4 research outputs found
Perancangan Aplikasi ARmaps Berdasarkan Real Environment dan Real World Camera View untuk Visualisasi Penunjuk Arah
Aplikasi penunjuk arah yang ada saat ini telah memiliki kemampuan untuk melacak suatu lokasi dalam tampilan peta 2D dan 3D. Walaupun aplikasi tersebut menjadi pilihan pengguna smartphone dalam pelacakan lokasi, perkembangan perangkat komunikasi seluler memungkinkan penunjuk arah dan pelacakan lokasi divisualisasikan (visualization guiding) menggunakan teknologi augmented reality. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan tampilan grafis suatu antarmuka dalam memvisualisasikan arah penunjuk lokasi yang diinginkan pengguna secara real-time view. Penelitian ini memberikan rancangan antarmuka aplikasi ARmaps untuk pelacakan lokasi dan penunjuk arah yang menggabungkan real environment dan objek virtual dalam real world camera view interface memanfaatkan fitur GPS smartphone. Hasil dari pengujian fungsionalitas menunjukkan bahwa aplikasi yang dirancang telah berhasil mendeteksi koordinat lokasi awal yang akan diterapkan untuk memvisualisasikan arah penunjuk lokasi secara real-time view
Gps-based Tracking in Armaps: the Effect of Degree Slant Smartphone to Display Augmented Reality Objects
This paper discusses the functionality testing of the augmented reality (AR) application, namely ARmaps. ARmaps is an AR application for directions that uses GPS-based tracking technology (GPS-based tracking). GPS-based tracking is one of the basic techniques in AR, which does not require special media to scan visual objects (marker-less) GPS-based tracking is used to display data digitally. Digital data displayed in the form of user location and directions. Based on the test results, it was found that there was an effect of the degree slant smartphone on the delay time in displaying 3D AR graphic objects. The test is done statically by adjusting the degree slant, namely acute, right-angle, and obtuse. Each test was carried out 30 times. Smartphones that support ARmaps performance should have an accelerometer, proximity, gyroscope, compass, A-GPS with Glonass and BDS sensors, as well as a camera. Smartphones that are placed with a large degree slant of 90o (obtuse angle) have a Faster delay time in displaying 3D AR graphic objects, which is 12.7 seconds. This research becomes the basis for developing ARmaps as a guiding application (visualization guiding)
Analisis Pola Penggunaan Ruang dan Waktu Orangutan (Pongo Pygmaeus Pygmaeus Linneaus, 1760) di Hutan Mentoko Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur
Peningkatan kerusakan hutan menyebabkan semakin sempitnya habitat orangutan dan diantara upaya konservasi yang dapat dilakukan adalah pengelolaan habitat yang tersisa berdasarkan aspek ekologi orangutan dan kuantitatifnya. Penelitian ini dilakukan di Mentoko, Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur, meliputi penelitian perilaku orangutan dan analisis vegetasi habitat orangutan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan spasial dan pola penggunaan waktu serta ritme orangutan dalam habitat alami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa presentase aktivitas harian orangutan di Mentoko lebih banyak berada pada ketinggian 20-30 meter dari tanah dan rata-rata 44,4% dari seluruh kegiatan mereka dihabiskan untuk aktivitas makan, 39,2% untuk istirahat, 11% aktivitas bergerak, dan 5,4% untuk aktivitas lainnya. Pada kondisi yang ideal tanpa gangguan, penggunaan habitat terkait ketinggian orangutan dalam beraktivitas cenderung bervariasi dari posisi rendah sampai tinggi sesuai posisi sumber pakan. Sebaliknya apabila kondisi tidak aman maka akan beraktivitas pada tempat yang lebih tinggi. Pilihan ketinggian posisi untuk membuat sarang, selama pengamatan ketinggian rata-rata dalam membuat sarang lebih dari 20 meter dimana sebenarnya pada kondisi tanpa pengamatan, orangutan seringkali membuat sarang pada ketinggian 8-10 meter dari permukaan tanah dalam penggunaan ruang, orangutan melakukan regenerasi antara 0,65-1,11 km adalah habitat yang terdiri dari 51 jenis pohon dengan indeks keanekaragaman jenis 3,75 yang terdiri atas 25 famili, 36 spesies pada tingkat pertumbuhan tiang dari 19 famili dan 39 spesies pada tingkat pertumbuhan anakan dari 22 famili
Bleaching and necrosis of staghorn coral (Acropora formosa) in laboratory assays: Immediate impact of LDPE microplastics
International audienceThe impact of low-density polyethylene (LDPE) microplastics (<100 mm; P100-A P100-B, P100-C, 100 e200 mm; P200, 200e500 mm; P500) on Acropora formosa was investigated. This study investigated the bleaching and necrosis extent of A. formosa caused by LDPE contamination via laboratory assay. The staghorn coral ingested the microplastics, resulting in bleaching and necrosis that concomitantly occurred with the release of zooxanthellae. P100-A experimentation was the worst case, showing bleaching by day 2 (10.8 ± 2.2%) and continued bleaching to 93.6% ± 2.0 by day 14 followed by 5.9 ± 2.5% necrosis. The overall results confirmed that the LDPE concentration impacts coral health. We highlighted that microplastics have been ingested and partially egested. Their presence showed either a direct or indirect impact on coral polyps via direct interaction or through photosynthesis perturbation due to microplastics that cover the coral surface