8 research outputs found

    Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bei

    Full text link
    Bapepam melalui Surat Keputusan Bapepam No. 06/PM/2000 tanggal 13 Maret2000 tentang Pedoman penyajian Laporan Keuangan mensyaratkan elemen-elemen yangseharusnya diungkapkan dalam laporan keuangan Perusahaan-Perusahaan publik diIndonesia. Penelitian ini bertujuan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapanpengungkapan laporan keuangan Perusahaan. Variabel independen yang digunakan adalah basis Perusahaan, ukuran Perusahaan, profitabilitas, leverage, proporsi kepemilikan sahampublik, reputasi KAP dan likuiditas. Sampel penelitian dengan menggunakan metodepurposive sampling diperoleh sebanyak 81 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BursaEfek Indonesia. Hasil analisa regresi berganda pada α = 5% menujukkan bahwa ukuran Perusahaan dan leverage memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kelengkapanpengungkapan laporan keuangan. Sedangkan variabel yang lain tidak memiliki pengaruhyang signifikan

    Gambaran Waktu Tunggu dan Identifikasi Faktor yang Mempengaruhi Lama Waktu Tunggu Pelayanan Obat Atas Resep Dokter di Puskesmas Kota Denpasar

    Full text link
    Menunggu merupakan suatu aktivitas yang seringkali menimbulkan perasaan yang tidak nyaman dan stress, khususnya dalam pelayanan kesehatan. Pasien yang datang ke sarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas, menginginkan suatu sistem pelayanan kesehatan yang baik dan berkualitas tanpa harus menunggu dalam waktu yang lama. Perlu dilakukan observasi lama waktu tunggu pelayanan obat atas resep dokter serta identifikasi faktor-faktor penyebab lama waktu tunggu di Puskesmas, karena puskesmas merupakan sarana kesehatan tingkat pertama di era JKN. Pendekatan studi kualitatif observasional dilakukan untuk mendapatkan gambaran waktu tunggu pelayanan obat atas resep dokter di puskesmas-puskesmas Kota Denpasar serta identifikasi faktor penyebab lama waktu tunggu pelayanan tersebut. Rata-rata waktu tunggu pelayanan obat atas resep dokter adalah 7 menit untuk resep racikan dan 4 menit untuk resep non-racikan. Sejumlah 424 resep racikan dan non-racikan telah observasi, hanya 32,74% resep non racikan dan 7,96% resep racikan yang memenuhi standar. Faktor-faktor yang mempengaruhi lama waktu tunggu pelayanan resep di Puskesmas Kota Denpasar diantaranya faktor kurangnya asisten apoteker, tidak adanya apoteker yang bertugas, faktor dokter interhensip, faktor manajemen persediaan farmasi, dan faktor instrumen yang digunakan dalam melakukan pelayanan kefarmasian. Waktu tunggu pelayanan resep di puskesmas belum sesuai dengan SOP yang ditetapkan oleh puskesmas tersebut. Permasalahan lama waktu tunggu tersebut disebabkan oleh 3 faktor utama yaitu faktor SDM, metode, dan manajemen

    Pengetahuan, Sikap dan Praktik Swamedikasi pada Mahasiswa Universitas Bali Internasional

    Full text link
    Swamedikasi bila dilakukan secara irasional dapat menimbulkan masalah seperti efek samping obat. Hal tersebut dapat diturunkan dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat, dimana hal tersebut terwakilkan dari pengetahuan mahasiswa. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi  pengetahuan, sikap dan praktik swamedikasi mahasiswa Farmasi dan Non-Farmasi di Universitas Bali Internasional.  Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Instrumen kuisioner yang mengandung 20 pertanyaan digunakan pada penelitian. Data dianalisis menggunakan SPSS (21.0). Chi-square test digunakan untuk membandingkan distribusi proporsi tiap kelompok sampel. Prevalensi swamedikasi antara mahasiswa Farmasi (77,4%) dan Non-Farmasi (40,4%) berbeda signifikan (p=0,000). Pengetahuan dan Praktik swamedikasi mahasiswa Farmasi signifikan lebih tinggi dibandingkan mahasiswa Non-Farmasi. Gejala flu merupakan indikasi obat yang paling banyak digunakan oleh mahasiswa Farmasi dan Non-Farmasi (43,1%). Mahasiswa Non-Farmasi (24,8%) signifikan (p=0,001) lebih tinggi menganggap penggunaan antibiotika aman untuk swamedikasi dibandingkan mahasiswa Farmasi (5,1%). Terdapat perbedaan signifikan lebih tinggi pengetahuan dan praktik swamedikasi pada  mahasiswa Farmasi dan Non-Farmasi
    corecore