3 research outputs found

    Pendekatan Critical Regionalism pada Wisata Edukasi Tambak Garam di Amed, Karangasem: Bahasa Indonesia

    No full text
    The decrease in the area of salt pond farming land in the Province of Bali as a result of greater use of coastal land as a support for the tourism sector resulted in a drop in the amount of salt produced in the Province of Bali. This issue has had an influence, resulting in the emergence of other issues such as decreased use of traditional food technology, decreased incomes and farming professions, and inadequate measures to maintain cultural assets associated with the ancient salt production method. Salt Pond Edutourism began as a reaction to existing challenges through its functions such as production and development, educational functions, and distribution. The exact location was chosen as Amed Hamlet, Purwakerti Village, Kec. Abang, Karangasem Regency since the area has a Geographical Indication certificate showing that salt goods originate from Amed with different salt properties than other salts. Following the stages of literature study, precedent study, observation by obtaining information from books, journals, newspapers, online media searches, and surveying. So that the results are obtained in the form of room and user specifications, as well as activities to be carried out in this area by implementing the concept of The Sustainability of Community Empowerment and applying the Critical Regionalism theme, which helps the surrounding area to have a strong identity, which is expected to influence the position of products in the market to improve the economy local community.      Menurunnya jumlah luas lahan pertanian tambak garam di Provinsi Bali yang diakibatkan oleh meningkatnya pemanfaatan lahan pesisir pantai sebagai pendukung sektor pariwisata, mengakibatkan berkurangnya  jumlah produksi garam di Provinsi Bali. Permasalahan ini berdampak dan mengakibatkan munculnya permasalahan lain seperti berkurangnya penggunaan teknologi pangan tradisional, menurunnya upah dan profesi petani, dan minimnya upaya pelestarian warisan budaya terkait dengan proses produksi garam tradisional. Wisata Edukasi Tambak Garam digagas sebagai bentuk respon dari permasalahan yang ada melalui fungsi-fungsi di dalamnya, seperti fungsi produksi dan pengembangan, fungsi edukasi, dan distribusi. Dusun Amed, Desa Purwakerti, Kec. Abang, Kabupaten Karangasem dipilih sebagai lokasi spesifik karena daerah tersebut memiliki sertifikasi Indikasi Geografis yang mengindikasikan produk garam berasal dari Amed dengan karakteristik garam berbeda dari garam lainnya. Setelah melalui tahapan studi literatur, studi preseden, observasi dengan mengumpulkan informasi dari buku, jurnal, surat kabar, penelusuran media online, serta melakukan survei. Sehingga didapatkan hasil berupa spesifikasi ruang dan pengguna serta aktivitas yang akan dilakukan di dalam kawasan ini dengan pengimplementasian konsep The Sustainability of Community Empowerment serta pengaplikasian tema Critical Regionalism yang  membantu daerah sekitar memiliki identitas yang kuat sehingga diharapkan dapat berpengaruh terhadap posisi produk dalam pasar guna meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.     &nbsp

    Publikasi Karya Arsitektur Sebagai Strategi Pemasaran Bagi Konsultan Arsitektur

    No full text
    Architectural consultants are very dependent on the presence of service users or clients, one of the marketing strategies that is usually used without violating the Indonesian Architectural Association's code of ethics is the publication of works that have been produced. Publication of this work can use various media, such as print media (books/magazines), Social Media (Instagram, Facebook, Web), Exhibitions, Online Media, and can also be in the form of architecture students or community activities. With the advancement of technology, architectural consultants can eliminate limitations in publishing their works for marketing. By applying the Marketing Funnel theory, it explains how to reach the market and get new market segments. Several phases will be obtained by the client, namely the Awareness Phase which can increase new audiences, the Preference Phase, which is when you can convince the client with the service products provided, this it is hoped that the client can reach the Loyalty Phase when the client has continuity in working with the Consultant. Architecture.Konsultan Arsitektur sangat tergantung dengan adanya pengguna jasa atau klien, salah satu strategi pemasaran yang biasanya digunakan tanpa menyalahi kode etik Ikatan Arsitektur Indonesia berupa publikasi karya yang sudah pernah dihasilkan. Publikasi karya ini bisa menggunakan berbagai media, seperti Media cetak (buku / majalah), Sosial Media (Instagram, Facebook, Web), Pameran, Media Online, dan dapat juga berupa kegiatan mahasiswa arsitektur atau komunitas. Dengan adanya kemajuan teknologi, maka konsultan arsitektur dapat menghilangkan Batasan dalam melakukan publikasi karyanya untuk melakukan pemasaran. Dengan penerapan teori Marketing Funnel menjelaskan cara menggapai pasar dan mendapatkan segmen pasar yang baru. Ada beberapa fase yang akan di dapatkan oleh klien, yaitu Fase Awarness yang dapat meningkatkan audience baru, Fase Preference yaitu ketika dapat meyakinkan klien dengan produk jasa yang disediakan, dengan ini diharapkan klien dapat mencapai Fase Loyality ketika klien sudah kontinitas dalam menjalankan kerja sama dengan Konsultan Arsitektur

    Eksistensi Ruko dan Relevansi Desainnya Dalam Perkembangan Bisnis di Kawasan Heritage, Gajah Mada, Denpasar

    No full text
    Cultural heritage areas provide insights that correlate with the historical value of the area. Historical value characterizes the uniqueness of the area and influences the physical development of the city in general. The city's past civilization is the main attraction. The tourism perspective offers a paradigm shift in society and tourists' thinking. The cultural heritage area of Jalan Gajah Mada Denpasar is a reflection of the ancient city of Denpasar today. The Gajah Mada area is surrounded by old buildings that function as shops. Shop houses (ruko) in the Gajah Mada cultural heritage area have existed since the 1920s and began to be built massively in the 1970s. Until now, around 312 shophouses have been located along Jalan Gajah Mada, Jalan Sulawesi, and Jalan Kartini. In this study, through interviews, observation, and analysis, the existence and relevance of shophouses (ruko) along Jalan Gajah Mada, Jalan Sulawesi, and Jalan Kartini were obtained. This study took 8 samples to find out which building was chosen, namely based on location (Gajah Mada Street, Sulawesi Street, Kartini Street), building function (food and beverage, coffee shop, fabric shop, etc.), and number of floors (2 floors, 3 floors, and 4 floors).  Kawasan cagar budaya memberikan wawasan yang berkorelasi dengan nilai sejarah kawasan tersebut. Nilai sejarah mencirikan keunikan kawasan dan mempengaruhi perkembangan fisik kota secara umum. Peradaban masa lalu kota ini menjadi daya tarik utama. Perspektif pariwisata menawarkan perubahan paradigma dalam masyarakat dan pemikiran wisatawan. Kawasan cagar budaya Jalan Gajah Mada Denpasar merupakan cerminan kota kuno Denpasar saat ini. Kawasan Gajah Mada dikelilingi oleh bangunan tua yang berfungsi sebagai pertokoan. Rumah toko (ruko) di kawasan cagar budaya Gajah Mada sudah ada sejak tahun 1920-an dan mulai dibangun secara masif pada tahun 1970-an. Hingga saat ini, telah berdiri sekitar 312 ruko di sepanjang Jalan Gajah Mada, Jalan Sulawesi, dan Jalan Kartini. Dalam penelitian ini, melalui wawancara, observasi, dan analisis, diperoleh keberadaan dan relevansi ruko di sepanjang Jalan Gajah Mada, Jalan Sulawesi, dan Jalan Kartini. Penelitian ini mengambil 8 sampel untuk mengetahui bangunan yang dipilih yaitu berdasarkan lokasi (Jalan Gajah Mada, Jalan Sulawesi, Jalan Kartini), fungsi bangunan (makanan dan minuman, kedai kopi, toko kain, dll), dan jumlah lantai. (2 lantai, 3 lantai, dan 4 lantai). &nbsp
    corecore