17 research outputs found
Perancangan Sepeda Listrik Semoli Untuk Beban 80 Kg
Electric bike is environmentally friendly vehicle because it doesnât cause air pollution and it can uses electric from renewable energy sources to charge battery. Here is a lot of studies about electric bike in Indonesa, but only a few topic about electric bike for uphill climbing. In this study, electric bike will be designed for a load of 80 kgs to overcomes the uphill road at 21° of elevation. The design process contains activity such as calculation and selection of electric motor, drafting and manfacturing the frame, and riding test on flat road and uphill road at 21° of elevation. The results of design, electric bike uses 2000 watt BLDC motor, 48V 20Ah of battery, 13 teeth at front sprocket and 48 teeth of rear sprocket. From the riding test results, the bikeâs maximum speed is 35 km/h reached on 5 seconds on flat road. While on uphill road with elevation of 21°, the bikeâs maximum speed is 10 km/h reached on 10 seconds. The conclusion from this study that the electric bike are able to meet the needs to overcome uphill road
DESAIN DAN ANALISIS SISTEM PENDINGIN KAPAL TRADISIONAL PENANGKAP IKAN 30 GT PANTAI UTARA LAMONGAN
There are several methods to cool fishermen's catches, namely the full ice blockmethod, the full refrigeration system method, and the combined ice method andrefrigeration system. Among these methods, the full ice block method is the most commonlychosen method by traditional fishermen because the use of this method is consideredcheaper than other methods. However, in terms of the quality of the fish cooled by thismethod, it is lacking., In this study a calculation of the cooling load of the hold is carriedout which will produce a cooling system using RSW (Refrigerated Seawater) with thesoftware method and will produce a suitable RSW design for the Ijon-in fishing boat hold.In addition, the calculation of the economic aspects of the use of RSW will be carried outcompared to conventional systems. The results of this study found that the coolingrequirement for the hatch was 10.9847064 Kw, therefore the compressor used had acooling capacity of 13.35 kW. Then we get a condenser design with a shell diameter of 350mm and a tube diameter of 25.4 mm and an evaporator design with a shell diameter of 600mm and a tube diameter of 12.7 mm
ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SAYURAN DI BOYOLALI JAWA TENGAH DALAM PENENTUAN HARGA JUAL
This study aims to (1) Analyze the supply chain management of vegetable commodities that occurred in Boyolali. (2) To analyze the factors that influence the price determination of vegetable commodity in Boyolali. This research is a type of qualitative research with a sample of 20 people in the interviews dept interview obtained with the technique of combining Purposive and snowball sampling that is by way of key respondents provide information of other key respondents in the same supply chain path. From the results of the research found that supply chain management in Boyolali is divided into 3 distribution channels marketing of major vegetable commodities, namely: a). Modern distribution channels, b). Traditional distribution channels, and c). Mixed distribution channels. And pricing occurs due to factors from farmers, producer layout design, supply chain management, product quality, supply reliability, traders, competitors, and moment at that time
Pengaruh Terpaan Pemberitaan Kecelakaan Lalu Lintas Bis Sumber Kencono Di Media Terhadap Citra Bis Sumber Kencono Di Mata Masyarakat Desa Ngale Kabupaten Ngawi Tahun 2013
Sejak berdiri tahun 1981, Sumber Kencono sudah kenyang dengan berbagai keadaan. Hingga membawa Sumber Kencono semakin matang dalam menjalankan usahanya sehingga mampu berkembang pesat. Akan tetapi masih
banyak masalah yang dihadapi dalam kasus ini PO Sumber Kencono beberapa tahun terakhir sering mengalami kecelakaan Lalu lintas yang melibatkan PO Sumber Kencono.
Pemberitaan negatif media yang mengangkat masalah kecelakaan sumber kencono di televisi dan media massa lainnya yang sangat gencar memberikan pukulan kepada pihak sumber kencono. Secara tidak langsung efek yang
ditimbulkan oleh pemberitaan di media bisa mempengaruhi konsumen / pelanggan sumber kencono. Turunnya tingkat kepercayaan pelanggan terhadap transportasi
bis sumber kencono menjadi kerugian tersendiri bagi perusahaan. Pemberitaan yang paling memberikan dampak buruk bagi perusahaan ataupun masyarakat
adalah pemberitaan media yang mengangkat masalah kecelakaaan yang melibatkan sumber kencono dan akan membentuk image/citra di masyarakat. Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan disimpulkan bahwa: ada pengaruh yang signifikan antara terpaan pemberitaan
kecelakaan lalulintas bis Sumberkencono di media massa terhadap citra bis Sumberkencono dimata masyrakat. Hal ini dilihat dari hasil penguijian hipotesis dengan analisis regresi linear sederhana diperoleh nilai t hitung > t tabel (- 9.155>1.980) yang artinya setiap terjadi peningkatan terpaan media, maka akan berpengaruh signifikan terhadap citra dalam hal ini nilai negatif menunjukkan pengaruh negati
Business Model Canvas pada Pekarangan Pangan Lestari Ngongak Tanduran, Kota Madiun
Permintaan sayuran di Kota Madiun terus meningkat. Faktor adanya peningkatan tersebut karena pemerintah telah mencanangkan program âWarung Stop Stuntingâ (WSS) dalam rangka untuk menekan angka kasus balita pendek (stunting). Pekarangan Pangan Lestari (P2L) Ngongak Tanduran merupakan usaha budidaya tanaman sayuran yang ingin memenuhi permintaan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk merancang strategi bisnis P2L Ngongak Tanduran dengan menggunakan Business Model Canvas (BMC). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik analisis penelitian ini menggunakan 9 elemen BMC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Segmen Konsumen P2L Ngongak Tanduran adalah Pasar Massa (mass market); Nilai Proposisi P2L Ngongak Tanduran menggunakan pestisida nabati, harga bersaing dengan kelompok lain, serta kualitas sayuran yang baik; Saluran P2L Ngongak Tanduran berupa direct selling, festival, dan Sunday Market; Hubungan Pelanggan P2L Ngongak Tanduran dengan memberikan promosi berupa memajang produk sayuran saat kegiatan festival maupun Sunday Market maupun juga melakukan interaksi konsumen secara langsung; Alur Pendapatan P2L Ngongak Tanduran berasal dari penjualan produk sayur; Aktivitas Kunci P2L Ngongak Tanduran yaitu pengadaan bahan baku, produksi dan budidaya, pemasaran dan distribusi, serta pengembangan produk; Sumberdaya Kunci P2L Ngongak Tanduran adalah lokasinya yang strategis serta menggunakan bibit yang unggul; Mitra Kunci P2L Ngongak Tanduran adalah Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Madiun serta HOREKA; serta Struktur Biaya yang dikeluarkan oleh P2L Ngongak Tanduran untuk menjalankan usahanya adalah pengadaan bibit, pengadaan pupuk, pengadaan pestisida, perluasan lahan, dan peningkatan infrastruktur lahan tanam
Meningkatkan Perawatan Pasien Melalui Kolaborasi Antar Profesi: Wawasan dari Program Pelatihan di Layanan Kesehatan Primer
Effective health services require collaboration between medical teams and understanding Interprofessional Education and Collaboration (IPEC) is very important. However, many Indonesian health workers do not understand IPEC education, which creates communication problems. To improve the quality of interdisciplinary collaboration, health workers need IPEC training facilitated by the Community Health Center. This study provides education to Community Health Center health workers regarding interprofessional collaboration and interprofessional services. Participants completed the ATHCTS questionnaire, measuring attitudes toward interdisciplinary healthcare teams and the team's approach to care. This questionnaire includes 21 statements, with 1 stating strongly disagree and 6 stating strongly agree. The aim was to understand healthcare workers' attitudes towards interdisciplinary healthcare teams. The majority of participants agreed that implementing IPC improved team closeness and quality of patient care. They also believe that developing a patient care plan with other team members can avoid mistakes. They also disagree that translating jargon from other disciplines can waste time. These results indicate that respondents' perceptions of the importance of collaboration between professions are good. The research results show that the majority of health workers who took part in the training understand the importance of Interprofessional Learning (IPE) and its application in community health centers. It is hoped that training activities can be held regularly to continue to emphasize the importance of collaboration between health workers.Pelayanan kesehatan yang efektif memerlukan kolaborasi antartim medis serta pemahaman Interprofessional Education and Collaboration (IPEC) sangatlah penting. Namun, banyak tenaga kesehatan Indonesia yang kurang memahami pendidikan IPEC, sehingga menimbulkan masalah komunikasi. Untuk meningkatkan kualitas kolaborasi interdisipliner, tenaga kesehatan memerlukan pelatihan IPEC yang difasilitasi oleh Puskesmas. Studi ini memberikan edukasi kepada tenaga kesehatan Puskesmas mengenai kolaborasi interprofesi dan layanan interprofesi. Peserta menyelesaikan kuesioner ATHCTS, mengukur sikap terhadap tim layanan kesehatan interdisipliner dan pendekatan tim terhadap perawatan. Kuesioner ini mencakup 21 pernyataan, dengan 1 menyatakan sangat tidak setuju dan 6 menyatakan sangat setuju. Tujuannya adalah untuk memahami sikap petugas kesehatan terhadap tim layanan kesehatan interdisipliner. Mayoritas peserta setuju bahwa penerapan IPC meningkatkan kedekatan tim dan kualitas perawatan pasien. Mereka juga percaya bahwa mengembangkan rencana perawatan pasien dengan anggota tim lainnya dapat menghindari kesalahan. Mereka juga tidak setuju bahwa menerjemahkan jargon dari disiplin ilmu lain dapat membuang waktu. Hasil tersebut menunjukkan bahwa persepsi responden terhadap pentingnya kolaborasi antarprofesi adalah baik. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa sebagian besar petugas kesehatan yang mengikuti pelatihan memahami pentingnya Interprofessional Education (IPE) dan penerapannya di puskesmas. Diharapkan kegiatan pelatihan dapat secara rutin diadakan guna dapat terus menekankan pentingnya kolaborasi antar petugas kesehatan