31 research outputs found
Study of the Shipping Flow of the Pattumbukang Ferry Port, Selayar Islands Regency South Sulawesi
The Pattumbukang Ferry Port is one of the ferry ports in the Selayar Archipelago, South Sulawesi. This port is located in a small bay which results in several problems related to sedimentation and narrowing of the water area. To prevent silting due to existing sedimentation, it is necessary to carry out shipping channel planning and dredging the seabed to obtain the required depth. The purpose of this study was to determine the hydro-oceanographic conditions at the Pattumbukang Ferry Port which was then used as a source of information regarding the depth and planning of water levels for material for evaluating shipping lane planning and estimating dredging volumes. Data collection in this study was carried out directly at the location for 15 days. Observations were made to obtain data in the form of: bathymetry data, tides, and soil sediment samples. The existing data is then processed and analyzed in shipping channel planning using assistance software, like :ArcGIS, Civilian 3D, Mapsource and software other supporters. Based on the results of the survey and processed data that has been carried out in this study, it can be concluded that: The existing condition of the shipping channel at the Pattumbukang Ferry Port does not meet the criteria based on the largest ship size, namely 1000 GT. Therefore, a one-way route planning is carried out with two alternative choices of channels where each alternative has its own advantages and disadvantages and with an ideal depth of 5.528≈ 6
Dredging Analysis at Makassar New Port
Dredging is used to create new harbors, berths, or waterways, or to deepen existing facilities to allow vessels with heavy drafts to access them. The dredging analysis at Makassar New Port aims to calculate how much the dredging volume. With this data, research can be used as a source of reference and consideration for researchers and port authorities. The research method is descriptive, where the primary data is data obtained based on direct observation at the research location, while secondary data is data that is researched and collected by related parties. Then an analysis is carried out to calculate the volume of dredging at Makassar New Port. From the results of the analysis, it can be concluded that dredging was carried out with a dredge volume reaching 1,953,764.47 m3, with a processing time of 349 days
DESAIN DERMAGA MULTI PURPOSE TIPE DECK ON PILE DI PULAU SEMBILAN KABUPATEN SINJAI
Pelabuhan adalah tempat kapal singgah. Di pelabuhan ada banyak kegiatan yang dilakukan, seperti bongkar muat barang dan penumpang dari kapal. Pemanfaatan Pelabuhan Kambuno yang terletak di Pulau Kambuno, Kabupaten Sinjai sudah tidak efektif lagi. Pelabuhan kecil dan tidak bisa lagi melayani sejumlah kapal dan penumpang yang bertambah setiap hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merencanakan suatu dek pada tipe pelabuhan tiang pancang yang terletak di Kabupaten Sinjai. Analisis tersebut meliputi beban kerja, desain ketinggian air, dan dimensi pelabuhan.Data terdiri dari data primer dan sekunder. Setelah mendapatkan seluruh data yang dibutuhkan, akan dianalisis melalui beberapa tahap desain kapal, menyajikan data angin, menyajikan data topografi, menyajikan data batimetri, dan menyajikan data hidroboceanografi (gelombang pasang, arus gelombang, gelombang menghasilkan, merancang level air, dan periode pengembalian.Beban kerja terdiri dari beban hidup dan beban kematian. Berdasarkan analisis, total beban hidup adalah 33,37ton dan total beban kematian adalah 3,726,44 ton, di mana ketinggian air adalah 1,07 m. Dimensi pelabuhan panjangnya 68 m, dan lebar 8 m. Berdasarkan hasil analisis, dimensi pelat adalah 68m x 8m x 0,30 m, blok 0,50 mx 0,70 m, pile cap adalah 1,00 x 1,00 x 1,00 m, dan tiang dengan diameter 0,4572 m dan tebal 0,012
Analisis Waktu Bongkar Muat Petikemas Pada Alat Ship To Shore (STS) Crane Di Terminal Teluk Lamong
Every year the use of containers is increasing. The loading and unloading problem at the container terminal is often the object of review regarding its performance. This study analyzes the performance of the service system at the Teluk Lamong Terminal which emphasizes the Ship to Shore (STS) crane facility with the formulation of the problem of how the movement time of the STS tool Crane in handling container loading and unloading and whether the container loading and unloading service on the STS Crane is operating optimally. The purpose of this study was to determine the time of loading and unloading of containers and the performance of the Ship to Shore (STS) crane at Lamong Bay Terminal. This research uses a descriptive method. The data source used is primary data taken by observing, interviewing, and measuring directly the service time of the STS tool Crane with a duration of ± 1 hour. Secondary data is obtained by quoting documents from the relevant agencies such as data on the number of equipment facilities, the capacity of tools, age of tools, and layout of Teluk Lamong Terminal. The results of the analysis show that the performance of the Ship to Shore (STS) crane service time is quite good. This can be seen from the highest STS Crane service is STS 04D at loading process of 25 boxes/STS/hour, while theSTSservice Crane lowest STS 03I at 18 boxes/STS/hour loading process. Based on the data, it is concluded that the performance of the Ship to Shore (STS) crane service time can still be improved, so that the production capacity reaches a maximum.Setiap tahunnya penggunaan petikemas semakin meningkat. Masalah bongkar muat di terminal petikemas seringkali menjadi objek tinjauan berkaitan dengan kinerjanya. Studi ini menganalisa kinerja sistem pelayanan di Terminal Teluk Lamong yang ditekankan pada fasilitas Ship to shore (STS) crane dengan rumusan masalah bagaimana waktu pergerakan alat STS Crane dalam menangani bongkar muat petikemas dan apakah pelayanan bongkar muat petikemas pada alat STS Crane telah beroperasi secara maksimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui waktu bongkar muat petikemas dan kinerja alat Ship to shore (STS) crane di Terminal Teluk Lamong. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah data primer diambil dengan cara mengamati, mewawancarai, dan mengukur langsung waktu pelayanan alat STS Crane dengan durasi waktu ±1 jam. Data sekunder diperoleh dengan mengutip dokumen pada instansi yang bersangkutan seperti data jumlah fasilitas alat, kapasitas alat, umur alat, dan layout Terminal Teluk Lamong. Hasil analisis diketahui bahwa kinerja waktu pelayanan Ship to shore (STS) crane cukup baik. Hal ini dilihat dari pelayanan STS Crane tertinggi adalah STS 04D pada proses muat sebesar 25 box/STS/jam, sedangkan pelayanan STS Crane terendah adalah STS 03I pada proses muat 18 box/STS/jam. Berdasarkan data diperoleh kesimpulan bahwa kinerja waktu pelayanan Ship to shore (STS) crane masih dapat ditingkatkan lagi, sehingga kapasitas produksi mencapai maksimal
TINGKAT PEMANFAATAN DERMAGA TERMINAL PETI KEMAS: STUDI KASUS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN MAKASSAR
Pelabuhan Makassar termasuk di wilayah PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia IV yang berada di Sulawesi Selatan.Pelabuhan Makassar terletak di bagian barat Kota Makassar tepat berada di bibir pantai jalur Selat Makassar. Terminalpeti kemas Makassar adalah salah satu segmen usaha yang ditawarkan oleh PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero)kepada pengguna jasa kepelabuhanan khususnya jasa pelayanan peti kemas. Terminal peti kemas Makassardideklarasikan didalam upaya menangani kegiatan pelayanan peti kemas seiring dengan meningkatnya perkembangankontainerisasi melalui pelabuhan Makassar saat ini maupun yang akan datang. Penelitian ini dilakukan denganmengumpulkan data sekunder yaitu data kinerja pelayanan dermaga selama 1 tahun terakhir (tahun 2017). Penelitianini menggunakan metode berth occupancy ratio (BOR) dalam menentukan berapa persen tingkat pemakaian dermagaterminal peti kemas makassar. Realisasi dermaga berth occupancy ratio (BOR) terminal peti kemas pelabuhanMakassar pada tahun 2017 diperoleh sebesar 55,31%. Terdapat banyak variabel yang mempengaruhi nilai BORdiantaranya lama waktu tidak terpakai dalam bongkar muat yang memberikan efek signifikan terhadap besarnyatingkat pemanfaatan dermaga. Dalam hal ini dibagi menjadi berthing time, efektif time, idle time, dan not operationtime
ANALISIS KINERJA OPERASIONAL PERALATAN BONGKAR MUAT PETI KEMAS DI PELABUHAN MAKASSAR
Arus petikemas yang melalui Pelabuhan Makassar semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan bongkarmuat petikemas dari tahun ke tahun. Parameter yang berkaitan dengan tingkat kinerja operasional peralatan bongkarmuat adalah tingginya availability dan utilisasi pada setiap jenis peralatan yang digunakan. Tujuan penelitian iniadalah untuk mengetahui utilisasi (%) dan availability (%) alat bongkar muat di terminal petikemas Makassar. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa untuk availability alat masih sangat baik, hal ini ditunjukkan oleh nilai persentase alatdi atas 90%. Angka availability ditentukan oleh waktu untuk mengoperasikan alat (possible time) yang dipengaruhioleh waktu pemeliharaan alat (N.A.O Maint). Selain itu juga nilai waktu alat tidak beroperasi (down time) sebagaipenentu terhadap tingkat availability alat. Tingginya angka-angka kerusakan alat, gangguan dan menunggu sukucadang akan menurunkan kesiapan peralatan. Untuk utilisasi alat dengan nilai persentasi masih di bawah 50%. Halini disebabkan karena banyaknya waktu yang tersedia dalam sehari tapi tidak digunakan secara efektif untuk bekerja.Serta nilainya dipengaruhi oleh tingkat permintaan dari pasar dan banyaknya alat sejenis yang tersedia dalam kelasnya.Hubungan keduanya adalah nilai utilisasi mempunyai ketergantungan terhadap nilai availability
ANALISIS SISTEM PENANGANAN PETIKEMAS PADA CONTAINER YARD DI TERMINAL PETIKEMAS PELABUHAN MAKASSAR
Terminal Petikemas Makassar adalah salah satu inti segmen usaha yang ada di PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero), yang hanya khusus menangani kegiatan bongkar muat peti kemas. Jumlah arus peti kemas yang melalui Terminal Petikemas Makassar semakin meningkat setiap tahunnya. Lapangan penumpukan merupakan salah satu fasilitas utama Terminal Petikemas Makassar yang digunakan untuk menumpuk peti kemas dan mencegah resiko delay kapal yang mengakibatkan produksi bongkar muat menurun. Untuk itu, tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui sistem penanganan yang digunakan untuk mengatur penumpukan peti kemas, mengetahui permasalahan pada sistem penanganan peti kemas dan menganalisis kapasitas tersedia pada lapangan penumpukan serta menganalisis tingkat pemanfaatan lapangan penumpukan. Penelitian ini sebagai bahan acuan laporan bagi pihak pengelola terminal petikemas Makassar dalam mengetahui seberapa besar pengaruh sistem penanganan peti kemas terhadap bongkar muat peti kemas di lapangan penumpukan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis data, dari data primer dan data sekunder. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu analisis kapasitas lapangan penumpukan, analisis sistem penanganan lapangan penumpukan, analisis metode regresi linear menggunakan Microsoft excel dan analisis tingkat pemanfaatan lapangan penumpukan. Dari penelitian ini diketahui luas lapangan penumpukan sebesar 144.488,26 m2, rata-rata lama penumpukan 2,3 hari, dan kapasitas lapangan penumpukan adalah 2.052.361,5 teus/tahun, dan sistem penanganan yang digunakan adalah sistem Rubber Tyred Gantry. Pada analisis tahun 2019, nilai YOR di Terminal Petikemas Makassar hanya berada diangka 32% yang dimana Standar Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan Direktur Jendral Perhubungan Laut yang telah ditetapkan sebesar 65%, sehingga di tahun 2019 tingkat pemanfaatan lapangan penumpukan masih rendah. Sedangkan untuk proyeksi 10 tahun kedepan yaitu tahun 2028 nilai YOR menunjukkan persentase sebesar 41% yang tidak lama lagi akan mencapai standar yang telah ditetapkan
STUDI LABORATORIUM DISIPASI DAN REFLEKSI GELOMBANG PADA SUSUNAN PIPA SEBAGAI PEMECAH GELOMBANG
Penelitian ini dilakukan dalam skala laboratorium. Pengamatan dilakukan terhadap refleksi gelombang dan disipasigelombang yang terjadi pada model. Model peredam gelombang berupa susunan pipa yang divariasikan dengan tigakekasaran. Variabel yang diamati dan dianalisis adalah tinggi gelombang datang (Hi), tinggi gelombang refleksi(Hr), tinggi gelombang transmisi (Ht), panjang gelombang (L), koefisien refleksi (Kr), koefisien transmisi (Kt), dankoefisien disipasi gelombang (Kd). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa nilai koefisien refleksi (Kr) semakinmembesar dengan meningkatnya kecuraman gelombang (Hi/L) dan meningkatnya tinggi gelombang datang, tetapinilai koefisien disipasi semakin mengecil. Juga semakin besar kekasaran dinding pipa maka koefisien refleksi (Kr)dan koefisien disipasi (Kd) semakin besar
PREDIKSI PASANG SURUT DI PULAU SATANGNGA KAB. TAKALAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ADMIRALTY
Indonesia adalah negara kepulauan dengan sebagian besar wilayahnya memiliki potensi besar dalam sumber daya alamnya. Untuk mendukung transportasi khususnya untuk transportasi laut, sangat penting untuk mengetahui naik turunnya pergerakan air di permukaan. Perhitungan komponen dapat ditentukan menggunakan Admiralty, yang dalam perhitungan pasang surutnya (amplitudo dan fase) dilakukan secara bertahap menggunakan tabel untuk pengamatan panjang 15 piantan dan 29 piantan. Pengamatan pasang surut digunakan untuk praktis dan ilmiah untuk mempelajari tentang fenomena air yang memiliki efek bagi masyarakat. Pengamatan pasut adalah untuk mengetahui prediksi pasut di Pulau Satangnga. Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang prediksi pasang surut di Satangnga yang dapat digunakan sebagai referensi pengembangan. Metodologi penelitian ini terdiri dari lokasi penelitian di Pulau Satangnga, Data Dasar, Data Pasang Surut selama 15 hari, prediksi pasang surut menggunakan metode Admiralty, Skema Penelitian Umum, dan Skema Admiralty. Dari hasil analisis pasut menggunakan metode Admiralty, diketahui bahwa konstanta harmonik untuk setiap komponen pasut (M2, S2, N2, K1, O1, M4, MS4, K2, dan P1) masing-masing dengan amplitudo (A): 14, 9, 4, 28, 29, 1, 0, 3 dan 9, sedangkan pada fase pasang surut (g0): 214, 357, 284, 318, 235, 62, 203, 357 dan 318. Hasil metode analisis pasut Admiralty diperoleh pada nilai 2,4 cm Formzahl yang menunjukkan jenis pasang surut di Pulau Satangga adalah campuran yang berlaku diurnal. Sementara itu, berdasarkan analisis untuk Level Air Tinggi Tertinggi (HHWL) dan Level Air Rendah (LWL), diperoleh rentang pasang surut 197 cm. Hasil untuk prediksi pasut adalah menggunakan Mean Sea Data (S0) dan konstanta harmonik menjadi elevasi pasut dalam fungsi waktu
ANALISIS OPERASIONAL HAULAGE HEAD TRUCK DI MAKASSAR NEW PORT
Pelabuhan Makassar New Port (MNP) merupakan Pelabuhan yang dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero. PT Pelabuhan Indonesia IV membangun pelabuhan terbesar di Indonesia timur guna meningkatkan ekspor dan pemerataan di kawasan timur Indonesia. Dalam pengelolahannya sering terjadi masalah kinerja sistem pelayanan terhadap permintaan kedatangan peti kemas yang harus dilayani persatuan waktu. Pertanyaan ini memunculkan bagaimana waktu pergerakan peralatan bongkar muat di Terminal Peti Kemas Makassar dari dermaga sampai lapangan penumpukan, khususnya peralatan head truck (HT). Sehingga dapat diketahui kinerja dari peralatan head truck. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan analisis waktu pergerakan peralatan bongkar muat di pelabuhan Makassar New Port, titik berat studi ini ditekankan pada analisis waktu pergerakan bongkar muat dari dermaga sampai lapangan penumpukan, khususnya peralatan head truck (HT) dengan menentukan nilai effectife time, idle time dan nilai kecepatan head truck. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa nilai rata rata idle time dalam proses bongkar peti kemas yang tertinggi terjadi pada head truck 08 sedangkan untuk 2 container crane yang bekerja pada proses bongkar terjadi pada head truck 20. Pada proses muat peti kemas yang tertinggi terjadi pada Head Truck 11, dimana disebabkan oleh adanya delivery atau pengambilan barang oleh pemilik dan penyusunan peti kemas diatas kapal yang lama sehingga memperlambat dalam proses bongkar muat peti kemas