43 research outputs found

    Emergency escape system uses self-braking mechanism on fixed cable

    Get PDF
    Slide-wire system with a twist level slide device incorporates automatic descent and braking for the safe and rapid evacuation of personnel from tall structures. This device is used on any tall structure that might require emergency evacuation. It is also used to transfer materials and equipment

    Kajian Ekosistem Mangrove Berdasarkan Jenis dan Karakteristik Substrat di Desa Tompotana Kecamatan Kepulauan Tanakeke Kabupaten Takalar

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah mengetahui komposisi jenis dan struktur komunitas vegetasi mangrove berdasarkan jenis substrat dan mengetahui keterkaitan antara kerapatan mangrove dengan tekstur substrat di Desa Tompotana Pulau Tanakeke Kabupaten Takalar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2022 di Desa Tompotana Pulau Tanakeke Kabupaten Takalar. Metode penelitian secara purposive random sampling yang dibagi menjadi 3 stasiun yaitu stasiun 1 dekat lokasi tambak, stasiun 2 dekat pemukiman, dan stasiun 3 dekat dermaga dan pemukiman. Pada masing-masing stasiun ditentukan 3 transek/plot dimana pada transek 1, transek 2, dan transek 3  dimulai dari arah pantai laut menuju daratan dan tegak lurus garis pantai dengan jarak masing-masing transek 35 meter. Hasil penelitian menemukan 3 spesies mangrove di Desa Tompotana Pulau Tanakeke Kabupaten Takalar berdasarkan jenis substrat yaitu spesies Rhizophora stylosa, Avicennia alba, dan Sonneratia alba. Frekuensi Relatif (RFi) ditemukan pada semua spesies sama yaitu sebesar 33.33, penutupan relative (RCi) tertinggi adalah spesies R. stylosa yaitu sebesar 39.25 dan Penutupan Relatif (RCi) terendah adalah spesies mangrove S. alba yaitu sebesar 26.15. Sedangkan Nilai Penting (INP) tertinggi adalah spesies mangrove R. stylosa yaitu sebesar 148,66% dan Nilai Penting (INP) terendah adalah spesies mangrove S. alba yaitu sebesar 70,59%. Kerapatan relative (RDi) tertinggi ditemukan pada spesies mangrove R. stylosa yaitu sebesar 74.07% dengan jenis substrat liat kemudian spesies A. alba 14.81% dan S. alba 11.11% dengan jenis substrat liat berdeb

    Engineered transposon for improved cell line development

    Get PDF
    Please click Additional Files below to see the full abstract

    First-line FOLFIRI and bevacizumab in patients with advanced colorectal cancer prospectively stratified according to serum LDH: Final results of the GISCAD (Italian Group for the Study of Digestive Tract Cancers) CENTRAL (ColorEctalavastiNTRiAlLdh) trial

    Get PDF
    Background:Previous findings suggested that bevacizumab might be able to improve response rate (RR) in colorectal cancer patients with high lactic dehydrogenase (LDH) basal levels.Methods:We conducted a phase II trial to prospectively ascertain whether bevacizumab in combination with FOLFIRI could have an improved clinical activity in patients with high LDH serum levels. Primary end point of the study was RR; secondary end points were median overall survival and median progression-free survival (mPFS).Results:A total of 81 patients were enrolled. No difference in terms of ORR (39% vs 31% for low vs high LDH level stratum, P=0.78) and mPFS (14.16 vs 10.29 months, HR: 1.07, 95% CI: 0.51-2.24, P=0.83) between the strata was observed, whereas overall survival (OS) was significantly longer for patients with low LDH (24.85 vs 15.14 months, HR: 4.08, 95% CI: 1.14-14.61, P=0.0004). In a not-pre-planned exploratory analysis using different cut-off ranges for LDH, we observed RR up to 70%, with no improvement in progression-free survival or OS.Conclusions:The CENTRAL trial failed to demonstrate that high LDH levels were related to a significantly improved RR in patients receiving first-line FOLFIRI and bevacizumab. The LDH serum levels should then no further be investigated as a predictive factor in this setting

    Association of kidney disease measures with risk of renal function worsening in patients with type 1 diabetes

    Get PDF
    Background: Albuminuria has been classically considered a marker of kidney damage progression in diabetic patients and it is routinely assessed to monitor kidney function. However, the role of a mild GFR reduction on the development of stage 653 CKD has been less explored in type 1 diabetes mellitus (T1DM) patients. Aim of the present study was to evaluate the prognostic role of kidney disease measures, namely albuminuria and reduced GFR, on the development of stage 653 CKD in a large cohort of patients affected by T1DM. Methods: A total of 4284 patients affected by T1DM followed-up at 76 diabetes centers participating to the Italian Association of Clinical Diabetologists (Associazione Medici Diabetologi, AMD) initiative constitutes the study population. Urinary albumin excretion (ACR) and estimated GFR (eGFR) were retrieved and analyzed. The incidence of stage 653 CKD (eGFR < 60 mL/min/1.73 m2) or eGFR reduction > 30% from baseline was evaluated. Results: The mean estimated GFR was 98 \ub1 17 mL/min/1.73m2 and the proportion of patients with albuminuria was 15.3% (n = 654) at baseline. About 8% (n = 337) of patients developed one of the two renal endpoints during the 4-year follow-up period. Age, albuminuria (micro or macro) and baseline eGFR < 90 ml/min/m2 were independent risk factors for stage 653 CKD and renal function worsening. When compared to patients with eGFR > 90 ml/min/1.73m2 and normoalbuminuria, those with albuminuria at baseline had a 1.69 greater risk of reaching stage 3 CKD, while patients with mild eGFR reduction (i.e. eGFR between 90 and 60 mL/min/1.73 m2) show a 3.81 greater risk that rose to 8.24 for those patients with albuminuria and mild eGFR reduction at baseline. Conclusions: Albuminuria and eGFR reduction represent independent risk factors for incident stage 653 CKD in T1DM patients. The simultaneous occurrence of reduced eGFR and albuminuria have a synergistic effect on renal function worsening

    Analisis Gangguan Hubung Singkat pada Saluran Udara 20 Kv di Penyulang Naioni PT. Pln (Persero) Ulp Kupang untuk Menentukan Kapasitas Pemutusan Fuse Cut Out Menggunakan Etap 12.6

    Full text link
    Jaringan distribusi di penyulang Naioni sering mengalami  gangguan seperti gangguan hubung singkat, maka untuk meminimalisir dampak gangguan tersebut perlu adanya koordinasi antara peralatan proteksi yang terpasang.  Salah satu peralatan proteksi yang di gunakan pada jaringan distribusi yaitu Fuse Cut Out (FCO). Fuse Cut Out sendiri adalah pengaman distribusi untuk memproteksi dari gangguan arus lebih akibat terjadinya gangguan hubung singkat. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan arus gangguan hubung singkat dan rating Fuse Cut Out pada penyulang Naioni Kupang, untuk keperluan koordinasi Fuse Cut Out dengan Fuse Cut Out, apabila terjadi gangguan hubung singkat di jaringan distribusi. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa Arus gangguan hubung singkat terkecil adalah gangguan hubung singkat 1 phasa ke tanah, dengan arus gangguan sebesar 0,524 kA. Arus gangguan hubung singkat terbesar yaitu gangguan hubung singkat 2 phasa ke tanah, dengan arus gangguan sebesar 12,099 kA. Penentuan Fuse Cut Out pada penyulang dihitung berdasarkan SPLN (64 : 1985). Rating Fuse Cut Out yang terpasang pada transformator adalah 2 A , 4 A dan 6A ,sedangkan Fuse Cut Out yang terpasang pada jaringan distribusi dengan kapasitas terkecil yaitu 4 A, dengan arus beban maximum 1,44 A, sedangkan Fuse Cut Out dengan kapasitas terbesar yaitu 200 A dengan arus beban maximum 111,66 A. Koordinasi antara Fuse Cut Out dengan Fuse Cut Out pada jaringan distribusi Penyulang Naioni, apabila terjadi gangguan hubung singkat maka zona pemutusan Fuse Cut Out terdiri dari zona tingkat satu, zona tingkat dua, zona tingkat tiga. Dengan waktu pemutusan dari 0,0001 s sampai 0,114 s dan gangguan hubung singkat yang terjadi sebesar 0,480 kA sampai  5,753 kA
    corecore