5 research outputs found
Respon Fisik Dan Psikologi Wanita Dengan Kanker Serviks Yang Telah Mendapat Kemoterapi Di Rsud Dr Moewardi Surakarta
Kanker serviks merupakan penyakit ginekologi yang menimbulkan kematian terbanyak terutama di Negara berkembang. Alternatif pengobatan utama pada kanker serviks adalah kemoterapi. Kemoterapi memiliki dampak dalam berbagai bidang kehidupan antara lain dampak terhadap
fisik dan psikologis berupa tekanan psikososial yang luar biasa yang dirasakan oleh sebagian besar wanita setelah didiagnosis dan selama menjalani pengobatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran terkait dengan respon fisik dan psikologis pada penderita kanker serviks dengan kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode: rancangan penelitian menggunakan pendekatan fenomenologi. Jumlah partisipan sebanyak 8 wanita yang terdiagnosis kanker serviks stadium IIB sampai IV A dengan kemoterapi
minimal 2 kali. Metode pengumpulan data menggunakan teknik wawancara menggunakan structure interview, observasi, catatan lapangan (field note), alat perekam dan juga kamera. Hasil penelitian berupa respon fisik meliputi mual dan muntah, konstipasi, alopecia, penurunan berat badan,
neuropati perifer, kelelahan (fatigue), penurunan nafsu makan, toksisitas kulit (perubahan warna vena), nyeri dan perubahan rasa. Sedangkan respon psikologis yang ditemukan meliputi kecemasan, berjuang untuk menjadi normal, harga diri (self esteem) negatif, kesedihan dan kepasrahan.
Kesimpulan: kemoterapi memiliki efek yang nyata terhadap fisik dan psikologis pasien
Perbedaan Kadar Gula Darah Setelah Terapi Bekam Basah Dan Pijat Refleksi Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Karangmalang Sragen
Diabetes mellitus is one of the non-communicable diseases that occur on a person because an increase blood glucose levels as a result of progressive insulin secretion because decreased insulin resistance. Many non-pharmacological therapy have been found to help reduce and control blood glucose levels, such as wet cupping therapy and reflexology. Wet cupping therapy can increase blood circulation in the pancreas and in the muscles so that increased insulin receptor sensitivity and glucose levels is decreased, whereas reflexology is able to provide stimulus that is capable to make blood circulate smoothly through the body. This research aimed to determin of the differences in blood glucose after wet cupping therapy and reflexology. This research method used pre-experimental design with two group pre-post design. Total sample in this study was 60 respondents, divided into 2 groups with 30 persons for wet cupping therapy and 30 persons for reflexology. The sampling method used accidental sampling. Data analysis techniques using paired sample t-test to find out blood sugar before and after theraphy in both groups, whereas difference test between wet cupping therapy and reflexology use independent sample t-test. From the result of test paired sample t-test showed that p-value 0.001 in both groups H0 was rejected, there are differences in blood glucose levels before and after wet cupping therapy and reflexology. From the result of independent sample t-test showed that p-value 0,046 and mean difference in both groups were -21.457, so H0 was rejected, there are differences in blood sugar levels after wet cupping therapy and after reflexology, and wet cupping therapy more effective than reflexology in reducing blood sugar levels
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Makanan Pendamping Asi Pada Bayi Di Desa Jetak Kecamatan Sidoharjo Sragen
Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) kurang dari 6 bulan dapat menimbulkan risiko diare, dehidrasi, produksi ASI menurun dan alergi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI pada bayi. Jenis penelitian adalah survei observasional menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Populasi penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi berumur 1-6 bulan di Desa Jetak, Kecamatan Sidoharjo, Sragen, yaitu 62 ibu. Penelitian ini menggunakan rumus besaran sampel sebanyak 43 ibu dengan teknik pengambilan sampel proporsional random sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner tingkat pengetahuan ibu, status pekerjaan ibu dan dukungan keluarga. Penelitian ini menggunakan uji kolmogorov smirnov untuk menganalisis tingkat pengetahuan ibu dan uji fisher’s exact untuk menganalisis faktor status pekerjaan dan dukungan keluarga. Hasil penelitian menunjukkan lebih banyak responden memiliki pengetahuan cukup 30 orang (69,8%), 29 orang (67,4%) responden bekerja dan 39 orang (90,7%) mendapat dukungan keluarga untuk memberikan MP-ASI. Kesimpulan dari penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu (p= 0,02 ≤ α= 1,521) dan dukungan keluarga (p= 0,0001 ≤ α= 0,05) dengan pemberian MP-ASI pada bayi. Sedangkan status pekerjaan ibu (p= 0,296 > α= 0,05) tidak ada hubungan yang signifikan dengan pemberian MP-ASI pada bayi
PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PARTISIPASI PERIKSA PAP SMEAR ANTARA PERAWAT DENGAN MASYARAKAT DI KABUPATEN SUKOHARJO
Saat ini, penyakit kanker rahim masih menjadi penyakit yang tinggi di Indonesia. Tingginya kasus penyakit ini disebabkan masih terbatasnya akses screening dan pengobatan, kurangnya informasi, partisipasi, dan pengetahuan masyarakat dapat mengakibatkan prevalensi penyakit kanker terus meningkat setiap tahunnya. Hasil studi pendahuluan menggambarkan masih banyak perawat maupun
masyarakat belum ikut berpartisipasi dalam periksa pap smear, dimana pengetahuan yang masih terbatas pada ibu di masyarakat, sementara pada perawat masih belum berminat untuk periksa pap smear. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan partisipasi periksa pap smear antara perawat dengan masyarakat di Kabupaten Sukoharjo. Penelitian menggunakan pendekatan
Observational Analytic Comparative dengan rancangan cross sectional. Sampel adalah 108 perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo dan 108 masyarakat yang semuanya adalah wanita usia subur yang sudah menikah, pengambilan sampel
di RS menggunakan total sampling dan di masyarakat dengan multistage sampling. Data penelitian diperoleh dari kuesioener pengetahuan dan data partisipasi periksa pap smear. Alat analisis menggunakan uji Mann Whitney U-test. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan perawat banyak yang baik yaitu 56 responden (51,9%), sedangkan pengetahuan dari masyarakat masih kurang yaitu 47 responden (43,5%).
Partisipasi periksa pap smear baik perawat maupun masyarakat masih banyak yang belum periksa yaitu 62 responden perawat (57,4%) dan 84 responden masyarakat
(77,8%). Hasil uji analisis data pengetahuan perawat dengan masyarakat diperoleh rata-rata perawat sebesar 14,50 sedangkan masyarakat sebesar 11,50. Hasil uji diperoleh nilai Z skor = -6,527 p = 0,001, artinya pengetahuan perawat tentang pemeriksaan pap smear lebih baik daripada masyarakat. Hasil uji partisipasi perawat dengan masyarakat diperoleh nilai Z skor = -3,704 p= 0,002, kesimpulannya adalah partisipasi perawat dalam periksa pap smear lebih baik daripada masyarakat. Saran: diharapkan perawat dapat menjalankan perannya secara optimal sebagai role model
dimana dapat dijadikan panutan bagi masyarakat untuk hidup sehat, misalnya berpartisipasi periksa pap smear secara rutin