234 research outputs found
Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Densitas Mineral Tulang pada Perempuan Dewasa Muda (Association Between Body Mass Index And Bone Mineral Density In Young Adult Female )
Background: Body Mass Index (BMI) is a good indicator for measurement of Bone Mineral Density (BMD), so it is often used to predict BMD. Objective: To assess the association between BMI and status of BMD among 242 young adult female who were 25-35 years of age and who underwent quantitative ultrasound bone densitometry (QUS) scan. Method: We used data from the study on “Determinants of Risk Factors for Osteoporosis at three provinces in Indonesia” that was undertaken by the Center for Research and Development in Nutrition and Food, 2007. Design of the study was cross-sectional study. The dependent variable was BMD; the independent variable was BMI; and the confounding variables were: acceptors of hormonal contraception, physical exercises, calcium intake, ratio of Ca: P intake, consumptions of supplements, sources of phytoestrogen, fruits and vegetables. Result: Ca intake < 500 mg/day had a risk twice to low BMD than adequate Ca intake, the association was statistically significant (p<0.05). There are no association between BMI and BMD (p>0,05). Other variables as hormonal contraception, physical exercise, protein intake, Ca: P ratio intake, consumption of supplements source of phytoestrogen, fruits and vegetables have no association with BMD. Conclusion: There are no significant association between BMI and BMD. Calcium intake was the only risk factor for low BMD
HUBUNGAN SKOR KUALITAS MAKANAN DENGAN KOMPONEN SINDROM METABOLIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RSP. UNIVERSITAS HASANUDDIN DAN RS. IBNU SINA MAKASSAR TAHUN 2013
Sindroma metabolik merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan morbiditas dan mortalitas yang bermakna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan skor kualitas makanan dengan komponen sindrom metabolik pada pasien rawat jalan di RSP Universitas Hasanuddin dan RS. Ibnu Sina Makassar Tahun 2013. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional-analitik dengan desain cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik accidental sampling dengan jumlah sampel 118 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan pengambilan data sekunder dan data primer. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor kualitas makanan memiliki hubungan yang signifikan dengan kadar High Density Lipoprotein (HDL) (P=0,033), tidak terdapat hubungan yang signifikan antara skor kualitas makanan dengan kadar glukosa darah puasa (p=0,902), terdapat hubungan yang signifikan antara skor kualitas makanan dengan kadar trigliserida (p=0,018), terdapat hubungan signifikan antara skor kualitas makanan dengan hipertensi (p=0,044), tidak terdapat hubungan yang signifikan antara skor kualitas makanan dengan lingkar pinggang (p=0,861). Terdapat hubungan signifikan antara skor kualitas makanan dengan kejadian sindrom metabolik (p=0,000). Komponen sindrom metabolik yang paling banyak menyebabkan kejadian sindrom metabolik adalah kadar High Density Lipoprotein (HDL) rendah (86,0%). Disarankan kepada pasien agar mengurangi konsumsi karbohidrat, gula dan lemak meningkatkan asupan sayur dan buah, variasi makanan, variasi protein, serta asupan mikronutien
Asupan Zat Gizi, Massa Lemak Tubuh, dan Tekanan Darah pada Wanita Vegetarian dan Nonvegetarian Berusia 20-30 Tahun
Latar Belakang: Vegetarian berisiko underfat. Sejumlah penelitian melaporkan bahwa vegetarian memiliki asupan rendah lemak dan tinggi serat serta massa lemak tubuh dan tekanan darah lebih rendah dibanding nonvegetarian. Penelitian yang mengkaji tentang variabel tersebut pada subjek berusia 20-30 tahun masih sedikit.
Tujuan : Menganalisis perbedaan asupan zat gizi, massa lemak tubuh, dan tekanan darah antara wanita vegetarian dan nonvegetarian berusia 20-30 tahun.
Metode : Desain penelitian cross sectional dengan subjek 26 wanita vegetarian dan 26 wanita nonvegetarian dipilih secara consecutive sampling. Asupan zat gizi diperoleh melalui Semi Quantitative Food Frequency Questionaire (SQFFQ) dan dianalisis menggunakan Nutrisurvey. Massa lemak tubuh diukur menggunakan Bioelectrical Impedance Analysis (BIA). Tekanan darah diukur menggunakan sphygmomanometer air raksa. Data dianalisis dengan uji Independent t-test dan Mann-Whitney.
Hasil : Terdapat 38,5% vegetarian dan 3,8% nonvegetarian mengalami underfat. Terdapat 30,7% vegetarian dan 50% nonvegetarian mengalami prehipertensi. Terdapat perbedaan asupan lemak (p=0,005), asam lemak jenuh (p=0,000), asam lemak tidak jenuh tunggal (p=0,002) asam lemak tidak jenuh ganda (p=0,043), asam lemak, serat (p=0,000), kalium (p=0,000), magnesium (p=0,004); massa lemak tubuh (p=0,021); dan tekanan darah sistolik (p=0,004) antara kedua kelompok. Tidak terdapat perbedaan asupan energi (p=0,098), karbohidrat (p=0,207), protein (p=0,535), natrium (p=0,784), kalsium (p=0,798) dan tekanan darah diastolik (p=0,799) antara kedua kelompok.
Simpulan : Antara kedua kelompok terdapat perbedaan asupan lemak, asam lemak jenuh asam lemak tidak jenuh tunggal, asam lemak tidak jenuh ganda, serat, kalium, magnesium; massa lemak tubuh; dan tekanan darah sistolik. Namun, tidak terdapat perbedaan asupan energi, karbohidrat, protein, natrium, kalsium, dan tekanan darah diastolik antara kedua kelompok
ALTERNATIF INDEKS GIZI SEIMBANG UNTUK PENILAIAN MUTU GIZI KONSUMSI PANGAN PRIA DEWASA INDONESIA
The study was aimed to develop Balanced Diet Index (BDI) for Indonesian adult males. The spesific purposes of this study were to assess food consumption pattern of Indonesian adult males, to develop several alternatives of BDIs and to select the most appropriate BDI for Indonesian adult males. The design of the study was cross-sectional, using the food consumption data from Basic Health Research 2010 collected using 24-hours recall method. The data covered 64 448 subjects, and 61 129 of them were analyzed in this study. There were 10 alternatives of BDIs developed based on the food group and their intake, and also their scoring systems. The gold standard used to validate the BDI is the mean adequacy ratio (MAR) measured by mean nutrient adequacy of 16 nutrients. The result showed the pearson correlation coefficient of the BDI and MAR range from 0.46 to 0.64. The most appropriate BDI to determine MAR is BDI3-60 (r=0.64). BDI3-60 consists of six food and implementing 3-level of scoring system
HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN SUMBER KALSIUM DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEPADATAN TULANG LACTO OVO VEGETARIAN DI YAYASAN BUDDHA TZU CHI SURABAYA
Vegetarian is one of dietary pattern that is believed to prevent degenerative diseases, but vegetarian apparently can lower calcium absorption due to the high intake of oxalic and phytate acid that can reduce bone density. Physical activity can also affect the bone density. Intense physical activity will make bone density stronger. The purpose of
this study was to analyze the correlation between consumption of calcium food sources and physical activity with bone density of lacto ovo vegetarian at Buddha Tzu Chi Surabaya Foundation. This research was an observational analytic, using cross sectional study design. The sample were 31 adult, taken through the inclusion criteria of a
lacto ovo vegetarian, a vegetarian diet ≥ 1 year, age ≥ 20 years old. Data collection through measurement of Bone Mineral Density (BMD) using bone densitometry Quantitative Ultrasound (QUS) method, interview of respondent characteristics, consumption of calcium food sources by Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ), and physical activity by International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). The data was analyzed using Pearson Test. The results showed that there was a correlation between consumption of calcium food sources (p = 0.000) and physical activity (p = 0.022) with bone density of lacto ovo vegetarian. The higher consumption of calcium food sources and physical activity can increase bone density. Respondents should increase physical activity and doing routine exercise to make bone density stronger, and consume high calcium of foods such as broccoli, pokcoy, orange, and cow’s milk
ASUPAN PROTEIN YANG KURANG SEBAGAI FAKTOR RISIKO KEPADATAN TULANG RENDAH PADA WANITA PASCAMENOPAUSE
Latar Belakang : Wanita pascamenopause mengalami peningkatan resorpsi tulang karena berkurangnya hormon estrogen. Asupan protein yang tidak adekuat berisiko terhadap kepadatan tulang yang rendah. Namun, asupan protein yang berlebihan, terutama protein hewani juga berisiko terhadap kepadatan tulang yang rendah. Tujuan penelitian untuk menganalisis besar risiko asupan protein dan faktor lain (asupan kalsium, fosfor, magnesium, zink, usia, riwayat merokok, konsumsi alkohol dan kebiasaan olahraga) yang berpengaruh terhadap kepadatan tulang wanita pascamenopause.
Metode : Desain penelitian case-control pada wanita pascamenopause, dengan jumlah subjek 50 orang kelompok kasus dan 50 orang kelompok kontrol. Pengambilan sampel kelompok kasus dilakukan secara random sampling, dan kelompok control dengan cara matching status gizi berdasarkan kategori persen lemak tubuh. Data yang dikumpulkan meliputi kepadatan tulang yang diukur dengan densitometer Quantitative Ultrasound, persen lemak tubuh yang diukur dengan Bioelectrical Impedance Analyzer (BIA), asupan zat gizi menggunakan Food Frequency Questionnaire, riwayat merokok, konsumsi alkohol, serta kebiasaan olahraga. Analisis bivariat menggunakan Chi-square dan Fisher, analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik.
Hasil : Rerata nilai T-score pada kelompok kasus sebesar -1,94±0,49SD dan rerata nilai T-score pada kelompok kontrol sebesar -0,45±0,48SD. Rerata usia pada kelompok kasus (59,34±6,88SD) lebih tinggi daripada kelompok kontrol (54,30±6,12SD). Asupan protein total, protein hewani, protein nabati, kalsium, fosfor, magnesium dan zink pada kelompok kontrol mempunyai rerata yang lebih tinggi daripada kelompok kasus. Asupan protein total, protein nabati, zink dan usia merupakan faktor risiko kepadatan tulang pada wanita pascamenopause dengan nilai OR masing-masing sebesar 3,551; 2,681; 3,431 dan 4,205. Asupan protein hewani merupakan faktor protektif terhadap kepadatan tulang wanita pascamenopause (OR=0,306). Faktor risiko yang paling berpengaruh pada kepadatan tulang wanita pascamenopause adalah usia (OR=4,223; 95%CI=1,627-10,960) dan asupan protein total (OR=3,566 ; 95%CI=1,476-8,613).
Simpulan : Asupan protein total <66 gr/hari berisiko 3,566 kali lebih besar untuk mengalami kepadatan tulang rendah. Usia ≥60 tahun berisiko 4,223 kali lebih besar untuk mengalami kepadatan tulang rendah
DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORATORIUM KLINIK SWASTA DI KOTA SEMARANG
Background: Obesity is a multifactorial disease and is a dangerous factor for the onset of serious diseases such as dyslipidemia, stroke, coronary heart disease, etc. Dyslipidemia is a disorder of lipid metabolism is marked increase in total cholesterol, LDL cholesterol, triglycerides and decreased HDL cholesterol in the blood. Shah SZA et al (2008), who have conducting research in Pakistan with majorities subjects from both sides (obesity and non obesity) in urban society. On comparation of lipid profile between two groups, average of total cholesterol not significantly different (P>0.05), and average value of total cholesterol per HDL, total LDL cholesterol and TG in group of obesity significantly different (P<0.05).
Aim: Knowing the differences in lipid profiles between obesity and non obesity in the department of Dr. Kariadi and private clinical laboratories in the city of Semarang.
Methods: This research is an analitical observation with cross sectional design. Samples on this research is based on medical record datas from patients with dyslipidemia with obesity and non obesity from more than 30 years old in RSUP dr. Kariadi and two clinical laboratories in Semarang, that observed between October 2011 until March 2012. The datas were process by using Chi square method.
Results: This research is used 363 samples of hypercholesterolemia (p = 0.457), hypertriglyceridemia (p = 0.001), hypo-HDL in male gender (p = 0.010), hypo-HDL in the female sex (p = 0.097), hyper-LDL (p = 0.256), and mixed dyslipidemia (p = 0.069)
Conclusion: Hypertriglyceridemia and hypo-HDL in male sex between obese and non obese, and found significant differences whereas hypercholesterolemia, hypo-HDL in the female sex, hyper-LDL, mixed dyslipidemia between the obese and non obese differences found but non-significant.
Keywords: dyslipidemia, hypercholesterolemia, hyper-LDL, hypo-HDL, hypertriglyceridemia, obesity, non obesit
PENGARUH PEMBERIAN SELAI KACANG TANAH DENGAN SUBSTITUSI BEKATUL TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL DAN HDL TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA
Latar belakang: Hiperkolesterolemia merupakan suatu kondisi dimana kadar kolesterol LDL dalam darah meningkat dan kadar kolesterol HDL menurun di bawah batas normal. Rendahnya kadar kolesterol HDL dan tingginya kadar kolesterol LDL dapat meningkatkan risiko aterosklerosis dan penyakit kardiovaskuler. Selai kacang tanah dengan substitusi bekatul adalah salah satu produk olahan kacang yang kaya akan serat, MUFA dan aktivitas antioksidannya seperti tokoferol, tokotrienol dan orizanol.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar LDL dan HDL pada tikus hiperkolesterolemia akibat pemberian selai kacang dengan substitusi bekatul sebanyak 22,5 mg/gramBB/hari.
Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian randomized control groups pre-post design. Sampel penelitian ini sebanyak 34 ekor tikus jantan Sprague Dawley umur 6-8 minggu dengan berat badan ±80 gram yang dibuat hiperkolesterolemia dan dibagi menjadi 2 kelompok. Penelitian ini dilakukan di LPPT Universitas Gadjah Mada. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kadar LDL dan HDL tikus, sedangkan variabel bebas adalah pemberian selai kacang tanah dengan substitusi bekatul 30% sebanyak 22.5 mg/gramBB/hari. Grup 1 adalah kelompok yang hanya diberikan pakan standar. Grup 2 adalah kelompok yang diberikan pakan standar dan selai.
Hasil: Terdapat perbedaan kadar LDL dan HDL antar kedua kelompok setelah diberi selai kacang dengan substitusi bekatul 30%, namun pada grup 2 menunjukkan pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan grup 1. Pada Grup 2, kadar LDL mengalami penurunan 24.88±8.11 mg/dl (p=0.000) dan kadar HDL mengalami peningkatan 14.95±4.42 mg/dl (p=0.000). Pada grup 1, kadar LDL mengalami penurunan sebesar 15.45±5.03 mg/dl (p=0.000) dan kadar HDL mengalami peningkatan sebesar 11.08±3.41 mg/dl (p=0.000).
Simpulan: Pemberian selai kacang tanah dengan substitusi bekatul 30% dengan dosis 22.5 mg/gramBB/hari dalam waktu 2 minggu dapat menurunkan kadar LDL dan meningkatkan kadar HDL darah tikus hiperkolesterolemia
- …
