SPIRITUALITAS MURIA: AKOMODASI TRADISI DAN WISATA

Abstract

&lt;p class="IIABSBARU"&gt;Tradition of “nyekar” which is very familiar among Javanese society, especially in the grave yard Muria Kudus Central Java. This research revealed that most of the visitor of the grave are for getting tabarrukan , some kind safety and ease in any effort in their life, mastering any knowledge, and linuwih, getting for healing from any desease, and asking for blessing for their descendants. The visit to the grave impacted much to the society living, both economically and socially. In the perspective of economy, more than 1.500 force workers depended much the existence of Muria. The other impact are the local solidarity, social competition, and job opportunity, that resulted in the growth of pragmatism among Muria society members.&lt;/p&gt;&lt;p class="IKa-ABSTRAK"&gt;***&lt;/p&gt;Tradisi “nyekar” sangat dikenal oleh orang Jawa, khususnya di makam Muria Kudus Jawa Tengah. Penelitian ini mengungkap bahwa kebanyakan peziarah makam ini bertujuan untuk mendapatkan keberkahan (&lt;em&gt;tabarrukan&lt;/em&gt;), keamanan dan kemudahan dalam hidup, menguasai ilmu &lt;em&gt;linuwih&lt;/em&gt;, disembuhkan dari penyakit, dan mengharapkan kebaikan dari nenek moyang. Kunjungan mereka ke makam itu memberikan dampak yang besar bagi kehidupan masyarakat, baik secara ekonomi maupun sosial. Dalam perspektif ekonomi, lebih dari 1.500 tenaga kerja tergantung pada keberadaan makam Muria. Dampak yang lain adalah slidaritas setempat, kompetisi sosial, dan kesempatan kerja yang mengakibatkan munculnya tumbuhnya pragmatisme di kalangan anggota masyarakat Muria.</jats:p

Similar works

This paper was published in Crossref.

Having an issue?

Is data on this page outdated, violates copyrights or anything else? Report the problem now and we will take corresponding actions after reviewing your request.