4 research outputs found

    TINJAUAN KESEJARAHAN PANAI BERDASARKAN SUMBER TERTULIS

    Get PDF
    Panai disebutkan pada prasasti Tanjore (1030 M), Nagarakertagama (1365 M) pupuh XIII bait 1, dan catatan perjalanan berbahasa Armenia, berjudul ―Nama Kota-Kota India dan Kawasan Pinggiran Persia” (sekitar tahun 1667 M). Sumber tertulis di atas tidak menjelaskan kedudukan Panai sebagai kerajaan atau sekadar bandar saja. Tujuan penulisan ini adalah melihat kedudukan historiografi Panai berdasarkan tiga sumber tertulis di atas dan memberi perspektif baru atas kedudukan Panai sebagai sebuah kerajaan atau hanya bandar dagang. Metode yang digunakan adalah kualitatif- deskriptif dengan memanfaatkan data-data tertulis seperti prasasti, kitab lama, dan catatan perjalanan kuna. Panai selain sebagai bandar perdagangan juga berkembang sebagai kerajaan dengan penguasa setempat yang diakui oleh Sriwijaya, Malayupura, Colamandala, dan Majapahit

    Berkala arkeologi sangkhakala: vol.21 No.1, Mei 2018

    Get PDF
    Sangkhakalaterdiri dari dua kata yaitu Sangkhadan Kala. Sangkhaadalah sebutan dalam Bahasa Sansekerta untuk jenis kerang atau siput laut. Sangkhadalam mitologi Hindhu digunakan sebagai atribut dewa dalam sekte Siwa dan Wisnu. Sedangkan Kalaberarti waktu, ketika atau masa. Jadi Sangkhakalamerupakan alat dari keranglaut yang mengeluarkan suara sebagai tanda bahwa waktu telah tiba untuk memulai suatu tugas atau pekerjaan. Berkenaan dengan itu, BERKALA ARKEOLOGI SANGKHAKALA merupakan istilah yang dikiaskan sebagai terompet ilmuwan arkeologi dalam menyebarluaskan arti dan makna ilmu arkeologi sehingga dapat dinikmati oleh kalangan ilmuwan khususnya dan masyarakat luas umumnya. Selain itu juga merupakan wadah informasi bidang arkeologi yang ditujukan untuk memajukan arkeologi maupun kajian ilmu lain yang terkait. Muatannya adalah hasil penelitian,tinjauan arkeologi dan ilmu terkait. Dalam kaitannya dengan penyebarluasan informasi dimaksud, redaksi menerima sumbangan artikel dalam BahasaIndonesia maupun asing yang dianggap berguna bagi perkembangan ilmu arkeologi. Berkala Arkeologi ini diterbitkan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Mei dan Novembe

    MEMBANDINGKAN CATATAN PERJALANAN PELANCONG DAN NISAN KUNO KERAJAAN PERLAK, ACEH TIMUR, ACEH: [Compairing Travel Notes and Ancient Nisan Peureulak Kingdom, East Aceh, Aceh]

    No full text
    The 11th century AD Armenian text entitled A Journals of the South China Sea refers to the tofonim Peureulak  by the name Poure (Armenian) as a rich and valuable port. Marco Polo (1293 / late 13th century AD) was called Ferlec (Portuguese), which was a settlement with an Islamic population that was regularly visited by Islamic traders. The Negarakertagama manuscript of the 14th century AD mentions the name Parllak (Javanese) as one of the vassals of the Majapahit Kingdom. Likewise local texts, especially Hikayat Raja-Raja Pasai, mention that the existence of the Peureulak  Kingdom ended when it merged into the power of the Samudera Pasai Kingdom (1297 AD) through the process of marriage. This paper aims to see whether the records of the above improvements have the support of archaeological remains, especially the pre-Pasai Ocean era. The research method is descriptive by comparing information with the existence of archaeological remains of two pieces of data that have the same space and time dimensions, namely the rise of the pre-13th century AD and archaeological remains in the form of ancient pre-Samudera Pasai tombstones. The final conclusion is that the results of the comparison of space and time dimensions show that there is a synchronization that confirms the record that saw the Muslim population in Peureulak  before the establishment of the kingdom of Samudera Pasai, which is one of the earliest Islamic cities in Southeast Asia. Teks berbahasa Armenia abad ke-11 Masehi berjudul Suatu Catatan Perjalanan di laut Cina Selatan menyebut toponim Peureulak dengan nama Poure (bahasa Armenia) sebagai pelabuhan yang kaya dan berharga. Marco Polo (1293/akhir abad ke-13 M) menyebutnya Ferlec (bahasa Portugis) yakni sebuah lokasi permukiman berpenduduk Islam yang rutin disinggahi pedagang Islam. Naskah Negarakertagama abad 14 menyebut nama Parllak (bahasa Jawa) sebagai salah satu vasal Kerajaan Majapahit. Demikian juga naskah lokal, khususnya Hikayat Raja-Raja Pasai menyebut eksistensi Kerajaan Peureulak  berakhir ketika melebur ke dalam kekuasaan Kerajaan Samudera Pasai (1297 M) melalui proses pernikahan. Tulisan ini bertujuan ingin melihat apakah catatan para pelancong di atas memiliki dukungan tinggalan arkeologis khususnya era sebelum Samudera Pasai. Metode penelitian bersifat deskriptif dengan cara melakukan komparasi informasi dengan keberadaan tinggalan arkeologis dua buah data yang memiliki kedudukan dimensi ruang dan waktu yang sama, yakni catatan pelancong abad sebelum abad 13 dan tinggalan arkeologis berupa nisan-nisan kuno era sebelum Samudera Pasai. Kesimpulan akhirnya bahwa dari hasil perbandingan dimensi ruang dan waktu menunjukan ada singkronisasi membenarkan catatan para pelancong melihat adanya penduduk Islam di Peureulak  sebelum berdirinya kerajaan Samudera Pasai, yakni satu kota paling awal yang terislamisasi di Asia Tenggara

    Berkala Arkeologi Sangkhakala : Vol. 20 No. 2, November 2017

    No full text
    Di dalam jurnal ini terdapat beberapa artikel diantaranya: (1) Ramni–Ilamuridesam: Kerajaan Aceh Pra–Samudera Pasai (2) Persebaran Bangunan Pertahanan Jepang Di Telukbetung, Kota Bandar Lampung (3) Identifikasi Budaya Prasejarah Dari Artefak Di Situs Bukit Kerang Kawal Darat I (4) Tradisi Mengunyah Sirih Dan Memotong Kerbau Pada Upacara Adat/ Horja Di Angkola–Mandailing (5) Motif Hias Nisan: Latar Belakang Pembuatan Hiasan Lampu Gantung Pada Nisan Di Baru
    corecore