11 research outputs found

    Studi Pola Kedatangan Ikan Pada Area Penangkapan Bagan Perahu Dengan Teknologi Hidroakustik

    Full text link
    Teknologi akustik bidang penangkapan ikan umumnya digunakan untuk mendeteksi keberadaan ikan dan secara khusus digunakan untuk mempelajari tingkah laku ikan termasuk pola kedatangan ikan pada area penangkapan suatu alat tangkap. Kajian pola kedatangan ikan dengan metode akustik ini dilakukan untuk mengetahui pola kedatangan ikan pada area penangkapan bagan perahu berdasarkan waktu dan kedalaman perairan. Studi dilakukan dengan metode experimental fishing dengan mengikuti operasi penangkapan pada satu unit bagan perahu di perairan Pantai Kota Parepare yang dilaksanakan pada Mei-Juni 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa schooling ikan mendatangi sumber cahaya di area penangkapan bagan perahu sekitar 30-50 menit setelah penyalaan lampu pengumpul ikan. Kawanan ikan mendatangi sumber cahaya pada kedalaman 6-7 meter dengan pola soliter dan mendekat setelah 100-120 menit pada kisaran 2-3 meter dari permukaan laut dengan pola kedatangan ikan soliter dan bergerombol. Hasil ini dapat menjadi acuan waktu penarikan jaring bagan perahu yang lebih efektif dan efisien. Sehingga efektivitas waktu dan biaya operasi dapat lebih optimal dalam mendukung USAha penangkapan ikan skala kecil guna peningkatan produksi tangkapan secara berkelanjutan

    Produktivitas Penangkapan Ikan Tenggiri (Scomberomorus Commerson) Menggunakan Pancing Ulur Di PerairanKabupaten Bintan

    Full text link
    Mackerel is one of the main targets of hand line fishing in the Tambelan coastal waters, Bintan Regency. The mackerel catch data were collected by following the hand line fishing operation as many as 40 trips from December 2013 to April 2014. The productivity data of hand line fishing were calculated based on the time of fishing operations (morning, noon, afternoon). The average productivity of hand line fishing in the morning, daytime and afternoon were 0.051 kg/minutes, 0.036 kg/minutes and 0.033 kg/minutes, respectively. Handline fishing productivity in the morning was not significantly different with at the daytime, however there was a significant different in productivity between in the morning and in the afternoon. Whilst, the fishing productivity at the daytime was not significantly different with that in the afternoon

    Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan V Universitas Hasanuddin, Makassar, 5 Mei 2018 73 Gerakan Heaving Kapal Pancing Tonda Pada Gelombang Following Seas di Kabupaten Sinjai

    Get PDF
    Kapal pancing tonda sering kali mengalami kecelakaan pada saat pengoperasian,namun hal ini tidak muncul di public dikarenakan tidak adanya pelaporan dan pencatatan yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai amplitudo heaving dan frekuensi encounter pada tinggi gelombang yang sering terjadi di Laut Flores. Sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 20 kapal pancing tonda yang diambil dari populasi dengan menggunakan teknik penarikan sampel secara purposive sampling. Peneliti mengambil 3 sampel kapal terpilih yang ukurannya berbeda yaitu kecil (15,88 m), sedang (18 m), dan besar (20,27 m). Analisis data dan pengolahan data menggunakan program Maxsurfs v.8i dan Auto Cad. Hasil penelitian menunjukkan nilai amplitudo heaving maksimum berkisar antara 0,7134 - 0,4480 m sedangkan minimum berkisar antara -0,7132 sampai dengan -0,4481 m dan frekuensi encounter berkisar antara -3,000 sampai dengan -2,230 rad/s. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu kapal dengan kondisi tersebut dapat menimbulkan gerakan heaving yang besar dari arah following seas dan mendapatkan gaya yang besar dari gelombang pada frekuensi encounter. Kata Kunci: heaving, stabilitas, tonda, kapal pancing, Kabupaten Sinjai.

    Produktivitas Penangkapan Ikan Pelagis di Perairan Kabupaten Sinjai pada Musim Peralihan Barat-Timur

    Get PDF
    Kelompok jenis ikan pelagis kecil merupakan sumberdaya ikan yang banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia. Dengan demikian perlu diketahui produktivitas penangkapan pada alat tangkap yang memproduksi jenis ikan pelagis kecil Penelitian ini menggunakan data produksi dari dua jenis alat tangkap, yaitu purse seine dan bagan rambo dengan jumlah pengambilan data selama38 trip penangkapan pada bulan Maret-Mei 2012. Hasil penelitian menunjukkan jumlah jenis ikan yang tertangkap bagan rambo sebanyak 20 jenis ikan, sedangkan purse seine sebanyak 12 jenis ikan. Terdapat 10 jenis ikan yang tertangkap purse seine maupun bagan rambo. Rata-rata produktivitas penangkapan ikan pelagis kecil pada purse seine sebesar 6,11 kg/menit, sedangkan pada bagan rambo sebesar 4,98 kg/menit. Komposisi jenis ikan hasil tangkapan,menunjukkan jenis ikan kembung lelaki dominan tertangkap dengan purse seine dan jenis ikan teri dominan tertangkap bagan rambo. Tren produktivitas penangkapan menunjukkan cenderung menurun seiring dengan bertambahnya waktu. Analisis statistik uji T dua sampel bebas menunjukkan tidak terdapat perbedaan produktivitas penangkapan antara purse seine dan bagan rambo.Kelompok jenis ikan pelagis kecil merupakan sumberdaya ikan yang banyak dimanfaatkan untukmemenuhi kebutuhan pangan manusia. Dengan demikian perlu diketahui produktivitas penangkapanpada alat tangkap yang memproduksi jenis ikan pelagis kecil Penelitian ini menggunakan data produksidari dua jenis alat tangkap, yaitu purse seine dan bagan rambo dengan jumlah pengambilan data selama38 trip penangkapan pada bulan Maret-Mei 2012. Hasil penelitian menunjukkan jumlah jenis ikan yangtertangkap bagan rambo sebanyak 20 jenis ikan, sedangkan purse seine sebanyak 12 jenis ikan. Terdapat10 jenis ikan yang tertangkap purse seine maupun bagan rambo. Rata-rata produktivitas penangkapanikan pelagis kecil pada purse seine sebesar 6,11 kg/menit, sedangkan pada bagan rambo sebesar4,98 kg/menit. Komposisi jenis ikan hasil tangkapan,menunjukkan jenis ikan kembung lelaki dominantertangkap dengan purse seine dan jenis ikan teri dominan tertangkap bagan rambo. Tren produktivitaspenangkapan menunjukkan cenderung menurun seiring dengan bertambahnya waktu. Analisis statistikuji T dua sampel bebas menunjukkan tidak terdapat perbedaan produktivitas penangkapan antara purseseine dan bagan rambo

    MODIFIKASI KONSTRUKSI BUBU DASAR YANG DIOPERASIKAN PADA PERAIRAN WARSALELANG KABUPATEN ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

    Get PDF
    Perairan Warsalelang merupakan perairan dengan sumberdaya perikanan yang bagus, alat tangkap yang masih digunakan nelayan pada perairan tersebut adalah bubu, tetapi nelayan banyak mengalamai kendala atau permasalahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk modifikasi bubu dasar untuk meningkatkan hasil tangkapan dan menganalisis efektifitas modifikasi bubu dasar (rangka paralon) Penelitian ini menggunakan empat jenis bubu  yaitu bubu modifikasi persegi panjang, bubu modifikasi persegi empat, bubu modifikasi bubu tabung dan bubu tradisional yang biasa diapakai oleh nelayan perairan Warsalelang. Pengoperasian keempat jenis bubu dilakukan selama 90 hari secara bersamaan. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan bentuk modifikasi bubu, menganalisis efektifitas modifikasi bubu dasar (rangka paralon). Hasil penelitian menunjukkan Modifikasi alat tangkap bubu dasar lebih efektif dalam menangkap ikan demersal dibandingakan dengan alat tangkap bubu dasar tradisonal. Komposisi hasil tangkapan menunjukkan ikan Pterocaesio tile dengan proporsi terbesar  pada kedalaman 10 m 50% untuk bubu persegi empat. Analisis terhadap jumlah hasil tangkapan menunjukkan perlakuan jenis modifikasi berpengaruh terhadap jumlah produksi.

    Characterizing Potential Fishing Zone of Skipjack Tuna during the Southeast Monsoon in the Bone Bay-Flores Sea Using Remotely Sensed Oceanographic Data

    Get PDF
    Potential fishing zones for skipjack tuna in the Bone Bay-Flores Sea were investigated from satellite-based oceanogra- phy and catch data, using a linear model (generalized linear model) constructed from generalized additive models and geographic information systems. Monthly mean remotely sensed sea surface temperature and surface chlorophyll-a concentration during the southeast monsoon (April-August) were used for the year 2012. The best generalized additive model was selected to assess the effect of marine environment variables (sea surface temperature and chlorophyll-a concentration) on skipjack tuna abundance (catch per unit effort). Then, the appropriate linear model was constructed from the functional relationship of the generalized additive model for generating a robust predictive model. Model se- lection process for the generalized additive model was based on significance of model terms, decrease in residual devi- ance, and increase in cumulative variance explained, whereas the model selection for the linear model was based on decrease in residual deviance, reduction in Akaike???s Information Criterion, increasing cumulative variance explained and significance of model terms. The best model was selected to predict skipjack tuna abundance and their spatial dis- tribution patterns over entire study area. A simple linear model was used to verify the predicted values. Results indi- cated that the distribution pattern of potential fishing zones for skipjack during the southeast monsoon were well char- acterized by sea surface temperatures ranging from 28.5??C to 30.5??C and chlorophyll-a ranging from 0.10 to 0.20 mg??m???3. Predicted highest catch per unit efforts were significantly consistent with the fishing data (P < 0.01, R2 = 0.8), suggesting that the oceanographic indicators may correspond well with the potential feeding ground for skipjack tuna. This good feeding opportunity for skipjack was driven the dynamics of upwelling operating within study area which are capable of creating a highly potential fishing zone during the southeast monsoon

    EVALUASI PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN

    Get PDF
    Fish production is one of indicators to measure performance of a fisheries. Level of fishing effort will determine the amount of fish production. Dynamics of capture fisheries can be described from fluctuations in fish production, fishing effort and fishing productivity. The capture fisheries in the the western coast of Sulawesi can be distinguished into three fisheries, i.e. The marine area adjacent to the studied coast is divided into three zones, zone A (waters around Kepulauan Spermonde), zone B (Bay of Mandar), and zone C (waters of Majene dan Mamuju Districts). The objective of this research is to compare dynamics of fisheries performance among the three zones. To calculate total fishing effort performed by the entire fishing fleets, standardization of 8 fishing gear was done. This research utilized fisheries data sets covering a period of 30 years (1977-2006). Fishing fleets in each zone showed a negative relationship between fishing effort and the CPUE, i.e higher fishing effort lower CPUE, over the time period. Fisheries performance in each zone was affected by development policy, the fisheries in zones A and B have reached their optimum level earlier than the fisheries in zone C. Fisheries management for each zone should consider local characteristics of fishing fleets and fish resources.Produksi ikan merupakan salah satu indikator kinerja armada penangkapan.&nbsp; Ukuran upaya penangkapan akan menentukan produksi tersebut.&nbsp; Dinamika perikanan tangkap dapat digambarkan dari fluktuasi upaya penangkapan ikan, produksi dan produktivitas penangkapan ikan.&nbsp; Perikanan di pantai barat Sulawesi Selatan dibedakan menjadi&nbsp; 3 perikanan menurut perairan di hadapan provinsi tersebut, yaitu zona A (perairan Kepulauan Spermonde), zona B (Teluk Mandar), dan zona C (perairan Kabupaten Majene dan Mamuju).&nbsp; Penelitian ini bertujuan membandingkan kinerja perikanan tangkap pada ketiga zona perikanan setelah melakukan standarisasi upaya penangkapan dari 8 delapan jenis unit penangkapan ikan, serta mempertimbangkan kebijakan pembangunan perikanan dalam kurun waktu 30 tahun (1977-2006).&nbsp; Armada penangkapan ikan dari ketiga zona perikanan menunjukkan tren signifikan menurun hubungan antara upaya penangkapan dan CPUE (catch perunit effort) untuk kurun waktu tersebut. Kinerja perikanan tangkap sesuai periode kebijakan pembangunan perikanan di ketiga zona perikanan menunjukkan zona A dan B telah optimum dibandingkan zona C.&nbsp; Pengelolaan perikanan tangkap disetiap zona perikanan harus memperhatikan karakteristik dari masing-masing zona perikana

    Karakteristik Daerah Potensial Penangkapan Ikan Cakalang Di Teluk Bone-Laut Flores Berdasarkan Data Satelit Suhu Permukaan Laut Dan Klorofil-A Pada Periode Januari-Juni 2014

    Full text link
    Teluk Bone-Laut Flores merupakan salah satu daerah potensial penangkapan ikan cakalang terbaik di Indonesia timur. Perairan tersebut menjadi target utama operasi penangkapan bagi nelayan pole and line. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik daerah potensial penangkapan ikan tersebut menggunakan data suhu permukaan laut (SPL) dan klorofil-a pada periode Januari-Juni 2014. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan mengumpulkan data hasil tangkapan dan posisi penangkapan setiap kali melakukan kegiatan penangkapan. Data SPL dan klorofil-a dari citra satelit Terra/MODIS kemudian diekstrak dari lokasi penangkapan ikan cakalang untuk mempelajari kondisi oseanografi yang sesuai dengan keberadaan ikan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tangkapan ikan cakalang tertinggi didapatkan pada bulan Mei yaitu sekitar 138 ekor/setting. Hasil tangkapan tersebut bersesuaian dengan kondisi SPL berkisar antara 29,75°C dan 30,25°C dan konsentrasi klorofil-aantara 0,125 dan 0,213 mg m-3. Kenyataan ini menunjukkan bahwa kedua faktor oseanografis tersebut menjadi indikator penting untuk memahami dinamika spasial pergerakan dan konsentrasi ikan cakalang di Teluk Bone terutama pada periode Januari-Juni

    THE STUDY ON FISHING GROUND OF SMALL PELAGIC FISH IN RELATION TO OCEANOGRAPHIC CONDITION IN SPERMONDE WATERS AT EAST MONSOON

    Full text link
    Indonesian waters are the connecting waters between the Pacific Ocean to the Indian Ocean. The waters are also heavily influenced by the monsoon climate. This resulted in the properties peculiar to the waters of Indonesia. The availability of fish in the fishing ground is influenced by oceanographic conditions that will directly affect the existence of fish in an area to be exploited. Changes in spatial and temporal patterns of distribution of fish resources in tropical waters is strongly influenced by the monsoon wind patterns, which is east and west monsoon winds, as well as the transition between the two monsoon which continues over time periodically throughout the year. Retrieval of field data for 3 (three) months, ie in April-June 2009, other than that in this study also uses the image data acquisition for 2-year data (October 2007 - June 2009). Location of research in these areas as the center or base (fishing base) of small pelagic fish in the waters of the archipelago Spermonde, District of Pangkep especially in areas purse seine fishing gears by fishing. Based on these results, obtained information that the current speed ranges from 0.02 m/sec - 0.15 met/sec, the condition of the surface temperature of waters around the islands Spermonde 28.3oC - 29.2oC, salinity in the range 24.0???-31.0???, and chlorophyll-a ranged between 0.1 mg/m3 - 3.0 mg/m3. In these conditions, the number of catches ranged from 1-159 kg. The pattern of distribution of the catch predictions indicate that the location of the arrest with the predictions of optimal catches Spermonde found in the waters of the archipelago to the west and southwest, with predictions that fluctuat
    corecore