2 research outputs found

    AKTIVITAS ANTIBAKTERI ACTINOMYCETES ASAL DESA CEMPAKA KAPUAS HULU KALIMANTAN BARAT TERHADAP ENTEROPATOGENIK GASTROENTERITIS

    Get PDF
    AbstrakAntibiotik yang digunakan secara tidak tepat dapat meningkatkan jumlah bakteri penyebab gastroenteritis yang resisten terhadap antibiotik. Beberapa kelompok mikroorganisme tanah diketahui memiliki potensi menghasilkan senyawa aktif untuk menghambat dan membunuh bakteri patogen, seperti Actinomycetes. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi antibiotik Actinomycetes  terhadap bakteri penyebab gastroenteritis yang diisolasi dari sawah tandus di Desa Cempaka Baru, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Proses penelitian dilakukan dari isolasi Actinomycetes dari sawah tandus, karakterisasi, serta pengujian kemampuan antibiotik terhadap bakteri Escherichia coli ATCC 25922, Salmonella enterica ATCC 14028 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923 menggunakan metode sumuran pada media Mueller Hinton Agar. Hasil identifikasi berdasarkan karakteristik morfologi koloni, sel, dan biokimia diperoleh 1 isolat bakteri, yaitu genus Nocardia sp. ATS-4.1 yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri uji yang dibuktikan adanya rata-rata zona hambat yang terbentuk, yakni 14,51 mm; 16,16 mm; dan 11,10 mm. Hasil uji statistik Friedman diperoleh nilai Asymp. Sig 0,10>0,05, sehingga menunjukkan bahwa pemberian cairan kultur isolat Nocardia ATS-4.1 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata antara hambatan terhadap bakteri E. coli, S. enterica, dan S. aureus. Hal ini dapat disimpulkan bahwa isolat Nocardia sp. ATS-4.1 berpotensi menghasilkan antibakteri yang setara terhadap bakteri E. coli, S. enterica, dan S. aureus penyebab gastroenteritis.Abstract Using antibiotics incorrectly increases the number of resistant bacteria to gastroenteritis. Soil microorganisms are known to have the potential to produce active compounds to inhibit and kill pathogenic bacteria,  for example, Actinomycetes. The purpose of this study was to determine the potential of antibiotics Actinomycetes isolated from rice fields in Cempaka Baru, Kapuas Hulu Regency, West Kalimantan, against gastroenteritis bacteria. The research order was carried out by isolating Actinomycetes from barren rice fields, and then characterizing and testing the ability of antibiotics against Escherichia coli ATCC 25922, Salmonella enterica ATCC 14028, and Staphylococcus aureus ATCC 25923 using the well method on Mueller Hinton Agar. The identification results based on morphological characteristics of colonies, cells and biochemistry showed that one of the bacteria was from genus Nocardia sp. ATS-4.1 which was able to inhibit the three test bacteria by the average inhibition zone 14.51 mm; 16.16 mm; and 11.10 mm, respectively. Friedman’s statistical test resulted in values asymp. sig 0.10>0.05 which showed that the isolate gave inhibition differences insignificantly among the bacteria. In conclusion, isolate Nocardia sp. ATS-4.1 able to produce equal antibacterial activity against bacteria E. coli, S. enterica and S. aureus caused gastroenteritis

    PREVALENSI KECACINGAN PADA HEWAN TERNAK DI KOTA PONTIANAK

    No full text
    Hewan ternak (sapi potong, babi, dan kambing) merupakan komoditas penting di bidang peternakan. Peternakan hewan di Kota Pontianak sangat berpotensi untuk dikembangkan karena tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi. Walaupun sistem peternakan hewan sudah berkembang, infeksi cacing parasit masih sering ditemukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi kecacingan hewan ternak (sapi potong, babi, dan kambing) di Kota Pontianak. Sampel feses hewan ternak diambil dari peternakan hewan yang ada di Kota Pontianak secara random, kemudian dianalisis dengan metode flotasi dan sedimentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian sampel feses yang diambil dari peternakan hewan terinfeksi cacing parasit. Sepuluh spesies cacing parasitik ditemukan pada ternak yaitu: Ancylostoma sp., Ascaris sp., Fasciola sp., Haemonchus sp., Paramphistomum sp., Toxocara sp., Trichuris sp., Strongyloides sp., Strongylus sp., dan Trichostrongylus sp. Ascaris sp. dan  Trichostrongylus sp. ditemukan baik pada sapi potong, kambing, maupun babi. Prevalensi kedua spesies cacing parasitik pada masing-masing hewan ternak tersebut berturut-turut sebagai berikut: 13,64% dan 81,82% pada sapi potong, 38,89% dan 44,44% pada kambing, serta 96,55% dan 96,55% pada babi
    corecore