8 research outputs found
Redefining Islamic Moderation: Trends of Islamic Labelling in Food and Song
Muslims are threatened by themselves for blaming each other and claiming as the right ones that follow the path of Rasulullah. This condition is worsened by the spread of caption containing hate speech to oppress other Islamic organizations and the campaign of Islamic labeling in products. The recent labeling trend in food and song has attracted Indonesian netizens in social media as expressed in two popular hashtags #LaguAnakHaram and #KleponTidakIslami. Therefore, this paper aims to answer the following questions (1) What is the effect of Islamic labeling? (2) How to deal with Islamic labeling? (3) How to practice Islamic moderation values in contemporary Indonesia? Thus, to answer the questions, this paper analyzed Islamic labeling in some products within social media. This research adhered to the qualitative method and collects data by observing the Muslim’s response to Islamic labeling. This research showed that Islamic labeling affects the spread of conjecture information about Islamic views. Besides, it will triger everyone among Islamic society or organization to blame each other. Meanwhile, to face this challenge, it is necessary to educate the Muslims especially in Indonesia about Islamic moderation by maintaining Indonesian culture. It is noteworthy that Islamic moderation has been practiced in Indonesia since the era of Walisongo—the preacher who taught Islam in Indonesia—and the teachings need to be adjusted within the disruption era. In addition, moderation is also stated in the Quran and Hadith as tawâsuṠconcept
ANALISIS AKSIOLOGI TERHADAP GUSJIGANG SEBAGAI FALSAFAH HIDUP MASYARAKAT KUDUS
Dakwah Sunan Kudus kepada masyarakat dengan konsep Gusjigang memberikan hasil yang signifikan dalam perkembangan kota Kudus pada masa setelahnya. Konsep Gusjigang telah menjadi falsafah hidup masyarakat sehingga kegiatan mereka terinspirasi dari ajaran tersebut. Bagus, ngaji, dan dagang merupakan sejarah diakronis yang keberadaannya masih terasa sampai sekarang. Akan tetapi, masyarakat melihat hal tersebut sebagai sesuatu yang biasa saja sehingga tidak terlalu menjiwai konsep gusjigang dalam kehidupan pribadinya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat lebih dalam tentang konsep Gusjigang dengan menganalisisnya secara aksiologis. Hal ini bertujuan untuk memahamkan kembali masyarakat nilai-nilai yang terkandung di dalam Gusjigang. Melalui permasalahan tersebut, kajian ini akan menjawab pertanyaan (1) Apa saja nilai-nilai aksiologis yang terkandung dalam Gusjigang? (2) Bagaimana penerapan nilai-nilai aksiologi Gusjigang dalam kehidupan sehari-hari masyarakat kota Kudus? Dengan pertanyaan tersebut, Metode penelitian ini dilakukan dengan menginterpretasi nilai-nilai yang terkandung dalam Gusjigang serta melihatnya secara holistik, baik secara tekstual maupun kontekstual dalam masyarakat. Penelitian ini menunjukkan bahwa Gusjigang memiliki nilai-nilai etika dan estetika seperti menjaga akhlak, bersikap adil, dan memperindah diri. Nilai-nilai tersebut juga tampak dalam keseharian masyarakat kota Kudus yang terkenal dengan toleransi, pendidikan pesantren, dan industri kretek di dalamnya.
INTEGRASI INTERKONEKSI PERMAINAN CONGKAK DENGAN QURAN SEBAGAI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK DALAM MENGHADAPI REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Entering the era of industrial revolution 4.0, technology is growing rapidly and has a significant influence on life in Indonesia, especially for children. Accessing the internet to do homework from the school is sometimes misused by them due to a lack of guidance in accessing them, such as accessing immoral videos. According to Susanto, Chair of the Indonesian Child Protection Commission (KPAI), in 2018 counted until September there were 525 cases of pornography and cybercrime in children. One of the efforts that can be done in overcoming it is through character education that is inspired by surah Al-Isra (17): 32 and Al-Tahrim (66): 6 which instructs to guard themselves and their families from bad deeds, especially zina. The form of Quran character education will be taught using a traditional game in the form of dakon or congkak. The research method in this paper uses direct observation in several schools in the Yogyakarta area. This study uses qualitative data with primary and secondary sources. The technique of collecting data uses literature review, documentation, and interviews with elementary school (SD) level students. The purpose of this research is to improve the quality of children in education and advance the nation's next-generation in various ways. With the game dakon or congkak, later it will be explained about babakan hawa sanga or closing nine holes in the body. The game will be integrated with the Quranic values by explaining the verses of the Quran that are following the game
The Influence of Hellenistic and Flourishing of Islamic Philosophy in the Modern Age
This study aims to look at how Islam—besides the Orthodox—can accept Greek traditions that are not derived from Islamic sources. Since the Prophet Muhammad's time, Muslims tend to reject sources that come from Jews and Christians who are considered to have reduced the facts. Noteworthy, Civilization's progress in the Islamic world is inseparable from Greek traditions such as philosophy, medicine, and others that originated from Hellenism. The entry of this tradition gave enthusiasm to Muslim scholars to translate Greek works into Arabic. The Greek tradition, especially philosophy, gave distinguished names such as Ibn Sina and al-Farabi. However, after entering the early 15th Century, the study of philosophy stagnated until the 19th century. The Islamic world's scientific condition is far below the progress of the Western nations, both in technology, economics, and education. Modern Century Muslim thinkers realized that they had fallen behind the West and had to pursue it by reforming Islam. Islamic reformers emerged from various Islamic worlds such as Egypt, India, Turkey, and Southeast Asia countries
Analisis Problematik Etika dalam Filsafat Islam
 Penelitian ini bertujuan untuk menjawab problematik dalam filsafat Islam terkait pembahasan etika dalam Islam. Selain itu, juga akan dibahas mengenai pemahaman etika dan moral yang sering dipahami sebagai hal yang sama dalam masyarakat. Pembahasan etika dalam filsafat Islam tidak banyak dibahas oleh para filosof muslim karena mereka lebih banyak memfokuskan pada masalah metafisika. Filosof Muslim kontemporer dan kalangan Orientalis, seperti Fazlur Rahman dan Albert Hourani menanggapi bahwa filosof muslim tidak menghasilkan karya etika dengan beranggapan bahwa Islam sudah memiliki etika sendiri yang terdapat dalam al-Qur`an. Pembahasan etika dalam penelitian ini akan menampilkan etika Islam dari dua sudut pandang yang berbeda, yaitu bersumber dari ajaran Islam dan filsafat. Adapun tokoh filosof muslim yang akan dibahas di antaranya, al Ghazali dan Ibn Miskawayh. Metode penelitian ini bersifat kualitatif analitik dan teknik pengumpulan data menggunakan kajian kepustakaan (library research). Penelitian ini penting dibahas untuk menjawab permasalahan etika dalam filsafat Islam yang dianggap gagal dalam membangun konsepnya.
ETIKA PERSPEKTIF NASIR AL-DIN AL-TUSI DALAM KARYA THE NASIREAN ETHICS
Pembahasan etika dalam filsafat Islam menurut Fazlur Rahman tidak dikaji secara mendalam seperti metafisika dan epistemologi, sehingga filosof Muslim dianggap tidak menghasilkan karya etika. Akan tetapi, ada beberapa filosof Muslim yang memberikan perhatian secara khusus dalam kajian etika, salah satunya adalah Nasir al-Din al-Tusi. Melalui karyanya yang berjudul The Nasirean Ethics, beliau memaparkan pembahasan etika secara komprehensif. Penelitian ini mencoba menjawab beberapa pertanyaan di antaranya; bagaimana pemikiran etika al-Tusi dalam karya The Nasirean Ethics? Bagaimana pengaruh pemikiran Yunani dan Ajaran Islam dalam karya The Nasirean Ethics?
Dalam penelitian ini penulis mencoba untuk mendeskripsikan pemikiran etika al-Tusi yang terdapat dalam karya The Nasirean Ethics. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif-analitis dan merupakan kajian kepustakaan (library research). Penulis akan menganalisis pemikiran etika tersebut melalui dua sudut pandang, yaitu Philosophical Ethics dan Scriptural Morality.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemikiran etika Nasir al-Din al-Tusi banyak terpengaruh etika dari filosof Yunani, terutama Aristoteles dan Plato. Al-Tusi juga mengambil rujukan dari Alquran yang dijadikan sebagai penguat dari etika Yunani. Pemikiran etika al-Tusi juga mempunyai kesesuaian dengan ajaran Islam yang tidak hanya bersumber dari Alquran, tetapi juga dari Hadis dan pendapat para ulama
PERKEMBANGAN MORAL SANTRI DALAM PENDIDIKAN PESANTREN PERSPEKTIF JOHN DEWEY
Pesantren merupakan wadah bagi seorang anak untuk belajar tidak hanya ilmu agama tetapi juga sebagai pembentukan karakter. Tujuan penelitian mengenai perkembangan moral pesantren ini adalah untuk mengetahui bahwa anak yang baru memasuki dunia pesantren masih perlu beradaptasi dengan lingkungan dan moral seseorang belum langsung bertumbuh dengan baik. Dengan kata lain, yakni secara teoritis penelitian ini bertujuan untuk dapat menambah khazanah keilmuan perkembangan pendidikan moral di pesantren yang dilihat dari kacamata teori seorang tokoh filsafat. Sedangkan secara praktis, orang tua atau tenaga pendidik bisa mengetahui bahwa ada yang namanya tahap perkembangan moral. Oleh karena itu tenaga pendidik dan orang tua diharapkan lebih bersabar dalam menumbuhkan perkembangan moral anak. Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode deskriptif analitis dengan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan dari berbagai sumber-sumber terdahulu. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan moral pada seseorang ketika baru menempuh pendidikan di pesantren itu bertahap, karena mereka perlu beradaptasi pada lingkungan sekitarnya. Hal ini sejalan dengan teori perkembangan moral yang dikemukakan oleh John Dewey, yakni pra-moral, konvensional dan otonom