3 research outputs found

    PEMANFAATAN PRODUKSI KAPAS DALAM NEGERI SEBAGAI BAHAN BAKU NITROSELULOSA UNTUK INDUSTRI PROPELAN

    Get PDF
    Indonesia merupakan negara kepulauan dengan kekayaan sumber daya alam. Salah satu hasil sumber daya alam Indonesia adalah tanaman kapas yang buahnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku nitroselulosa. Pengembangan nitroselulosa dengan bahan baku kapas bertujuan untuk memproduksi propelan dalam rangka kemandirian industri pertahanan. Akan tetapi, saat ini penggunaan nitroselulosa beserta kapas sebagai bahan baku untuk pengembangan propelan sangat terbatas dan belum mampu memenuhi industri propelan dalam negeri. Pengadaan nitroselulosa dapat dilakukan menggunakan prinsip kemandirian dengan cara memanfaatkan hasil produksi kapas dalam negeri. Hal tersebut dilakukan berdasarkan salah satu asas dan tujuan Kementerian Pertahanan dalam pembangunan Industri Pertahanan yaitu mewujudkan kemandirian dalam pemenuhan bahan baku industri propelan guna meningkatkan Minimum Essential Force (MEF). Dengan mengandalkan produksi kapas dalam negeri, industri pertahanan dalam negeri telah mampu menghasilkan nitroselulosa sebanyak 20,6% dari total kebutuhan untuk single-base propellant dan 44% dari total kebutuhan untuk double-base propellant (dikombinasikan dengan nitrogliserin)

    Konsep Desain Lambung Kapal Penangkap Ikan 110 M Untuk Mendukung Aktivitas Nelayan Di Laut Natuna

    Get PDF
    Laut Natuna merupakan wilayah laut Indonesia yang termasuk ke dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 711. Wilayah ini pertahunnya dapat menghasilkan sumber daya perikanan tangkap sebesar 504.212,85 Ton per tahun dengan dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (80% dari potensi lestari) mencapai 403.370 Ton (SKPT Natuna, n.d.). Namun alih-alih dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat sebagaimana amanat pasal 33 ayat 3 UUD 1945, wilayah ini justru menjadi sarang penangkapan ikan secara ilegal oleh Kapal Ikan Asing (KIA). Faktor utama maraknya penangkapan ikan secara ilegal di wilayah tersebut adalah keengganan nelayan lokal untuk melakukan penangkapan ikan yang dilatarbelakangi oleh dua hal yakni ekstrimnya kondisi perairan Laut Natuna terutama di akhir dan awal tahun dan kurangnya kemampuan untuk dengan Kapal Ikan Asing yang berukuran lebih besar dengan struktur yang lebih kokoh. Dengan metode Design For Six Sigma (DFSS) diperoleh Konsep Desain Lambung Kapal Penangkap Ikan dengan Panjang Keseluruhan 110 m namun dengan biaya yang relatif rendah
    corecore