in low and middle-income countries including Indonesia. In Sleman District, Yogyakarta for the last five years, the neonatal mortality rate has not improved and remains high. This research aimed to identify the root causes of newborn deaths in Sleman District.Methods: A case study approach was used with qualitative methods to describe and discuss five infant mortality cases in Sleman District. This study involved in-depth interviews with 3 mothers of neonates as the main informants, three public figures as society representatives, and other health stakeholders represented by local midwives in Sleman District.Results adn Discussion: There were 12 sub-themes identified in this study that reflected 3 main themes associated with neonatal mortality which are: 1) the neonates’ condition: premature birth, pneumonia, low birthweight, and immaturity of vital organs; 2) the maternal factors: psychological stress, hypertension, diabetes, and obesity; and 3) the healthcare system: midwives’ roles, village cadre roles, and health data collection of mothers and children.Conclusion: Generally, the causes of neonatal mortality were due to prematurity and multiple fetuses; therefore, in-depth screening is needed to prevent neonatal mortality.Keywords: Determinant; Neonatal Mortality; Healthcare System; Case Study.

    Respon kebijakan kehamilan tidak diinginkan pada remaja: refleksi dari Malaysia

    No full text
    Tujuan: Menggugah peran LSM perempuan Islam di Indonesia untuk menjawab isu Kehamilan Tidak Diinginkan pada Remaja. Isi: Pillsbury and Mayer (2005) mengungkapkan keberhasilan LSM perempuan dalam memberikan akses kesehatan dan hak atas informasi pada wanita dan remaja di Zimbabwe dan Uganda. LSM perempuan memiliki keunggulan yaitu  kredibilitas dan akar rumput yang kuat di komunitas. Di Indonesia, LSM perempuan Islam berperan penting dalam isu kesehatan reproduksi. Dukungan muslimat NU dan ‘Aisyiyah Muhammadiyah terhadap pelaksanaan program KB di Indonesia merupakan salah satu contohnya. Namun hingga saat ini LSM Islam dan institusinya belum memberikan perubahan signifikan dalam masalah kehamilan remaja. Malaysia membuka sekolah untuk  remaja hamil bernama “Sekolah Harapan Rumah Harapan (SHRH)”  yang terletak di Jasin, Melaka. Sekolah ini merupakan inisiatif Ketua Menteri Melaka, Datuk Seri Mohd Ali Rustam, dilatarbelakangi oleh meningkatnya kasus kehamilan remaja dan pembuangan bayi di Malaysia. Sekolah Harapan berada di bawah naungan Jabatan Agama Islam Melaka (JAIM), dibina dan dibiayai sepenuhnya oleh Kerajaan Negeri Melaka.  SHRH yang mengusung “konsep taubat” sebagai platform-nya menerima remaja hamil akibat seks pranikah serta korban kekerasaan seksual seperti perkosaan dan incest.  Kurikulum pendidikan mengikuti silabus pelajaran sekolah formal ditambah dengan keterampilan menjahit, mengurus diri dan keluarga. Sejak didirikan hingga November 2015 terdapat 261 bayi yang telah dilahirkan di sekolah ini. Sebanyak 232 bayi diserahkan kembali kepada pihak keluarga, 28 bayi diadopsi dan 1 orang bayi meninggal dunia.Kehadiran SHRH telah menyelamatkan bayi-bayi yang tidak berdosa serta menyelamatkan masa depan ibu lewat pendidikan. Lesson learned: Berkaca dari apa yang telah dilakukan di Malaysia, LSM Perempuan Islam seperti ‘Aisyiyah Muhammadiyah, Muslimat NU, Wanita Al Irsyad, Salimah PKS, dll, sepatutnya mampu melakukan aksi serupa untuk menyelamatkan masa depan remaja yang mengalami kehamilan tidak diinginkan

    Hubungan Kualitas Pelayanan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) dengan Kematian Neonatal: Analisis Data SDKI 2017

    No full text
    Purpose: To assess the association between the quality of first neonatal visit with neonatal death in Indonesia. Methods: We conducted secondary analysis of  the 2017  Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) which was analyzed with retrospective cohort design. We analyzed 6,561 last born children to women aged 15-49 in the 2 years before the survey. The association between the quality of first neonatal visit and other independent variables with neonatal death were analyzed by chi square test and poisson regression.Results: Newborns who did not recieve first neonatal visit services (aRR= 63.64; 95% CI=8.57-472.7) and newborns who received poor-quality of first neonatal visit services (aRR=21.01; 95%CI=2.82-156.4) had higher risk of neonatal death compared with newborns who received good-quality of first neonatal visit services by controlling for frequency of antenatal care, delivery characteristics, birth weight and infant sex. The majority (71%) of newborns who received good-quality first neonatal services were newborns in Java, Bali and NTB region. Low birth weight (LBW) infants (aRR=0.05; 95%CI=8.57-472.7) and male infants (aRR=15.93; 95%CI=8.24-30.80) had higher risk of neonatal death. Conclusion:Quality of first neonatal visit services, birth weight and infants sex were associated with neonatal death in Indonesia. Efforts to prevent neonatal deaths should be focused on quality and equality of first neonatal visit improvement and prevention and care for LBW infants.AbstrakTujuan: Mengkaji hubungan kualitas pelayanan KN1 dengan kematian neonatal di Indonesia. Metode: Penelitian menggunakan data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 dengan desain kohort retrospektif. Sampel penelitian adalah kelahiran hidup 2 tahun sebelum survei dari wanita 15-49 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 6.561 bayi lahir hidup. Hubungan karakteristik pelayanan KIA, neonatal dan ibu dengan kematian neonatal dianalisis dengan uji chi square dan regresi logistik berganda. Hasil: Bayi yang mendapatkan KN1 berkualitas berisiko 98% lebih rendah untuk mengalami kematian neonatal (aOR=0,02; 95%CI=0,00-0,44) sedangkan bayi yang mendapatkan pelayanan KN1 tidak berkualitas berisiko 52% lebih rendah untuk mengalami kematian neonatal (aOR=0,48; 95%CI=0,26-0,9) dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan pelayanan KN1 setelah mengontrol variabel berat badan lahir dan jenis kelamin bayi. Kesimpulan: Bayi yang menerima pelayanan KN1 yang berkualitas, bayi dengan berat badan lahir ≥2500 gram dan bayi perempuan berisiko lebih rendah untuk mengalami kematian neonatal. Upaya pencegahan kematian neonatal hendaknya difokuskan pada upaya peningkatan kualitas pelayanan KN1 serta pencegahan dan perawatan bayi berat badan lahir rendah (BBLR).
    corecore