44 research outputs found
Pengembangan Bioenergi Di Sektor Pertanian: Potensi Dan Kendala Pengembangan Bioenergi Berbahan Baku Ubi Kayu
EnglishAlong with the limited availability of fossil energy, it is necessary to look for other alternative energy sources. Cassava is one of the crops that can be processed into energy sources. This study uses data from the study in 2014. The an alysis results show that cassava farming is generally conducted in dry land. Cassava farming both in Lampung and Central Java is worth the effort. Technical constraints encountered consist ofdeclining soil fertility, land competition with other food crops, cropping patterns and low productivity. Socio - economic constraints include limited capital, fluctuating cassava price, high cost of farming, and lack of marketing. Development of bioethanol made from cassava is carried out by private companies in Central Java and Lampung is still limited. To produce ethanol from cassava, some obstacles encountered are technology for bioethanol production, continuity of raw materials, competition between food/tapioca and bioethanol processing, and cassava price is less comp etitive for bioethanol production. Policies for developing cassava raw materials to support bioethanol production are: (a) increased productivity, (b) planted area expansion, (c) sufficient production volume, and (d) institutional development and financing . Cassava production expansion may utilize those agricultural land of PT Perhutani/I nhutani (state - own forestry company), fallow land, and partnerships with the private sector. IndonesiaEnergi merupakan salah satu kebutuhan dasar untuk menopang keberlangsungan hidup manusia. Seiring dengan makin terbatasnya ketersediaan energi dari fosil, maka perlu dicarikan sumber energi alternatif lain. Ubi kayu merupakan salah satu tanaman yang dapat diolah menjadi sumber energi. Kajian ini menggunakan data hasil kajian tahun 2014, data yang digunakan merupakan data primer dan sekunder. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil kajian menunjukkan bahwa USAha tani ubi kayu umumnya dilakukan di lahan kering tegalan. Usaha tani ubi kayu baik di Provinsi Lampung maupun Jawa Tengah cukup layak diusahakan. Kendala teknis yang dihadapi dapat berupa menurunnya kesuburan lahan, kompetisi lahan dengan tanaman pangan lain, pola tanam belum optimal, dan rendahnya produktivitas. Kendala sosial ekonomi dapat mencakup permodalan yang terbatas, harga ubi kayu yang sering fluktuasi, biaya USAha tani yang tinggi, dan pemasaran yang belum berjalan secara baik termasuk dengan sistem kemitraan. Pengembangan bioetanol berbahan baku ubi kayu masih terbatas dilakukan oleh Perusahaan swasta baik di Jawa Tengah maupun Lampung. Untuk memproduksi bioetanol dari ubi kayu, terdapat beberapa kendala yang dihadapi antara lain: kontinuitas bahan baku, persaingan bahan baku antara penggunaan untuk pangan/tapioka dan sebagai bahan baku bioetanol, dan harga ubi kayu yang terus meningkat yang dirasakan menjadi kurang kompetitif untuk produksi bioetanol. Kebijakan dalam rangka pengembangan bahan baku ubi kayu untuk mendukung produksi bioetanol dapat ditempuh melalui peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam, pengamanan produksi, dan pengembangan kelembagaan dan pembiayaan. Untuk penyediaan bahan baku bioetanol, USAha tani ubi kayu membutuhkan lahan yang luas. Perluasan pertanaman dapat diarahkan pada areal baru (perluasan), dan dengan memanfaatkan areal PT Perhutani/Inhutani, lahan tidur/terlantar, dan kemitraan dengan swasta. Hal penting lainnya dalam pengembangan bioenergi adalah komitmen pemerintah dan sinergi antarinstansi dalam kebijakan atau program bioenergi
Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Produksi pada Usaha Tani Jagung di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keragaan usaha tani jagung, menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi produksi pada usaha tani jagung, dan tingkat keuntungan yang diperoleh petani jagung
Dinamika Penguasaan Lahan pada Usahatani Palawija di Lahan Kering Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat
Land is one of the important factors of production in the agricultural production process. Productive land use is crucial to the productivity of agricultural commodities, especially food crops as a source of carbohydrates to ensure food security. This study aims to analyze changes in land tenure on farm crops dry dilahan Garut regency, West Java province. This study uses data PATANAS (National Farmers Panel Data) in 2008 and 2011, as well as use the data results of Census of Agriculture, West Java (ST 2003 and 2013). PATANAS Data collected included primary and secondary data. Agriculture Census data obtained from the Central Statistics Agency (CBS). The results were obtained several conclusions as follows: (1) Based on data from the Census of Agriculture known that the total tenure in 2013 both agricultural and non-agricultural land by farm household land users quite high at an average of 0.44 hectares. The average tenure of agricultural land, especially in non-paddy fields has increased compared to 2003 which is an area of 0.15 ha, (2) Size mastery and arable land per household for dry land, the average are 0.19 ha/HH (2008) and 0.39 ha/HH(2011). Most of the dry land is the property itself and cultivated its own with an average area of mastery is relatively narrow; (3) From the institutional side of the land, both involving land ownership belonging or not belonging to (renting, pawned or otherwise) was only slightly changed. Dynamics of changes in land ownership or status of arable land is not too volatile; and (4) Increased productivity of commodity plays an important role for the achievement of the level of production and the development of farming. Improved agricultural farming is a very dynamic and very flexible, as well as increased productivity. The application of agricultural technology as recommended, is a way to increase production and productivity achieved in the farming farmer-managed. In the farming activities, farmers are required to take a decision in terms of determining and selecting alternatives.Keywords: Land tenure, dry land, crops, West Java
Pengembangan Bioenergi di Sektor Pertanian: Potensi dan Kendala Pengembangan Bioenergi Berbahan Baku Ubi Kayu
EnglishAlong with the limited availability of fossil energy, it is necessary to look for other alternative energy sources. Cassava is one of the crops that can be processed into energy sources. This study uses data from the study in 2014. The an alysis results show that cassava farming is generally conducted in dry land. Cassava farming both in Lampung and Central Java is worth the effort. Technical constraints encountered consist ofdeclining soil fertility, land competition with other food crops, cropping patterns and low productivity. Socio - economic constraints include limited capital, fluctuating cassava price, high cost of farming, and lack of marketing. Development of bioethanol made from cassava is carried out by private companies in Central Java and Lampung is still limited. To produce ethanol from cassava, some obstacles encountered are technology for bioethanol production, continuity of raw materials, competition between food/tapioca and bioethanol processing, and cassava price is less comp etitive for bioethanol production. Policies for developing cassava raw materials to support bioethanol production are: (a) increased productivity, (b) planted area expansion, (c) sufficient production volume, and (d) institutional development and financing . Cassava production expansion may utilize those agricultural land of PT Perhutani/I nhutani (state - own forestry company), fallow land, and partnerships with the private sector. IndonesiaEnergi merupakan salah satu kebutuhan dasar untuk menopang keberlangsungan hidup manusia. Seiring dengan makin terbatasnya ketersediaan energi dari fosil, maka perlu dicarikan sumber energi alternatif lain. Ubi kayu merupakan salah satu tanaman yang dapat diolah menjadi sumber energi. Kajian ini menggunakan data hasil kajian tahun 2014, data yang digunakan merupakan data primer dan sekunder. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil kajian menunjukkan bahwa usaha tani ubi kayu umumnya dilakukan di lahan kering tegalan. Usaha tani ubi kayu baik di Provinsi Lampung maupun Jawa Tengah cukup layak diusahakan. Kendala teknis yang dihadapi dapat berupa menurunnya kesuburan lahan, kompetisi lahan dengan tanaman pangan lain, pola tanam belum optimal, dan rendahnya produktivitas. Kendala sosial ekonomi dapat mencakup permodalan yang terbatas, harga ubi kayu yang sering fluktuasi, biaya usaha tani yang tinggi, dan pemasaran yang belum berjalan secara baik termasuk dengan sistem kemitraan. Pengembangan bioetanol berbahan baku ubi kayu masih terbatas dilakukan oleh perusahaan swasta baik di Jawa Tengah maupun Lampung. Untuk memproduksi bioetanol dari ubi kayu, terdapat beberapa kendala yang dihadapi antara lain: kontinuitas bahan baku, persaingan bahan baku antara penggunaan untuk pangan/tapioka dan sebagai bahan baku bioetanol, dan harga ubi kayu yang terus meningkat yang dirasakan menjadi kurang kompetitif untuk produksi bioetanol. Kebijakan dalam rangka pengembangan bahan baku ubi kayu untuk mendukung produksi bioetanol dapat ditempuh melalui peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam, pengamanan produksi, dan pengembangan kelembagaan dan pembiayaan. Untuk penyediaan bahan baku bioetanol, usaha tani ubi kayu membutuhkan lahan yang luas. Perluasan pertanaman dapat diarahkan pada areal baru (perluasan), dan dengan memanfaatkan areal PT Perhutani/Inhutani, lahan tidur/terlantar, dan kemitraan dengan swasta. Hal penting lainnya dalam pengembangan bioenergi adalah komitmen pemerintah dan sinergi antarinstansi dalam kebijakan atau program bioenergi
Aspek Penyaluran Sapronak, Pemasaran Hasil Dan Pola Kerjasama Dalam PIR Perunggasan Di Jawa Barat Dan Jawa Timur.
Pola kerjasama Perunggasan yang diwadahi dalam konsep PIR masih menghadapi berbagai permasalahan mulai dari pengadaan bahan baku hingga pemasaran hasil maupun dalam sistem kelembagaan kerjasamanya. Hasil kajian mendapatkan bahwa (1) alur penyerahan pakan dari pabrik/industri setelah melalui agen/distributor umumnya langsung ke Poultry Shop (sebagai Inti), sedangkan penyaluran DOC dari Breeders sampai ke Poultry Shop dapat secara langsung atau melalui agen/distributor lainnya, (2) Poultry Shop/Inti masih merupakan tujuan penting dalam memasarkan hasil dari peternak, (3) Kenaikan harga pakan(petelur/pedaging) secara umum masih diatas kenaikan harga produk unggas itu sendiri, (4) Pola kerjasama antara Inti dan Plasma secara dominan terjadi secara kesepakatan. Upaya memperbaiki sistem kelembagaan yang ada dan tengah berjalan dalam konsep PIR unggas seyogyanya masih perlu dibenahi sehingga para peternak kecil dapat berkembang secara wajar
Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu Pada Komoditas Perkebunan Rakyat
The Implementation of IPM Technology on Small Estate Farm CommoditiesThe purpose of this study is to analyze the implementation level of introduced technology of Integrated Pest Management (IPM) on small estate farms (coffee, tea and pepper), effectiveness of the implementation of IPM technology, and analyze the perspective of the sustainability of IPM technology. Data and information obtained from the results of various studies related to the application of the technology of IPM on small estate farm. Results showed that: (1) In general introduction of IPM technology is well applied by the farmers, although its application has not been fully adopted due to the internal and external constraints faced by farmers, (2) The application of IPM technology on small estate commodities is profitable, and (3) The application of IPM technology can be sustained if it is supported with intensive counseling on technical and management, as well as product marketing
Pola Distribusi Komoditas Kentang Di Kabupaten Bandung, Jawa Barat
The study was conducted in Bandung District, West Java on 2005. Primary data were collected through interview with potato's farmers (who grow Granola variety and Atlantic variety) and potato's trader. Method of analysis is quantitative and qualitative analysis. The results of the study are as follow: (1) There are two kinds of marketing pattern of potato in West Java: (a) Marketing pattern of Granola variety which is distributed to several market especially central market. Majority of Granola variety is for household consumption; and (b) Partnership pattern between farmer's group or farmers with PT Indofood FM for Atlantic variety. Most of this variety is used as a raw material for food processing industries; (2) Most of potato's farmers sell their product to village collectors, and potato's farmers who have large scale of potato's farm can directly sell to district traders and central market. (3) Atlantic variety were distributed through Farmer's Group to Partner Company