9 research outputs found
Peranan Frekuensi Penyiangan Manual terhadap Penurunan Resiko Kebakaran pada Hutan Tanaman
Salah satu aspek penting di dalam membangun suatu model hutan tanaman beresiko kebakaran rendah adalah melakukan aktivitas pemeliharaan. Penelitian model hutan ini memfokuskan pada pengaruh beberapa tingkat frekuensi penyiangan tebas total gulma bawah tegakan hutan tanaman terhadap tinggi gulma, bobot basah gulma, kerapatan, pertumbuhan dan ketahanan hidup tanaman terhadap kebakaran. Melalui eksperimen faktor tunggal yang terdiri dari penyiangan setiap 6, 5,4 dan 3 bulan yang diatur dengan model rancangan acak kelompok telah dihasilkan keragaman respon pertumbuhan gulma dan tanaman akibat penyiangan sehingga berhubungan dengan kerawanan kebakaran. Data menunjukan bahwa tingkat frekuensi penyiangan berpengaruh terhadap tinggi, kerapatan gulma dan berat basahnya. Sedangkan perlakuan penebasan tersebut juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman pokok, panjang hangus batang setelah terbakar serta kematian tanaman akibat kebakaran. Penyiangan tanaman setiap 3 bulan telah menghasilkan tinggi (33,9 cm) serta berat basah (121,9 gram) gulma terendah dan panjang hangus batang pohon terpendek (64,8 cm) yang identik dengan ketahanan hidup pohon terhadap kebakaran
Pengaruh Penutupan Mulsa Organik Terhadap Perkembangan Gulma Hutan Tanaman Nyawai (Ficus Variegata Bl)
Pengendalian gulma pada saat pembangunan hutan tanaman penting dilakukan untuk mengurangi persaingan tumbuh dan menurunkan bahaya kebakaran. Studi perlakuan penutupan mulsa organik terhadap pertumbuhan dan perkembangan gulma telah dilakukan dengan tujuan mengetahui pengaruh mulsa organik terhadap perkembangan gulma bawah tanaman nyawai. Percobaan disusun secara faktorial dengan menggunakan rancangan acak kelompok. Hasil-hasil menunjukkan bahwa diantara 10 jenis gulma alami yang tumbuh di sekitar hutan kintap sebagai areal penelitian, didominasi oleh rumput Imperata cylindrica dan Clibadium Surinamense. Pemberian mulsa organik di sekitar tanaman berpengaruh nyata terhadap keanekaragaman jenis gulma yang tumbuh, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah individu gulma yang tumbuh di sekitar tanaman nyawai. Mulsa I. cylindrica dan C. Surinamense menghasilkan jenis gulma tumbuh terendah. Mulsa alang-alang mengalami pengurangan biomassa paling lambat dibanding mulsa lainnya. Pengaruh penutupan mulsa tidak signifikan baik terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter batang maupun diameter tajuk nyawai. Pengaruh interaksi antara jenis mulsa dengan ketebalannya tidak nyata terhadap semua parameter yang diuji. Mulsa Piper aduncum menghasilkan pospor dan Kalium tertinggi terhadap tanah dan mulsa C.Surinamense memberikan pH dan Nitrogen tertinggi. Penggunaan mulsa alang-alang untuk menghambat gulma pada tanaman nyawai disarankan
Studi Kearifan Lokal Penggunaan Api Persiapan Lahan: Studi Kasus di Hutan Mawas, Kalimantan Tengah
Pada dasarnya kebakaran hutan dan lahan disebabkan oleh multi-faktor yang sangat kompleks mencakup aspek fisik yaitu bahan bakar dan iklim, ekologi, sosial ekonomi dan budaya anthropologis masyarakat, teknologi dan sistem kelembagaan serta intensitas pengelolaan hutan dan lahan termasuk aspek silvikultur. Dari sekian banyak permasalahan, awal kebakaran berasal dari api kecil dengan sumber-sumber pemicu di masyarakat, sehingga nilai-nilai kearifan lokal menjadi sangat penting untuk dikaji. Hasil studi kearifan lokal menunjukkan bahwa di lima desa kawasan hutan Mawas masih terdapat nilai-nilai kearifan yang dianut yang berhubungan dengan pencegahan kebakaran diantaranya adanya nilai-nilai yang disampaikan melalui tekad, perkataan dan tindakan dari generasi ke generasi tentang pencegahan, penerapan pembakaran terkendali saat pembukaan ladang untuk bertani, dan adanya tindakan sanksi bagi yang melanggar adat. Namun demikian, penurunan nilai-nilai tersebut tengah terjadi akibat jumlah penduduk yang semakin meningkat, menjauhnya jarak ladang, dan semakin meluasnya kepemilikan lahan. Nilai-nilai kearifan lokal di desa Mantangai Hilir, Katunjung, Lawang Kajang, Madara, dan Batampang sebaiknya dipertahankan dan dijadikan landasan pengelolaan kebakaran, khususnya dalam menerapkan strategi pencegahan kebakaran hutan rawa gambut berbasis masyarakat
Alternatif Pemilihan Sistem Antrian Call Centre Sebagai Pusat Pelayanan Informasi Bencana Alam
Call centre sebagai pusat pelayanan informasi bencana alam memegang peranan yang sangat penting. Keakuratan Informasi serta pelayanan terhadap pelanggan atau pengguna layanan yang terbaik menjadi fokus utama Perusahaan atau instansi penyedia layanan call centre ini. Operator call centre memegang peranan yang sangat penting dalam menjalankan operasional call centre. Tugas utama operator yaitu menerima panggilan, berinteraksi dengan pelanggan atau pengguna layanan melalui media telepon, memberikan solusi keluhan serta memberikan informasi yang dibutuhkan. Interaksi pelanggan atau pengguna layanan dengan operator, menimbulkan beban kerja mental yang tinggi, hal tersebut terjadi pada saat operator menerima panggilan yang sulit. Selain tingginya beban mental, beban kerja waktu operator dinilai tinggi dan tidak merata, karena sistem antrian yang ada tidak memperhatikan beban kerja waktu operator. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk memberikan alternatif pilihan sistem antrian panggilan masuk (incoming call) pada operator call centre, sehingga beban kerja waktu operator optimal dan lebih merata. Beban kerja yang optimal diharapkan dapat meningkatkan performansi operator, sehingga tingkat pelayanan terhadap pelanggan atau pengguna layanan meningkat. Metodologi penelitian ini dibagi dalam tiga tahapan. Tahap pertama studi terhadap sistem antrian yang sedang berjalan melalui pengamatan data CMS (call management system). CMS merupakan software untuk merekam segala aktifitas operator. Tahap kedua membuat formulasi perhitungan beban kerja waktu. Tahap ketiga perbandingan antara metode sistem antrian yang digunakan (metode sirkular) dengan metode sistem antrian usulan (sistem antrian berbasis beban kerja waktu). Hasil penelitian diperoleh bahwa metode sirkular menunjukkan beban kerja waktu antar operator tidak terdistribusi merata setiap harinya, sedangkan dengan menggunakan sistem antrian berbasis beban kerja waktu, distribusi antar operator tiap harinya terdistribusi merata
Persamaan Allometrik Untuk Menduga Kandungan Karbon Jenis Meranti (Shorea Teysmaniana) Di Hutan Alam Rawa Gambut Kalimantan Tengah
Model persamaan penduga biomassa pohon hutan secara individu telah menjadi bagian penting dalam menghitung kandungan karbon komunitas hutan. Kandungan karbon hutan perlu diketahui dari berbagai tipe tapak, umur dan tipe hutan. Masing-masing komunitas hutan alam akan memiliki kandungan karbon berbeda-beda yang dipengaruhi oleh sifat jenis, tipe iklim, faktor edafis, dan kondisi ekologis dimana hutan tersebut tumbuh. Pengetahuan kandungan karbon hutan saat ini sangat diperlukan untuk mendata secara kuantitatif jumlah karbon baik yang diserap oleh hutan maupun yang diemisikan karena hutan dapat berfungsi baik sebagai maupun
sink source
. Penelitian ini bertujuan untuk membangun model persamaan allometrik penduga biomassa pada hutan rawa gambut. Model-model persamaan allometrik selama ini umumnya digunakan untuk hutan tanaman pada tanah mineral. Studi observasi dan perhitungan karbon jenis sebelumnya telah dilakukan di hutan alam rawa gambut. Data dimensi, bobot kering dan kerapatan jenis kayu pohon diperoleh dari 20 pohon didalam sampel destruktif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan korelasi kuat antara variavel-variabel tersebut, sehingga dapat disusun persamaan allometrik famili jenis di hutan rawa gambut
Shorea teysmaniana
Dipterocarpaceae Shorea teysmaniana
Kalimantan Tengah. Model persamaan tersebut adalah: Ln(TAGB) = -2,36+2,58 Ln(DBH),n=20,R =0,99; LnTAGB=0,09(DBH) ,n=20,R =0,99; Ln(TAGB)=-2,99+2,35Ln(DBH)+0,44Ln(TBH) n=20,R =0,99; Ln(TAGB)=-1,03+2,08Ln(DBH)-0,51Ln(WD).n=20,R =0,99. Untuk kepentingan praktis, ukuran diameter pohon
digunakan dalam menduga biomassa pohon daripada tinggi dan kerapatan jenis kayu. Kandungan karbon pada jenis dapat dihitung dengan menggunakan allometrik tersebut.
S. teysmanian
The Volume Model of Tree Species Group in Peat Swamp Forest at Logging Concession Area of Tingang Karya Mandiri, Central Kalimantan
Tropical peat swamp forest (PSF) has a high species diversity and value including timber value. The valuation of timber is approached by calculating the stand volume. However, the volume model at PSF is not available for every species and species groups in specific site. This study aims to obtain a volume estimation model of species groups of tree species in peat swamp forest in Central Kalimantan. The model development and validation used 120 sample trees of the dipterocarpaceae and non-dipterocarpacae species. The distribution of sample trees is 70 % for the development model and 30 % for the validation stage. Modeling used linear and non-linear models). The selection of the best model used several criteria including: coefficient of determination, relative deviation (SR 95 %). The models compiled met the SA and SR criteria so that the models were very accurate in estimating tree volume at the tree level, as individuals and stands. The implication of this research was that the whole species model can be used to estimate the volume of trees in peat swamp forest
Potensi Tanaman Revegetasi Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara dalam Mendukung Suksesi Alam
Indikatorutamadalamlingkungansetiappembangunantanamanreklamasibekastambangbatubaraadalah adanyainvasitumbuhan alamidibawahtegakkantanaman secarasuksesi. Keberadaan tumbuhan bawah dapatmeningkatkan kestabilantanah,kesuburantanahdanproduktivitas lahankritis menujuhutanaslinya, sertajenisyangtelahditanammemperlihatkankeragamanmorfologiantaralainjenistajukdanfungsiakar. Bentuk dantebal tajukmenentukan besamya penetrasi cahaya yangberpengaruh terhadap fotosintesis tumbuhanbawahhutantanaman.Regenerasitumbuhanbawah,tegakanA. mangium, A.auriculiformis, P falcataria diParingin danPf'alcatariadiBinuang telahditeliti.Hasilmenunjukkan bahwa tegakanA. auriculiformis,A.mangium, P falcataria diParingindanP falcataria diBinuangtelahdiinvasimasingā¢ masing14,12,12dan11jenispohontingkatsemaidansemak.JenissemaK didominasi C.odorata,Melastoma spdan Glibadium spsedangkan jenis pohondidominasi Neonauclea sp, V. cofassus,Auuriculiformis, Combretocarpus sp,Rubiaceae danLohidion sp.Indeks kesamaan komunitas daritertinggiketerendah adalahA. auriculifonnis dengan Pfalcataria (37,0),A. auriculiformis denganA.mangium (28,6), A. auriculiformis denganPfalcataria Paringin (28,6), Pfalcataria Binuang denganPfalcataria Paringin 26,1danA. mangium denganPfalcataria (25,1)