4 research outputs found

    SEBARAN JENIS SAMPAH LAUT DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEPADATAN POPULASI DAN KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTOS PADA KAWASAN EKOWISATA MANGROVE DI PESISIR KELURAHAN OESAPA BARAT, KOTA KUPANG

    Get PDF
    Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran jenis sampah laut dan dampaknya terhadap kepadatan populasi dan keanekaragaman makrozoobentos pada kawasan ekowisata mangrove di Kelurahan Oesapa Barat, Kota Kupang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik observasi dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menemukan 9 jenis sampah laut tersebar di yang pada kawasan ekowisata mangrove, diantaranya sampah plastik, plastik berbusa, kain, gelas dan keramik, logam, kertas dan karton, karet, kayu serta jenis sampah lain-lain dengan nilai rata-rata komposisi jenis dan total kepadatan tertinggi terdapat sampah plastik yaitu dengan nilai rata-rata komposisi sebesar 92,32% dan nilai total kepadatan sebesar 9,622 item/m2. Makrozoobentos yang ditemukan sebanyak 13 jenis makrozoobentos yaitu jenis Nerita lineata, Centhium lutusum, Chicoreus capucinus, Cassidula nucleus, Clypeomorus batillariaeformis, Clypomerus pelucida, Cerithidae cingulate, Cerithium Cordium, Crassostrea cucullata, Anadara granossa, Coenobita brevimanus, Macrophtalimus hoscii dan jenis Metapenaus ensis dengan nilai kepadatan populasi berkisar antara 24-34 ind/m² atau berada pada kategori rendah dan nilai keanekaragamannya berkisar antara 1.457-2.207 yang menggambarkan kondisi struktur komunitas dan lingkungan perairan atau habitat makrozoobentos  pada lokasi penelitian ini dalam keadaan sudah mulai tertekan atau terkena dampak oleh faktor-faktor tertentu yang salah satunya adalah sampah laut. Kata Kunci: Sampah Laut, Makrozoobentos, Habitat, Pesisir, Plastik

    UKURAN LAYAK TANGKAP KEPITING BAKAU (Scylla spp.) HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI DESA TANAH MERAH, KECAMATAN KUPANG TENGAH, KABUPATEN KUPANG, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

    Get PDF
    Abstrak - Penelitian mengenai morfometrik pada kepiting bakau dilaksanakan dengan  tujuan untuk mengetahui ukuran layak tangkap dari pada kepiting bakau yang ditangkap oleh nelayan. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tanah Merah, Kabupaten Kupang sebanyak 13 kali pengambilan sampel. Sampel yang terkumpul akan diukur secara mofometrik pada bagian tubuhnya meliputi 10 bagian, diantaranya; panjang karapas, lebar karapas, tinggi karapas, frontal margin, panjang profundus chela sebelah kanan, panjang chella sebelah kanan, tinggi chela sebelah kanan, panjang profundus chela sebelah kiri, panjang chela sebelah kiri, tinggi chela sebelah kiri dan pengukuran bobot tubuh. Hasil pengukuran menunjukan bahwa panjang terbanyak pada selang kelas 53,91 - 61,30 mm sebanyak 32,7 % ,  ukuran lebar terbanyak pada selang kelas 79,55 - 93,40 mm sebanyak 46,7 %  dan ukuran berat  terbanyak pada selang kelas 87,84 – 148,51 gram sebanyak 35,5 %, sehingga dapat disimpulkan bahwa kepiting bakau yang ditangkap oleh nelayan adalah dibawah ukuran layak tangkap. Kata Kunci : Morfometrik, Ukuran layak tangkap, Desa Tanah Merah   Abstract - Research on morphometrics in mangrove crabs was carried out with the aim of knowing the size of the catch of mangrove crabs caught by fishermen.  This research was conducted in Tanah Merah Village, Kupang Regency as many as 13 times sampling.  The collected samples will be measured mofometrically on the body parts covering 10 parts, in cluding, carapace length, carapace width, carapace height.  frontal margin, right chela deep length, right chela length, right chelal height, left chela deep length, left chela length, left chelal heigh tand body weight measurement.  The measurement results show that  the high est length is in the class range of 53.91 - 61.30 mm as much as 32.7%, the highest width is in the class range of 79.55 - 93.40 mm as much as 46.7% and the highest weight size is in the class 87 range of 84-148.51 grams as much as 35.5%, so it can be concluded that the mangrove crabs caught by fishermen are below the size suitable for catching.  Key words : Morphometric, Catch size, Tanah Merah Villag

    KAJIAN JENIS, KEPADATAN DAN KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTOS DI OESAPA BARAT KOTA KUPANG

    Get PDF
    Abstrak - Makrozoobentos yang mendiami suatu wilayah perairan menjadi indikator penentu kualitas perairan hal ini dikarenakan hidup makrozoobentos sangat peka terhadap kerusakan yang terjadi disekitarnya. Kerusakan ini muncul dikarenakan aktivitas ekowisata di wilayah pesisir yang menghasilkam sampah yang mengakibatkan terjadinya degradasi dari ekosistem mangrove seperti. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keanekaragaman dan kepadatan makrozoobentos di sekitar daerah kawasan ekowisata mangrove yang terdapat pada Kelurahan Oesapa Barat, Kota Kupang. Sampel diambil pada lima transek dan lima plot pengamatan sehingga totalnya ada 25 plot dengan ukuran plot 1x1 m2. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Analisis data digunakan untuk mengukur dan mendapatkan hasil dari keanekaragaman makrozoobentos menggunakan formula Indeks keanekaragaman Shanon-Winner dan perhitungan kepadatan populasi makrozoobentos dihitung dengan menghitung jumlah kepadatan individu yang dilakukan per satuan luas area pengambilan sampel. Hasil penelitian ditemukan Nerita lineata memiliki nilai rata-rata komposisi terbesar 23,70%, diikuti jenis Clypomerus pelucida sebesar 17,13%, jenis Centhium lutusum sebesar 11,32%, jenis Chicoreus capucinus sebesar 11,34%, dan sisanya diisi oleh  9 jenis makrozoobentos lainnya. Rata-rata nilai komposisi jenis makrozoobentos memiliki nilai komposisi tertinggi dan mendominasi wilayah kawasan ekowisata mangrove adalah jenis Nerita lineate dan yang terendah adalah Cerithidae cingulated. Kata Kunci: Makrozoobentos, Jenis, Keanekaragaman, Kepadatan   Abstract - Macrozoobenthos that inhabit an area is an indicator of determining the quality of these waters because the life of macrozoobenthos is very sensitive to damage that occurs around it. This damage occurs due to the impact of ecotourism activities in coastal areas such as garbage can lead to degradation of mangrove ecosystems such as the growth rate and survival of mangroves and the associated macrozoobenthos biota in it. The purpose of this study was to determine the diversity and density of macrozoobenthos around the mangrove ecotourism area of west Oesapa Village, Kupang City. Samples were taken on five transects and five observation plots so that in total there were 25 plots with a plot size of 1 x 1 m2. The methods used are qualitative and quantitative. Analysis of the data to measure the diversity of macrozoobenthos used the Shanon-Winner diversity index formula and the calculation of the population density of macrozoobenthos was calculated by calculating the number of individual densities per unit area of collection. The results of the study found that Nerita lineata had the largest average composition value of 23.70%, followed by Clypomerus pellucida at 17.13%, Centhium lutusum at 11.32%, Chicoreus capucinus at 11.34%, and the rest was filled by 9 other types of macrozoobenthos. The average composition value of macrozoobenthos species has the highest composition value and dominates the area of mangrove ecotourism area is Nerita lineate and the lowest is Cerithidae cingulated. Keywords: Macrozoobenthos, Species, Index of Diversity, Densit

    KARAKTERISTIK KIMIA DAN ORGANOLEPTIK RUMPUT LAUT KERING (Eucheuma cottonii)

    Get PDF
    Abstrak - Rumput laut di Indonesia merupakan salah satu sumberdaya perikanan di Indonesia yang dapat dijadikan salah satu sumber andalan ekonomi perikanan nasional. Salah satu jenis rumput laut yang banyak diproduksi di Indonesia adalah jenis Eucheuma cottonii. Mutu atau karakteristik suatu produk sangat penting, hal ini karena dengan adanya mutu produk suatu makanan maka produk tersebut akan aman dan konsumen akan lebih banyak memilih produk tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakterisitik organoleptik rumput laut kering (Eucheuma cottonii). Lokasi penelitian dilaksanakan di laboratorium LPPMHP Kupang. Uji organoleptik yang dilakukan adalah uji deskripsi (uji scoring), dimana panelis diminta untuk menilai produk dengan menggunakan skor 1-9 untuk masing-masing atribut sensori. Hasil dari pengujian organoleptik adalah 7,02-7,24. Hasil akhir dari uji organoleptik dipengaruhi oleh penilaian panelis terhadap rumput laut yang dinilai. Panelis dalam uji organoleptik terdiri atas panelis terlatih dan panelis tidak terlatih. Rumput laut (Eucheuma cottonii) kering memiliki warna kemerahan dan tekstur yang kaku. Warna kemerahan terjadi karena saat penjemuran, klorofil yang terkandung dalam rumput laut tergredasi karena terkena cahaya matahari sehingga warna hijau atau cokelat pada rumput laut berubah menjadi kemerahan. Berdasarkan hasil uji organoleptik (uji scoring) rumput laut kering (Eucheuma cottonii) masih memenuhi standar. Kata kunci: Rumput laut, Eucheuma cottonii, Karakterisitik, Penjemuran   Abtract - Seaweed in Indonesia is one of the fisheries resources in Indonesia which can be used as a mainstay source of the national fisheries economy. One type of seaweed that is widely produced in Indonesia is Eucheuma cottonii. The quality or characteristics of a product is very important, this is because with the quality of a food product, the product will be safe and consumers will choose the product more. The purpose of this study was to determine the organoleptic characteristics of dried seaweed (Eucheuma cottonii). The research location was carried out in the Kupang LPPMHP laboratory. The organoleptic test carried out was a description test (scoring test), where the panelists were asked to rate the product using a score of 1-9 for each sensory attribute. The results of organoleptic testing were 7.02-7.24. The final result of the organoleptic test is influenced by the panelist's assessment of the seaweed being assessed. The panelists in the organoleptic test consisted of trained panelists and untrained panelists. Dried seaweed (Eucheuma cottonii) has a reddish color and a stiff texture. The reddish color occurs because when drying, the chlorophyll contained in seaweed degrades due to exposure to sunlight so that the green or brown color of the seaweed turns reddish. Based on the results of the organoleptic test (scoring test), dried seaweed (Eucheuma cottonii) still meets the standard. Keywords: Seaweed, Eucheuma cottonii, Characteristics, Dryin
    corecore