13 research outputs found

    Hubungan status gizi dan asupan lemak dengan siklus menstruasi pada remaja putri SMK Bina Putera Nusantara Kota Tasikmalaya tahun 2022

    Get PDF
    Remaja putri merupakan kelompok usia yang rentan mengalami gangguan menstruasi seperti siklus menstruasi yang tidak teratur. Kurangnya asupan gizi dapat mempengaruhi gangguan menstruasi yang akan membaik bila asupan zat gizinya baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan status gizi dan asupan lemak dengan siklus menstruasi pada remaja putri. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan desain rancangan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 75 siswi SMK Bina Putera Nusantara Kota Tasikmalaya Tahun 2022 diambil sebagai sampel dengan teknik purposive sampling dari total populasi 91 siswi. Tinggi Badan diukur dengan microtoice dan berat badan diukur menggunakan timbangan digital. Data asupan lemak diperoleh menggunakan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ) satu bulan terakhir. Data siklus menstruasi diperoleh dari kuesioner siklus menstruasi. Hasil analisis data dengan uji chi square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara staus gizi dan asupan lemak dengan siklus menstruasi dengan p-value = 0,000 (p0,05) pada siswi SMK Bina Putera Nusantara Kota Tasikmalaya Tahun 2022

    Ketahanan pangan sebagai deteminan kejadian stunting pada anak usia 2-3 tahun di Kabupaten Ciamis-Jawa Barat

    Get PDF
    Determinant of stunting in children 2-3 aged years in Ciamis District West Java Province Background: The prevalence of stunting in Indonesia is still high (at 37,2%), while in the province of West Java is at 35,8%. Household food security is one of the indirect causes of the nutritional problems. Aspects of food security in the form of food availability and access to food are related in a household that affects the aspect of the level of food consumption in every household or individual that is not being met. Objective: The study aims to analyze whether household food security was the determinant of stunting in children aged 2-3 years in Ciamis Districts. Methods: This was an observational study with a case-control design. Subjects in this research are households. Information from a total of 349 households, i.e. 168 had stunted and 181 without stunted children, were collected. Respondents consisted of mothers, fathers, and children aged 2-3 years in Ciamis District. Subjects were selected using quota sampling. Data were analyzed using t-test and logistic regression. Results: Food availability, food access, energy, and protein consumption were not associated with stunting (p>0,05). There were significant differences between the average height (Z-score) of children based on the father's height, the mother's height, and the mother's education level (p 0,05). Conclusion: This study observed that household food security was not the determinant of stunting. After controlling for potential confounders, the children's heights were independently associated with parental heights and maternal education

    TRANSFER TEKNOLOGI PENINGKATAN MUTU DAN UMUR SIMPAN ABON SAPI DI UKM NYI UPIK DESA PAMIJEN SOKARAJA

    Get PDF
    UKM Nyi Upik yang terletak di Desa Pamijen Sokaraja Banyumas merupakan salah satu industri rumah tangga yang mengolah daging sapi menjadi abon, dengan total produksi 50 kg per bulan.  Selama ini sudah dipasarkan melalui media online.  Permasalahan yang dihadapi adalah kadar minyak yang masih tinggi, kapasitas produksi rendah, serta belum ada informasi nilai gizi (nutrition fact). Selain itu masih diperlukan cool storage untuk bahan baku dan bumbu, alat pemasak yang lebih efisien untuk meningkatkan kapasitas produksi, serta perbaikan mutu kemasan. Tujuan dan target khusus yang hendak dicapai adalah meningkatkan kuantitas dan mutu produk abon terutama dari segi keawetan dan perbaikan kemasan dalam mempertahankan mutu guna meningkatkan penjualan dan daya saing produk. Kelompok sasaran kegiatan adalah UKM Abon Nyi Upik. Metode yang digunakan: 1) penyuluhan; 2) praktik pembuatan produk abon dengan metode deep frying serta perbaikan kemasan dilengkapi dengan spesifikasi produk dan nutrition fact serta perbaikan dalam pengelolaan bahan baku dan bumbu. Penggunaan kompor dengan tingkat perapian yang lebih tinggi dapat mempersingkat waktu produksi yaitu dalam proses perebusan daging dari 3 jam menjadi hanya 1.5 jam, selain itu dalam proses penggorengan dihasilkan abon yang lebih kering. Penggunaan wajan dengan ukuran yang lebih besar (Ø= 80 cm) lipat dapat meningkatkan kapasitas produksi, proses pengeringan yang lebih seragam dan tekstur produk lebih krispi.  Perbaikan kemasan yaitu penggunaan kemasan zipper lock dan labelling yang lebih baik yaitu dilengkapi dengan nutrition fact akan semakin meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk.UKM Nyi Upik yang terletak di Desa Pamijen Sokaraja Banyumas merupakan salah satu industri rumah tangga yang mengolah daging sapi menjadi abon, dengan total produksi 50 kg per bulan.  Selama ini sudah dipasarkan melalui media online.  Permasalahan yang dihadapi adalah kadar minyak yang masih tinggi, kapasitas produksi rendah, serta belum ada informasi nilai gizi (nutrition fact). Selain itu masih diperlukan cool storage untuk bahan baku dan bumbu, alat pemasak yang lebih efisien untuk meningkatkan kapasitas produksi, serta perbaikan mutu kemasan. Tujuan dan target khusus yang hendak dicapai adalah meningkatkan kuantitas dan mutu produk abon terutama dari segi keawetan dan perbaikan kemasan dalam mempertahankan mutu guna meningkatkan penjualan dan daya saing produk. Kelompok sasaran kegiatan adalah UKM Abon Nyi Upik. Metode yang digunakan: 1) penyuluhan; 2) praktik pembuatan produk abon dengan metode deep frying serta perbaikan kemasan dilengkapi dengan spesifikasi produk dan nutrition fact serta perbaikan dalam pengelolaan bahan baku dan bumbu. Penggunaan kompor dengan tingkat perapian yang lebih tinggi dapat mempersingkat waktu produksi yaitu dalam proses perebusan daging dari 3 jam menjadi hanya 1.5 jam, selain itu dalam proses penggorengan dihasilkan abon yang lebih kering. Penggunaan wajan dengan ukuran yang lebih besar (Ø= 80 cm) lipat dapat meningkatkan kapasitas produksi, proses pengeringan yang lebih seragam dan tekstur produk lebih krispi.  Perbaikan kemasan yaitu penggunaan kemasan zipper lock dan labelling yang lebih baik yaitu dilengkapi dengan nutrition fact akan semakin meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk

    Peningkatan Layanan Gizi bagi Pasien Covid-19 Di Instalasi Gizi RSUD Banyumas

    Get PDF
    The Corona Virus Disease (Covid-19) pandemic is currently a world problem, including Indonesia. Banyumas Hospital is one of the referral hospitals for Corona Virus Disease in the Banyumas Regency area. Over time there has been an increase in the number of Covid-19 patients being treated. Treatment of Covid-19 patients requires minimal contact between a nutritionist and a hospital food waiter with Covid-19 patients. A quick response is needed in the form of procurement of material tools to support this emergency. The aim of this program is to improve services needed by the Banyumas Hospital Nutrition Installation to provide optimal nutritional care to support the recovery of Covid-19 patients because the safety of health workers must be fulfilled by carrying out minimal contact with patients. The method carried out is in the form of to nutritionists for refreshing the development of science in the handling of Covid-19 patients in hospitals as well as providing the tools and materials needed for nutritional installations. The results obtained were refreshing the development of the science of handling Covid-19 patients, namely preventing malnutrition of Covid-19 patients, fulfilling the hydration of Covid-19 patients through providing electric kettles in isolation wards and providing bottled mineral water, providing disposable eating and drinking utensils to reduce potential transmission through eating utensils, as well as the fulfillment of tools in the form of Portable Wifi services for online nutrition counseling services to patients. The conclusion that can be taken is that the service provider plays a role in improving the nutrition services of the Banyumas Hospital Nutrition Installation in dealing with Covid-19 patients who are hospitalized at Banyumas Hospital.Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) merupakan pandemi yang pada saat ini menjadi permasalahan dunia termasuk Indonesia. RSUD Banyumas merupakan salah 1 rumah sakit rujukan Covid-19 untuk wilayah Kabupaten Banyumas. Seiring waktu berjalan terjadi kenaikan jumlah pasien Covid-19 yang dirawat. Perawatan pasien Covid-19 mengharuskan kontak minimal antara Ahli Gizi maupun pramusaji makanan rumah sakit dengan pasien Covid-19. Dibutuhkan respon cepat untuk memfasilitasi perubahan akibat keadaan darurat tersebut melalui serangkaian tindakan dan pengadaan sarana prasarana. Tujuan dari pengabdian ini adalah menambah layanan yang dibutuhkan Instalasi Gizi RSUD Banyumas guna memberikan asuhan gizi optimal untuk menunjang kesembuhan pasien Covid-19. Tujuan lain yaitu untuk mendukung keamanan petugas kesehatan dengan melaksanakan kontak seminimal mungkin dengan pasien Covid-19. Metode yang dilaksanakan berupa penyuluhan kepada Ahli Gizi untuk refreshing perkembangan ilmu pengetahuan penanganan pasien Covid-19 di Rumah Sakit serta pemberian alat dan bahan yang diperlukan instalasi gizi dalam menghadapi perubahan cepat layanan pada masa pandemic Covid-19. Hasil yang didapatkan yaitu refreshing perkembangan ilmu penanganan pasien Covid-19 yaitu pencegahan malnutrisi pasien Covid-19, pemenuhan hidrasi pasien covid melalui pemberian ketel elektrik untuk digunakan di bangsal-bangsal isolasi dan penyediaan air mineral dalam kemasan, pemberian alat makan dan minum sekali pakai untuk mengurangi potensi penularan melalui alat makan, serta terpenuhinya alat berupa layanan Wifi Portable untuk pelayanan konseling gizi kepada pasien secara daring. Simpulan yang dapat diambil yaitu pengabdi berperan meningkatkan layanan gizi Instalasi Gizi RSUD Banyumas dalam menghadapi pasien Covid-19 yang dirawat inap di RSUD Banyumas

    PENINGKATAN PENDAPATAN KWT CIPTO ROSO DESA TAMAN SARI KARANGLEWAS BANYUMAS MELALUI PENGEMBANGAN DAN PEMASARAN ANEKA PRODUK OLAHAN UBI KAYU

    Get PDF
    Kecamatan Karang lewas berpotensi dalam budidaya umbi kayu. Salah 1 kelompok di kecamatan tersebut yang anggotanya aktif memproduksi olahan ubi kayu adalah Kelompok Wanita Tani “Cipto Roso”. Kelompok yang dianggap mampu dan mau menjadi kader dan menularkan bagi anggota kelompok yang lain atau Ibu PKK di sekitar Desa Taman Sari (seperti Desa Pejogol dan Desa Karanggude). Produk yang dihasilkan belum beragam, paling banyak adalah produksi lanting yang pemasarannya dilakukan dengan cara menyetorkan ke pengepul sehingga lanting dihargai murah yaitu Rp 15.000,-sedangkan jumlah produksi hariannya besar yaitu mencapai 1,5 kuintal. Dengan latar belakang ini dilakukan pembinaan dan pendampingan terhadap KWT Cipto Roso dalam memproduksi olahan ubi kayu yang lebih beragam selain lanting yaitu seriping gethuk dan berpotensi laku di pasaran serta diversifikasi produk olahannya sesuai SOP dengan kemasan dan pelabelan yang menarik sehingga siap jual. Produk juga akan didaftarkan PIRT nya di DKK Banyumas sehingga dapat meningkatkan kepercayaan konsumen dan nantinya akan meningkatkan nilai ekonomis produk dan meningkatkan pendapatan anggota KWT Cipto Roso. Program dilakukan dengan metode transfer teknologi, pelatihan, praktek demplot atau percontohan serta pendampingan.Kegiatan ini menghasilkan produk sriping gethuk dengan standar sesuai dengan SOP yang sudah ditetapkan dan memiliki karakter cita rasa, warna dan tekstur yang diharapkan serta memiliki kemasan yang menarik dengan label dan kemasan yang layak jual. Produk sriping gethuk telah diproses pengajuan PIRTnya. Lebih lanjut penjualan produk lokal unggulan KWT Ciptoroso dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan anggotanyaKecamatan Karang lewas berpotensi dalam budidaya umbi kayu. Salah 1 kelompok di kecamatan tersebut yang anggotanya aktif memproduksi olahan ubi kayu adalah Kelompok Wanita Tani “Cipto Roso”. Kelompok yang dianggap mampu dan mau menjadi kader dan menularkan bagi anggota kelompok yang lain atau Ibu PKK di sekitar Desa Taman Sari (seperti Desa Pejogol dan Desa Karanggude). Produk yang dihasilkan belum beragam, paling banyak adalah produksi lanting yang pemasarannya dilakukan dengan cara menyetorkan ke pengepul sehingga lanting dihargai murah yaitu Rp 15.000,-sedangkan jumlah produksi hariannya besar yaitu mencapai 1,5 kuintal. Dengan latar belakang ini dilakukan pembinaan dan pendampingan terhadap KWT Cipto Roso dalam memproduksi olahan ubi kayu yang lebih beragam selain lanting yaitu seriping gethuk dan berpotensi laku di pasaran serta diversifikasi produk olahannya sesuai SOP dengan kemasan dan pelabelan yang menarik sehingga siap jual. Produk juga akan didaftarkan PIRT nya di DKK Banyumas sehingga dapat meningkatkan kepercayaan konsumen dan nantinya akan meningkatkan nilai ekonomis produk dan meningkatkan pendapatan anggota KWT Cipto Roso. Program dilakukan dengan metode transfer teknologi, pelatihan, praktek demplot atau percontohan serta pendampingan.Kegiatan ini menghasilkan produk sriping gethuk dengan standar sesuai dengan SOP yang sudah ditetapkan dan memiliki karakter cita rasa, warna dan tekstur yang diharapkan serta memiliki kemasan yang menarik dengan label dan kemasan yang layak jual. Produk sriping gethuk telah diproses pengajuan PIRTnya. Lebih lanjut penjualan produk lokal unggulan KWT Ciptoroso dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan anggotany

    Formulasi Flake Mohiro dari Mocaf-Beras Hitam dengan Penambahan Kacang Koro Pedang sebagai Alternatif Sarapan Tinggi Protein dan Serat

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan formula terbaik dan menganalisis alternatif sarapan yang tinggi protein dan serat dalam bentuk flakes dari bahan lokal yang terdiri dari mocaf, beras hitam, kacang koro pedang. Perlakuan terdiri atas proporsi mocaf:beras hitam:tapioka masing-masing sebesar 85:10:5; 75:20:5; dan 65:30:5; dan persentase penambahan tepung kacang koro pedang sebanyak 10–30%.Variabel yang dikaji adalah kadar air, kadar abu, lemak total, protein total, kadar karbohidrat, serat pangan,dan nilai energi. Sifat sensori berupa warna, tekstur, aroma kacang dan flavor juga dianalisis. Perlakuan terbaik terdapat pada proporsi mocaf:beras hitam:tapioka dengan rasio 65:30:5 dan dengan penambahan tepung kacang koro pedang sebanyak 10%. Kandungan air, kadar abu, protein total, lemak total, karbohidrat, serta serat pangan yang dihasilkan dari perlakuan terbaik ini masing-masing sebesar 9,43; 1,43; 5,21; 4,48; 79,44; dan 15,46%. Hasil uji hedonik diperoleh nilai berkisar dari 3,6 sampai 3,8. Kesimpulannya, formulasi flakes Mohiro dari mocaf-beras hitam dengan penambahan kacang koro pedang dapat ditentukan formulasinya dengan baik dan dapat digunakan sebagai alternatif sarapan tinggi protein dan serat pangan.Formula of Mohiro Flakes Made of Mocaf-Black Rice Supplementated with Jack Bean as Alternative Breakfast High Protein and Dietary FiberAbstractThis research was objected to determine the best formula and characterize flakes made of mocaf, black rice, and tapioca suplemented with jack bean flour. The treatments consisted of ratio of mocaf:black rice:tapioca i.e. 85:10:5; 75:20:5; and 65:30:5 and 10-30% of jack bean flour then was added in the dough. Water content, ash content, total fat, total protein,carbohydrate, and dietary fiber were analyzed. Color, texture aroma, and flavor were also analyzed as sensory properties. The best treatment in this study was the flakes with proportion of 65:30:5 with 10% supplementation of jack bean flour. Water, ash, protein, fat, carbohydrate, and dietary fiber content of the best treatment were 9.43; 1.43; 5.21; 4.48; 79.44; and 15.46 %, respectively. The hedonic test value resulted the value between 3.6–3.8. As conclusion, formulation of Mohiro flakes made of mocaf-black rice with jack bean supplementation could be determined and might be used as alternative source of high protein and dietary fiber breakfast

    Comparison of The Effect of Genetic and Intake on Stunting Incidence in Toddlers

    Full text link
    The prevalence of stunting in children under five is influenced by genetic factors and nutritional status originating from direct nutritional intake. This study aims to determine the contribution of genetic factors and food intake to the occurrence of stunting in toddlers in the Rajapolah Community Health Center area. This research used an observational methodology with a case-control design involving a total of 66 toddler participants. Among them, 33 people were identified as having stunting (with height-for-age Z-score < -2 SD), while 33 people had normal nutritional status (height-for-age Z-score => -2 SD). The participants were selected using purposive sampling. Data analysis includes applying the unpaired T test for normally distributed data, as well as the Mann-Whitney test for non-normally distributed data. The results of this investigation highlight significant differences in genetic aspects of height (both father and mother) between the stunted and non-stunting toddler groups (with p values of 0,029 and 0.046, respectively). In addition, nutritional intake, including energy (p-value<0,001), protein (p-value<0,001), fat (p-value=0,01), and carbohydrates (p<0,001), was between the two groups. Based on these findings, it can be concluded that genetic factors (in the form of parental height) and nutritional intake (including energy, protein, fat and carbohydrates) have a significant influence on the occurrence of stunting in toddlers. Therefore, this research is a basis for designing interventions aimed at mitigating the problem of stunting within the operational scope of the Rajapolah Community Health Center

    IDENTIFIKASI KADAR ANTIOKSIDAN YANG TERDAPAT DALAM MINUMAN BANANA ISOTONIC DRINK BERBASIS EKSTRAK TEPUNG PISANG KEPOK (MUSA PARADISIACA FORMAL TYPICAL)

    Full text link
    Background : Nowadays isotonic or sport drink is commonly found in the market particularly due to its advantage in instant rehydration recovery. During intense physical activity or exercise, instant rehydration fluid recovery is needed to prevent dehydration. This becomes a background of the isotonic drink production based on banana flour extraction. Other major ingredients in this isotonic drink contains antioxidants such as vitamin C and phenolic compounds, which are intended to give instant recovery after having physical activities or exercise. Objective : The aim of the research is to identify vitamin C and total phenolic content in fresh banana, banana flour and Banana Isotonic Drink (BID) based on banana flour extraction (Musa paradisiaca formal typical). Method : Analysis of content vitamin C was determined using 2,6 dichlorophenol indophenol and the total phenolic contents were determined using Follin-cioceltau colorimetric method. The result was presented in tables and analyzed descriptively. Result : The content of vitamin C in the sample of fresh banana, banana flour, and BID were 0.4831

    PENGARUH MODIFIKASI STANDAR MAKANAN NON DIET TERHADAP BIAYA MAKAN YANG TERBUANG PADA PASIEN GERIATRI KELAS III DI RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

    Get PDF
    THE EFFECT OF NON-DIET FOOD STANDARDS MODIFICATION ON WASTED FOOD COSTS IN CLASS III GERIATRIC PATIENTS AT RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN ABSTRACT Background:  Decreasing food intake in geriatric patients due to physical and psychological conditions has an impact on the high percentage of food plate waste and wasted food costs. This study aims to determine the effect of non-diet food standards modification on the cost of food wasted on class III geriatric patients at RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Methods: This experimental study used a post test only with control group design. The sample consisted of 34 people divided into 2 groups, the treatment group that received food standard modification and the control group that received food according to hospital standards. The food plate waste of each group was observed for 2 days using the Comstock visual estimation method. Wasted food costs were calculated by multiplying the percentage of food plate waste per menu item with food prices. The effect of non-diet food standards modification on wasted food costs was analyzed using the Mann Whitney test with a confidence degree of 95% (α = 0.05) Results: The average wasted food cost in the treatment group was Rp 2.806,34 and the control group was Rp 3.443,43. The results of the analysis of the effect of non-diet food standards modification on wasted food cost by the Mann Whitney test showed a p-value of 0.109 (> 0.05) Conclusion: There is no significant effect of non-diet food standards modification on wasted food costs in class III geriatric patients at RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

    Intervention of Development Stimulation and Nutrition Education of Complementary Feeding on The Growth and Development of Stunting Under-Free Children

    Full text link
    The incidence of stunting under five is also related to the low level of knowledge in providing food intake that can meet children's needs. Appropriate intervention is expected to be able to deal with stunting incidents which can be irreversible at a later stage This study aimed to determine the effect of developmental stimulation interventions and providing MP-ASI nutrition education on stunted children under five. The design of this study was experimental with pre and post design. This study used educational media MP-ASI modules and stimulation, detection, early intervention of child growth and development (SDIDTK) by first conducting developmental screening using a developmental pre-screening questionnaire (KPSP). The intervention is carried out for 1 month. The subjects in this study were 44 stunted toddlers in Condong Village using a purposive sampling method. For data that were not normally distributed, the Wilcoxon test was used to determine the significance of the effect of the intervention, and for normally distributed data, a paired t-test was used. There were significant differences in the variables of weight, height, nutritional status, height/age, and energy intake of stunting toddlers before and after the intervention (p-value<0,05). However, there were no significant differences in the variables of protein, fat intake and child development (p-value>0,05). It is necessary to carry out further research related to the duration of providing child development stimulus to stunting toddlers, so that the results of changes in child development can occur significantly
    corecore