7 research outputs found
Survival Etnik : Kuasa Kosmologi Dan Posisi Etnik Kajang Ammatoa Dalam Pembangunan
Sikap yang cenderung ajek terhadap nilai dasar memunculkan tantangan tersendiri, terlebih ketika bersentuhan dengan suatu kondisi yang benarbenar baru, yaitu modernitas. Tak terkecuali beberapa etnik di dunia seperti etnik Amish di Amerika-Serikat dengan mempertahankan sistem penghidupannya berdasarkan sistem kepercayaannya. Di Indonesia terdapat komunitas Adat Ammatoa Kajang, di Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan yang masih mempertahankan budaya leluhurnya. Etnik Kajang berhadapan dengan gempuran politik pembangunan baik berupa regulasi maupun kebijakan yang mau tidak mau mendorong reformasi. Dasar persoalan ini dijadikan alat analisis untuk melihat bagaimana posisi etnik Kajang Ammatoa dalam membangun desa, serta bagaimana idealisme dan keberlangsungan (survival) etnik Kajang Ammatoa dalam arus pembangunan?Tulisan ini menggunakan kerangka teori W.F Wertheim, yaknitransisi perubahan masyarakat dan Teori Arturo Escobar mengenai pascapembangunan. Tesis tersebut menunjukkan suatu gejala bahwa posisi etnik dalam arus modernitas berada pada araskontrapunk sebagai keberterimaan sekaligus penolakan (resisten)sebagai strategi surviveterhadap perubahan sosial (modernitas). Sementara, posisi etnik Kajang dalam modernitas berada pada posisi subjek dan objek pembangunan. Kondisi ini membuat etnik ini berada dalam tekanan
SOSIOLOGI ISLAM : REFLEKSI ATAS KEBERAGAMAAN UMAT ISLAM DI INDONESIA ANTARA DOGMA, AJARAN, DAN REALITAS
Sosiologi islam adalah disiplin keilmuan yang membekukan kajiannya di ranah kelompok masyarakat islam. Sosiologi islam berupaya memotret kelompok masyarakat Islam yang memiliki sistem budaya kemasyarakatan yang terbangun atas sistem nilai, keyakinan, historis, dan moralitas sendiri. Sosiologi islam merefleksikan sikap keberagamaan umat islam di Indonesia yang menunjukkan pola hubungan tiga fase historis dan simbolis dapat disimpulkan menjadi empat hal yakni ketegangan perumusan dasar negara, ketegangan ideologis, kediktatoran negara, dominasi mayoritas. Pola hubungan yang terbentuk menunjukkan bias dari objektivitas dogma agama isla
Measuring Achievement of Sustainable Development Goals in Rural Area: A Case Study of Sukamantri Village in Bogor District, West Java, Indonesia
Desa adalah arena pembangunan berkelanjutan dimana terjadinya interaksi ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, dan politik. Desa memiliki arti strategis untuk keberhasilan pencapaian 17 indikator Sustainable Development Goals (SDGs). Tetapi desa memiliki keterbatasan dalam menyediakan data dan indikator untuk mengukur pencapaian SDGs berbasis Rukun Warga (RW). Penelitian ini bertujuan menyediakan Data Desa Presisi (DDP) dan memanfaatkannya untuk mengukur serta menganalisis indikator pencapaian 16 dari 17 SDGs desa. Satu SDGs ke-14, yaitu ekosistem laut tidak diukur, karena lokasi penelitian merupakan desa teresterial dengan ketinggian 423-902 m dpl. Penggunaan DDP di lokasi penelitian dengan metode normalisasi dan agregasi berdasarkan rata-rata aritmetika, menjadikan penelitian ini berhasil menghitung skor masing-masing SDGs desa. Kemudian hasil analisis DDP dan SDGs desa dikombinasikan dengan pemetaan spasial. Hasil penelitian menunjukkan SDGs Desa Sukamantri secara kumulatif mencapai hasil cukup baik. Sebanyak 3 SDGs tergolong sangat baik, 4 SDGs tergolong baik, 3 SDGs tergolong cukup baik, 5 SDGs yang kurang, dan 2 SDGs sangat kurang. Mengacu perhitungan indeks SDGs Desa Sukamantri, pilar lingkungan memiliki skor yang paling tinggi dan secara rata-rata terkategori sangat baik. Tetapi pilar sosial dan ekonomi termasuk kategori kurang, pilar hukum dan tatakelola tergolong kategori sangat kurang. Artinya pembangunan berkelanjutan di Desa Sukamantri belum tercapai. Kekayaan alam yang ada di Desa Sukamantri belum terkelola untuk mencapai pemenuhan hak dasar manusia yang berkualitas secara adil dan setara, bagi kesejahteran warga desa dan terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkualitas.A village is an arena for sustainable development where economic, social, cultural, environmental and political interactions occur. It has a strategic meaning for the successful achievement of the 17 indicators of Sustainable Development Goals (SDGs). However, villages have limitations in providing data and indicators to measure the achievement of SDGs based on RW. The aims of this study are to provide Precision Village Data (DDP) and use it to measure and analyze the achievement indicators of 16 out of 17 village SDGs. One of SDGs 14, namely the marine ecosystem is not measured because the research location is a terrestrial village with an altitude of 423-902 m ASL. The use of DDP in the research location with normalization and aggregation methods based on arithmetic averages made this study successful in calculating the scores of each village SDGs. Then the results of the analysis of the village DDP and SDGs were combined with spatial mapping. The results showed that the SDGs in Sukamantri Village cumulatively achieved quite good results. A total of 3 SDGs was classified as very good, 4 SDGs were classified as good, 3 SDGs were classified as good enough, 5 SDGs were lacking, and 2 SDGs were poorest. Referring to the SDGs index calculation for Sukamantri Village, the environmental pillar has the highest score and is on average very good. However, the social and economic pillars are in the poor category, the law and governance pillars are in the poorest category. This means that sustainable development in Sukamantri Village has not been achieved. The natural wealth in Sukamantri Village has not been managed to achieve the fulfillment of basic human rights that are of a just and equal quality, for the well-being of the villagers and the realization of inclusive and quality economic growth
The Paradox of Recognition Principles in Village Law in Ammatoa Kajang Indigenous Community
The Village Law has stipulated thirteen principles. One of the principles is recognition. The principle of recognition is a turning point in the reformation of the customary law of in Indonesia. The previous studies have founded recognition of the management and use of communal forest. This research focuses on the paradox of recognition of the administration of indigenous government. The implementation of Village Law has replaced the regional autonomy law: from decentralization – residual to recognition – subsidiarity. The inclusion of the principle of recognition – subsidiarity in the village law was implications for changes in the regulation of social order and governance. This research based on constructivism paradigm and qualitative method, with in depth interviews, purposive sampling, observations, and historical archivings. We had analyzed social construction of recognition to indigenous communities in ruling their government. The results indicate that the social construction of recognition in the political aspects of laws and regulations has not been able to meet the needs of indigenous peoples to arrange their government. This study questions regional approach to support the frameworks of desa adat
Ketimpangan Struktur Sosial di Masyarakat Kajang (Studi Kasus Perkebunan Karet di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba). Jurusan Sosiologi. Fakultas ilmu Sosial. Universitas Negeri Makassar. dibimbing oleh Dr. Firdaus W. Suhaeb, dan M. Ridwan Said Ahmad, M. Si.
ABSTRAK
Sampean, 2014. Ketimpangan Struktur Sosial di Masyarakat Kajang (Studi Kasus Perkebunan Karet di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba). Jurusan Sosiologi. Fakultas ilmu Sosial. Universitas Negeri Makassar. dibimbing oleh Dr. Firdaus W. Suhaeb, dan M. Ridwan Said Ahmad, M. Si.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dampak konflik agraria dan pola ketimpangan struktur sosial di masyarakat Kajang sebagai implikasi dari keberadaan PT PP Lonsum yang mengelola Perkebunan karet di kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian yaitu di Perkebunan karet Kecamatan Kajang. Penentuan informan dalam penelitian yaitu menggunakan teknik purposive sampling dan jumlah informan 16 orang dengan kriteria memiliki wawasan terhadap objek teliti, pelaku Sengketa Tanah, pemangku Kebijakan, pekerjaan umur dan tempat tinggal. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak konflik agraria di masyarakat Kajang mengakibatkan Petani kehilangan akses tanahnya, dominasi terhadap masyarakat, kemiskinan struktural, Pengerusan Nilai-nilai kearifan lokal, dan Polarisasi dalam masyarakat. Sedangkan Pola ketimpangan struktur yang terjadi dalam masyarakat Kajang adalah membentuk pelapisan sosial atau diferensiasi dalam masyarakat antara pemilik modal dan masyarakat petani dan mengubah sistem kepemilikan tanah. Pola kepemilikan tersebut menjadi Kepemilikan adat, kepemilikan rumah tangga dan Kepemilikan kapitalistik dilihat dari sosio-teknis agraris
Leadership Communication Strategy in the Disruptive Era: Building Adaptive and Innovative Organizational Performance
This study discusses leadership communication strategies in the era of disruption to build adaptive and innovative organizational performance. Organizations are affected by the era of disruption which requires adaptive and innovative leaders. Therefore, effective leadership communication is very important to create a work environment that is responsive to situations that are Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity (VUCA). This study uses a qualitative method with a case study approach and interviews to collect data from several organizations operating in the era of disruption. The results of the study show that effective leadership communication strategies in the era of disruption consist of three dimensions, namely leadership development strategies, organizational culture development strategies, and organizational relationship strengthening strategies. In addition, leaders must also pay attention to important factors such as trust, loyalty, and transparency in their communications. The implication of this research is that organizational leaders need to understand the importance of an effective leadership communication strategy to build adaptive and innovative organizational performance in an era of disruption
Demokrasi dan mahkota politik
Buku ini memotret isu-isu penting dan dinamika politik Indonesia dalam kurun waktu tiga tahun, yaitu pada tahun 2014, 2015, dan 2016. Oleh karena itu, membaca buku ini akan membantu pembaca untuk melihat bagaimana dinamika politik pada akhir kepemimpinan Susilo Bambang Yudoyono (SBY) serta proses transisi kepemimpinan dan kemudian konsolidasi politik yang dilakukan pada awal-awal kekuasaan Joko Widodo (Jokowi) sebagai orang nomor satu di republik ini. Buku ini hadir untuk merekam isu-isu penting dan dinamika tersebut