2 research outputs found

    MAKNA HAKIKI “AJA DUMEH”

    No full text
    Ungkapan Jawa warisan leluhur seperti Aja Dumeh mengandung nasehat bijak yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar untuk Pendidikan Karakter Bangsa. Tulisan ini disajikan guna memberikan gambaran tentang bagaimana cara menggali hakekat makna dari sebuah ungkapan Jawa, yaitu dengan dasar pemikiran filsafat dan sosiologi interpretasi. Setelah dilakukan pembahasan dengan pertimbangan nalar yang mapan akhirnya dapat disimpulkan bahwa Makna Hakiki Aja Dumeh adalah Prasaja atau Bersahaja. Kata-kata kunci: aja dumeh, karakter, dan prasaja

    Menjembatani Bahasa dan Budaya: Memanfaatkan 'Manjing Ajur Ajer' Sebagai Alat Pembelajaran Bahasa di Sekolah Menengah Atas Indonesia

    No full text
    This paper examines the representation of the proverbmanjing ajur ajer as used in a number of articles using the proverbmanjing ajur ajer. The aim is to explore the relevance of the values in the proverbs as a means of achieving educational goals. Using a qualitative approach themanjing ajur ajer proverbs selected from written and oral sources were studied. Although used in different contexts the use of these proverbs can largely be interpreted as character education values in positive attitude and behavior. It is also argued thatmanjing ajur ajer proverbs are represented positively, such representation is seen as a virtue. This research contributes practically to the achievement of students' affective competence.Penggunaan kearifan lokal dalam pendidikan bahasa di tingkat sekolah menengah atas (SMA) masih terbatas, meskipun memiliki potensi besar untuk memperkaya pembelajaran bahasa dan memperkuat identitas budaya siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi potensi penggunaan peribahasa Jawa "Manjing Ajur Ajer" sebagai alat pendidikan bahasa di SMA. Pendekatan kualitatif deskriptif digunakan dalam penelitian ini, melalui wawancara dan kuesioner kepada siswa dan guru bahasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman siswa tentang peribahasa ini bervariasi, dengan sebagian besar siswa mengaitkannya dengan konsep kerja keras dan kejujuran, sementara sebagian lainnya mengalami kesulitan dalam meresapi makna yang lebih mendalam. Temuan ini menegaskan perlunya pendekatan pembelajaran bahasa yang lebih holistik dan berbasis budaya di SMA. Implikasi dari penelitian ini menekankan pentingnya pengembangan kurikulum yang inklusif, pelatihan yang memadai bagi guru, serta penelitian lanjutan untuk memperdalam pemahaman tentang potensi penggunaan kearifan lokal dalam pendidikan bahasa. Dengan mengimplementasikan rekomendasi ini, pendidikan bahasa di SMA dapat menjadi lebih relevan, inklusif, dan berdaya saing dalam konteks global yang terus berkembang
    corecore