8 research outputs found
PENENTUAN UMUR PROTOKORM ANGGREK Phalaenopsis amabilis TERBAIK SEBAGAI INOKULUM DALAM TRANSFORMASI GENETIK DENGAN MEDIATOR Agrobacterium tumefaciens
Penentuan umur protokorm sebagai inokulum merupakan faktor yang penting dalam keberhasilan transformasi dan
regenerasi transforman. Dalam penelitian ini telah dilakukan transformasi gen pada protokorm anggrek Phalaenopsis amabilis umur 1
minggu, 2 minggu, 3 minggu dan 4 minggu setelah penaburan biji. Transformasi dilakukan dengan menggunakan Agrobacterium
tumefaciens strain LBA4404 yang membawa vector pBI121 dengan T-DNA pembawa gen resisten terhadap kanamisin dan gen GFP
dikontrol dengan promoter konstitutif 35S. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulum protokorm umur 3 minggu memberikan hasil
efisiensi transformasi paling tinggi yaitu 15,079%. Dengan demikian protokorm umur 3 minggu setelah penaburan merupakan inokulum
terbaik yang dapat digunakan dalam transformasi genetik pada Anggrek Phalaenopsis amabilis..
Kata Kunci: protokorm, Phalaenopsis amabilis, inokulum, transformasi genetik, Agrobacterium tumefaciens
PENENTUAN UMUR PROTOKORM ANGGREK Phalaenopsis amabilis TERBAIK SEBAGAI INOKULUM DALAM TRANSFORMASI GENETIK DENGAN MEDIATOR Agrobacterium tumefaciens
ABSTRAK Â Penentuan umur protokorm sebagai inokulum merupakan faktor yang penting dalam keberhasilan transformasi dan regenerasi transforman. Dalam penelitian ini telah dilakukan transformasi gen pada protokorm anggrek Phalaenopsis amabilis umur 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu dan 4 minggu setelah penaburan biji. Transformasi dilakukan dengan menggunakan Agrobacterium tumefaciens strain LBA4404 yang membawa vector pBI121 dengan T-DNA pembawa gen resisten terhadap kanamisin dan gen GFP dikontrol dengan promoter konstitutif 35S. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulum protokorm umur 3 minggu memberikan hasil efisiensi transformasi paling tinggi yaitu 15,079%. Dengan demikian protokorm umur 3 minggu setelah penaburan merupakan inokulum terbaik yang dapat digunakan dalam transformasi genetik pada Anggrek Phalaenopsis amabilis.. Â Kata Kunci: protokorm, Phalaenopsis amabilis, inokulum, transformasi genetik, Agrobacterium tumefaciens
Penambahan Ekstrak Pegagan (Centella asiatica) Sebagai Anti kontaminan pada Medium In Vitro Alternatif Perkecambahan Anggrek Dendrobium macrophyllum A. Rich
Kondisi aseptis mutlak diperlukan dalam kultur jaringan tumbuhan. Salah satu strategi untuk meminimalisasi terjadinya kontaminasi adalah dengan menambahkan senyawa antifungi dan antibakteri. Centella asiatica atau pegagan dikenal sebagai salah satu tanaman yang mengandung senyawa yang bersifat antimikrobia dan antifungi, sebagai antioksidan dan antikanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak pegagan yang berpotensi sebagai antikontaminan pada perkecambahan anggrek Dendrobium macrophyllum dalam medium alternatif pupuk daun dan penambahan ekstrak ragi. Penelitian ini menggunakan biji anggrek umur 4 bulan yang ditanam dalam medium VW dan pupuk daun dengan penambahan variasi bahan organik berupa ekstrak ragi dan ekstrak pegagan. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa komposisi Media pupuk daun 1,5 g/l, ekstrak ragi 1,25 g/l, dan ekstrak daun pegagan 5 % merupakan media optimal untuk perkecambahan biji anggrek Dendrobium macrophyllum karena dapat bertahan aseptis, memiliki waktu inisiasi biji berkecambah tercepat, jumlah prosentase perkecambahan terbanyak dan warna protocorm hijau segar.
Aseptic conditions of explants is absolutely necessary in plant tissue culture. One of strategies to minimize contamination is adding antimicrobial compounds. Centella asiatica is known as one of the plants containing compounds with antioxidant, anticancer, antibacterial and antifungal properties. This study aimed to determinate the effect of C. asiatica extracts as an anti-contaminant on orchid germination medium. Four months old orchid seeds were planted in medium foliar fertilizer and yeast extract supplemented by C. asiatica extract with various concentration and medium VW as a control. The results showed that the optimum media for orchid seeds germination consisted of 1,5 g/l of foliar fertilizer, 1,25 g/l of yeast extract, 5% of C. asiatica extract based on germination time, the number of protocorm and the fresh green colour of protocorm as compared with other treatments
RANCANG BANGUN INSTRUMEN URINE ANALYZER SYSTEM BERBASIS RESISTANSI BAGI ANALISIS GANGGUAN FUNGSI GINJAL
Penyakit gagal ginjal kronik merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel yang berasal dari berbagai penyebab penyakit. Penyakit gagal ginjal kronik di Indonesia memiliki angka prevalensi yang sangat tinggi. Monitoring fungsi ginjal secara teratur penting untuk pencegahan dan deteksi dini penyakit gagal ginjal kronik. Monitoring fungsi ginjal dapat dilakukan dengan metode urinalisis. Metode urinalisis yang umum digunakan saat ini adalah metode urinalisis secara kimiawi dan biologi. Penggunaan sensor sebagai instrument analisis urin untuk mendeteksi kesehatan ginjal memiliki potensi besar untuk diteliti dan dikembangkan mengingat keterbatasan-keterbatasan metode urinalisis secara kimiawi dan biologi yang ada saat ini, oleh karenanya penelitian ini difokuskan pada design atau rancang bangun sensor pembagi tegangan berbasis resitansi serta kajian sensitifitas dan presisi sensor. Secara garis besar penelitian rancang bangun instrumen urine analyzer system berbasis resistansi bagi keperluan analisis gangguan fungsi ginjal dilakukan dalam dua tahapan yakni tahap pembuatan sensor dan uji karakteristik sensor. Uji karakteristik sensor yang dilakukan berupa uji karakteristik statis yang meliputi fungsi transfer besarta faktor korelasinya, sensitifitas, akurasi, dan presisi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa fungsi transfer dari sensor yang telah dibuat adalah eksponensial dengan faktor korelasi (r) sebesar -0,942. Uji sensitifitas sensor menunjukan bahwa sensor memiliki sensitifitas sebesar -2,58 x 10-7 V/Ω dengan kategori baik, sedangkan uji presisi sensor menunjukan angka presisi 92,01%
ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KANDUNGAN SENYAWA KIMIA JALU MAMPANG (Monstera sp) DALAM POTENSINYA SEBAGAI OBAT OSTEOARTITIS (REMATIK TULANG)
Osteoartitis atau lebih dikenal dengan istilah rematik adalah suatu penyakit
yang menyerang persendian. Persendian yang terdiri dari tulang rawan mengalami
penghambatan perkembangan serta kerusakan berkaitan dengan penambahan usia
terutama terjadi pada sendi – sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban
seperti pada pinggul dan lutut. Penyakit ini banyak dialami oleh masyarakat di
Indonesia, terutama pada usia lanjut, tetapi tidak menutup kemungkinan dijumpai
pula pada usia – usia produktif yang disebabkan oleh obesitas dan kurangnya
aktivitas berolah raga. Pengobatan secara medis pada pasien stadium awal dilakukan
dengan pemberian suntikan senyawa tertentu untuk menambah cairan sinofium yang
berfungsi sebagai pelumas pada persendian. Cairan ini cukup mahal untuk setiap
cure nya, padahal biasanya diperlukan lebih dari satu kali suntikan. Osteoartitis
diklaim belum memiliki obat spesifik untuk dapat mengembalikan perkembangan
optimal tulang rawan, sehingga ketergantungan pasien penderita pada suntikan
senyawa yang berisi cairan asam herononik mutlak terjadi. Tingginya biaya yang
harus dikeluarkan dalam perawatan pasien osteoartitis ini mendorong dilakukannya kajian – kajian secara etnobotani kearifan lokal untuk mencari obat herbal alternatif
dalam mengatasi penyakit osteoartitis. Kajian Etnobotani ini memungkinkan
dilakukan di Indonesia, dimana Indonesia merupakan Negara terkenal dengan
megabiodiversitinya. Dalam keanekaragaman tersebut diperkirakan 1300 jenis
tumbuhan berkhasiat sebagai obat (Zuhud, dkk., 1994). Yogyakarta merupakan salah
satu Propinsi di Indonesia yang sebagian masyarakatnya bepegang pada nilai –nilai
tradisi. Tradisi yang meliputi semua bidang kehidupan mulai dari kemasyarakatan,
sosial, spiritual dan tak terkecuali di bidang pengobatan. Pengobatan yang berdasar
pada pengalaman masa lalu dan warisan nenek moyang masih digunakan sebagai
solusi utama dalam pengobatan. Salah satu cara pengobatan osteoartitis dilakukan
secara alami dengan menggunakan tumbuhan tertentu yang hidup di daerah
sekitarnya. kelompok masyarakat yang masih konsisten menggunakan pengobatan
dengan cara ini adalah masyarakat yang tinggal di daerah Kabupaten Bantul,
kecamatan Banguntapan, desa Batu retno dusun pelem lor
Budidaya Jahe Merah (Zingiber officinale var rubrum) secara Aeroponik
Kebutuhan bibit jahe merah (Zingiber officinale R.) sehat di tengah tingginya resiko hama tanah
dan minimnya lahan pertanian menjadikan aeroponik sebagai solusi sistem budidaya yang efisien.
Tanaman Jahe termasuk kedalam tanaman rimpang –rimpangan, belum banyak dibudidayakan dengan
sistem aeroponik karena desain yang ada pada umumnya dianggap belum mendukung ruang
pertumbuhan rimpang dan tunas baru yang muncul. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui desain kompartemen, nutrisi dan pertumbuhan bibit jahe merah yang dibudidayakan
dengan sistem aeroponik. Penelitian dilakukan selama 3 bulan, perlakuan penanaman pada
kompartemen yang berbeda desain, nutrisi dengan tambahan kandungan Nitrogen tinggi dan
dilakukan penyemprotan selama 24 jam/hari dan nutrisi diganti setiap minggunya. Parameter
pertumbuhan yang diamati antara lain panjang batang, panjang daun, jumlah akar baru, jumlah tunas
dan nilai EC (Elctrical Conductivity). Hasil dari pengamatan terhadap sistem aeroponik desain 1,
desain 2 dan konvensional menunjukkan terdapat perbedaan hasil pengukuran parameter pertumbuhan
yaitu ; panjang batang, rata-rata jumlah tunas individu, rata-rata jumlah akar baru per individu, dan
selisih rata-rata jumlah daun per individu. Jahe merah yang ditanam dengan sistem aeroponik dengan
desain 2 memiliki nilai pertumbuhan lebih baik dibandingkan konvensional dan desain kompartemen
1 .
Kata Kunci : Sistem Aeroponik, Jahe merah Zingiber officinale R.), pertumbuha