Restorasi fiber-reinforced composite bridge pada gigi posterior rahang atas pasca perawatan saluran akar satu kali kunjungan

Kesehatan rongga mulut dapat mempengaruhi kualitas hidup individu, seperti karies dan kehilangan gigi. Hal tersebut dapat mempengaruhi fungsi mengunyah dan berbicara, penampilan, hubungan interpersonal, bahkan peluang karierseseorang. Oleh sebab itu, penting untuk dilakukan perawatan pada gigi karies dan penggantian gigi yang hilang. Ada beberapa pilihan perawatan yang dapat dilakukan untuk mengganti gigi yang hilang, salah satu teknik terbaru yaitu fiber reinforced composite bridge. Fiber reinforced composite bridge memungkinkan untuk dibuat sendiri oleh operator, memiliki estetik yang baik, dan dapat mengganti gigi posterior tanpa penggunaan bahan metal. Pasien laki-laki berusia 38 tahun datang ke Klinik Konservasi Gigi RSGMP Unpad dengan keluhan sering terjadinya sangkutan makanan pada gigi kanan atas. Gigi tersebut terasa sakit berdenyut satu tahun yang lalu, namun saat ini sudah tidak pernah terasa sakit. Gigi tersebut bersebelahan dengan gigi yang hilang sehingga pasien sulit mengunyah pada sisi kanan dan sering mengunyah satu sisi. Gambaran radiografis mahkota terlihat adanya gambaran radiolusen mendekati pulpa. Saluran akar dua dan lurus lurus, laminadura utuh, tidak terdapat pelebaran membran periodontal,dan tidak terdapat kelainan di periapikal. Tujuan laporan kasus ini adalah untuk melakukan perawatan saluran akar satu kali kunjungan pada gigi 14, melakukan follow up dengan pasak fiber dan fiber reinforced composite bridge sebagai restorasi akhir gigi 14, penggantian gigi 15 yang hilang dan restorasi gigi 16 dengan karies. Simpulan dari laporan kasus, Fiber reinforced composite bridge dapat menjadi alternatif perawatan bagi gigi pasca perawatan endodontik dengan daerah edentulous di sebelahnya

Mixture of Indonesian White Portland Cements, Bi2O3, and Light Cured Methacrylate-based resin as a potential candidate for pulp capping material

ABSTRACT  Introduction: The bioactivity property of pulp capping materials is determined by the hydroxyl ion release ability, which may alter the environmental pH to become alkaline. Calcium silicate-based materials are antibacterial, able to induce reparative dentin and have a good bacteria-tight seal. The poor handling of calcium silicate-based materials can be overcome by adding resin, so the materials will be easier to handle. Therefore, the purpose of this study was to synthesize a mixture of Indonesian White Portland  Cements, Bi2O3, Light Cured Methacrylate-based Resin and analyze its hydroxyl ion release ability. Methods: The study wasquasi experimental. Sample in this research is the Indonesian White Portland Cements. The Indonesian White Portland Cements, Bi2O3 mixture was prepared using the simple solution method and mixed with Light Cured Methacrylate-based Resin. Population was WPC, Bi2O3 and light cured methacrylate-based resin. The sample’s ability to release hydroxyl ions was measured using a calibrated pH meter and titration test 60, 120, 180 and 320 minutes. Analyzed Results: This study showed that the mixture of Indonesian White Portland Cements, Bi2O3, Light Cured Methacrylate-based  Resin had an initial pH of 11.04 and increased to its peak on 168 hours mark, or on day seven, to pH 11,77 with hydroxyl ion release value of 10-2.23 Conclusions: The mixture of Indonesian White Portland Cements, Bi2O3, Light Cured Methacrylate-based Resin has an alkaline pH, is able to release hydroxyl ion and has a potential candidate for pulp capping material. Keywords : Indonesia white portland cements, Bi2O3, light cured methacrylate-based resin, hydroxyl ion release abilit