Buletin Nutrisi dan Makanan Ternak
Not a member yet
67 research outputs found
Sort by
Nilai Pakan Relatif Tiga Kultivar Rumput Gajah pada Umur Berbeda
Suatu penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh umur panen tiga kultivar rumput gajah terhadap nilai pakan relatif. Penelitian disusun menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial 2 x 3 dengan empat kali ulangan. Variabel yang diukur adalah kandungan PK, NDF, ADF, kecernaan bahan kering (KcBK), asupan bahan kering (ABK) dan nilai pakan relative (NPR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kultivar Taiwan, King dan Mott menghsilkan: PK, NDF, ADF, KcBK, ABK dan NPR berturut-turut : PK (8,48%), (8,27%), (10,85%); NDF (76,67%), (75,41%), (59,73%); ADF (49,26%), (48,12%), (40,70%); KcBK (50,53%), (51,41%),(69,25%); ABK (1,57%), (1,59%), (2,01%) dan NPR (61,30), (63,41), (107,85). Umur panen 8MST dan 12MST menghasilkan PK, NDF, ADF, KcBK, ABK dan NPR berturut-turut: PK (11,35%),(7,06%); NDF (67,09%), (73,43%); ADF (43,32%),(46,73%); KcBK (55,15%),(52,50%); ABK (1,79%), (1,63%); dan NPR (76,47),(66,51). Dapat disimpulkan bahwa kualitas rumput gajah kultivar Taiwan dan King termasuk kelas 5 karena mempunyai nilai pakan relatif (NPR) < 75, sedangkan kultivar Mott termasuk kelas 2 karena mempunyai nilai pakan relatif (NPR) berada pada kisaran 124 – 103, yaitu 107,85. Sedangkan umur panen 8MST termasuk kelas 4 karena mempunyai nilai nilai pakan relative (NPR) berada pada kisaran 86 – 75, yaitu 76,47 dan umur panen 12MST termasuk kelas 5, karena mempunyai nilai nilai pakan < 75
Karakteristik Perkecambahan Benih Lamtoro (Leucaena leucocephala) Menggunakan Berbagai Jenis Zat Pengatur Tumbuh
Benih lamtoro memiliki kulit biji tebal dan keras yang mengakibatkan lambat berkecambah karena air sulit masuk dalam benih. Sifat ini termasuk dormansi benih. Cara mengatasi hal demikian yaitu diberi perlakuan pada benih untuk mempercepat perkecambahan dan pertumbuhan kecambah dengan menggunakan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). Beberapa jenis bahan yang dapat digunakan sebagai zat pengatur tumbuh yaitu taoge, bawang merah dan tomat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak taoge, ekstrak tomat dan ekstrak bawang merah sebagai ZPT alami pada perkecambahan benih lamtoro. Metode penelitian yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu perendaman benih lamtoro menggunakan air, ekstrak taoge, ekstrak bawang merah dan ekstrak tomat selama 12 jam dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Perlakuan berpengaruh nyata, maka dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk melihat perbedaan terhadap variabel yang diamati. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perendaman benih lamtoro menggunakan ZPT berupa ekstrak taoge, ekstrak bawang merah dan ekstrak tomat meningkatkan daya kecambah, panjang hipokotil dan panjang radikula. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perendaman benih menggunakan zat pengatur tumbuh berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap daya kecambah, panjang hipokotil dan panjang radikula kecambah benih lamtoro. Perlakuan menunjukkan hasil paling baik yaitu perendaman benih lamtoro menggunakan ekstrak bawang merah dengan persentase daya kecambah 52,50%, panjang hipokotil 6,55 cm dan panjang radikula 7,50 cm
Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera) dan Serai (Cymbopogon citratus) dalam Air Minum Terhadap Persentase Bobot Usus Halus Ayam Buras
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi ekstrak tanaman serai (Cymbopogon citratus) dan daun kelor (Moringa oleifera) dalam air minum terhadap persentase bobot usus halus (duodenum,jejenum dan ileum) ayam buras. Perlakuan pada penelitian ini terdiri dari : kontrol (P0); ekstrak daun kelor 40%+ekstrak serai 25% (P1); ekstrak daun kelor 40%+ekstrak serai 30% (P2); ekstrak daun kelor 40%+ekstrak serai 35% (P3) dan ekstrak daun kelor 40%+ekstrak serai 40% (P4). Parameter yang diamati pada penelitian ini persentase bobot usus halus (duodenum, jejenum dan ileum). Hasil penelitin menunjukkan bahwa penggunaan kombinasi ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) dengan konsentrasi 40% dan tanaman serai (Cymbopogon citratus) dengan konsentrasi 25% hingga 40% dalam air minum tidak mempengaruhi persentase bobot duodenum, jejenum dan ileum ayam buras
Pertumbuhan, Produksi, dan Kualitas Rumput Pakchong (Pennisetum purpureum cv. Thailand) yang Diberi Pupuk Nitrogen Berbeda
Penyedian hijauan pakan yang berkualitas baik dapat dilakukan dengan cara peningkatan produktivitas dan kualitas nutrisi pada tanaman yang dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain pemberian pupuk nitrogen pada tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian level pupuk nitrogen terhadap pertumbuhan, produksi dan kualitas rumput pakchong (Pennisetum purpureum cv. Thailand). Penelitian ini disusun menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan penelitian ini yaitu Po (Kontrol), P1(1,9 g urea/polybag), P2 (2,5 g urea/polybag) dan P3 (3,05 g urea/polybag). Parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman, panjang helai daun, lebar daun, jumlah daun, produksi bahan segar, produksi bahan kering, protein kasar dan serat kasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian level pupuk nitrogen memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap peningkatan tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, dan jumlah daun, produksi bahan segar, produksi bahan kering, kandungan protein kasar dan menurunkan kandungan serat kasar rumput pakchong. Berdasarkan hasil uji beda nyata, maka perlakuan P2 dan P3 mempunyai angka notasi terbaik (a) yang sama, tetapi perlakuan P1 menggunakan pupuk lebih sedikit dibanding dengan perlakuan P3. Dapat disimpulkan bahwa pemberian level pupuk dengan dosis 225 Kg N/ha = 2,5 g N/polybag) memberikan hasil yang optimal pada rumput gajah (Pennisetum purpureum cv. Thailand)
Kandungan Tanin, VFA dan Amonia pada Sistem Rumen in Vitro Daun Maja (Aegle marmelos) dan Daun Gamal (Gliricidia sepium)
Tanin adalah zat antinutrisi yang terdapat pada tanaman hijauan, tetapi memiliki dampak positif dalam proses pencernaan ternak yaitu meningkatkan bypass protein. VFA (volatile fatty acids) adalah hasil perombakan dari karbohidrat dimana karbohidrat diperlukan oleh tubuh ternak sebagai sumber energi dan amonia adalah hasil perombakan dari protein dalam proses fermentasi dalam rumen ternak yang dipengaruhi oleh tanin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi perbandingan kandungan VFA dan amonia daun maja (Aegle marmelos) dan daun gamal (Gliricidia sepium) sebagai bahan pakan alternatif secara in vitro. Penelitian dianalisis menggunakan uji T dengan 2 bahan daun maja (Aegle marmelos) dan daun gamal (Gliricidia sepium). Hasil penelitian menunjukkan kandungan tanin rata-rata untuk daun maja (1.11%) dan daun gamal (0.82%). Kandungan amonia daun gamal (39.8 mM) dan daun maja (35.82 mM), dan kandungan VFA daun maja (103.28 mM) dan daun gamal (93.42 mM). Disimpulkan bahwa kandungan tanin lebih tinggi pada daun maja dibanding dengan daun gamal, kandungan VFA daun maja lebih tinggi daripada daun gamal dan masih pada kisaran normal. Kandungan amonia daun gamal lebih tinggi dibandingkan dengan daun maja dan berada di atas kisaran normal
Pengaruh Berbagai Level Pupuk Nitrogen Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Rumput Pakchong (Pennisetum purpureum cv. Thailand)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai level pupuk nitrogen terhadap pertumbuhan dan produksi rumput pakchong. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan uji lanjut Duncan yang terdiri atas 4 perlakuan dan 4 kali ulangan. Perlakuan yang digunakan pada penelitian ini yaitu P0=Kontrol (Tanpa pupuk), P1= 260Kg N/Ha=0,0039Kg N/polybag (Setara dengan 3,9 g N/Polybag), P2= 280Kg N/Ha=0,0042Kg N/polybag (Setara dengan 4,2 g N/Polybag), P3= 300Kg N/Ha=0,0045Kg N/polybag (Setara dengan 4,5 g N/Polybag). Parameter yang diamati pada penelitian ini yaitu tinggi tanaman, panjang daun, jumlah anakan, jumlah daun, produksi bahan segar dan produksi bahan kering. Hasil penelitian menunjukkan berbagai pemberian level pupuk nitrogen memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap panjang daun, jumlah anakan dan jumlah daun. Sedangkan tinggi tanaman tidak memberikan pengaruh nyata (P<0,05). Kemudian pada parameter produksi bahan segar dan produksi bahan kering memberikan pengaruh nyata. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu pemberian pupuk nitrogen dengan level yang berbeda meningkatkan laju pertumbuhan dan produksi bahan segar maupun bahan kering pada rumput pakchong. Pemberian level pupuk 260 kg N/Ha dan 280 kg N/Ha memberikan hasil terbaik pada rumput pakchong
Analisis Lahan Kritis dalam Mendukung Ketersediaan Hijauan Pakan: Review
Lahan kritis didefiniskan sebagai suatu kondisi lahan yang terjadi karena kemampuan lahan tidak sesuai dengan peruntukannya, yang mengakibatkan kerusakan fisik, kimia, dan biologi. Lahan yang tergolong kritis secara kimia termasuk juga tanah dengan tingkat kesuburan yang sangat rendah, akibat sangat rendahnya penyediaan unsur hara dari cadangan mineral tanah ataupun sebagai akibat pencucian unsur hara yang terjadi secara berlebihan. Lahan yang termasuk kritis secara sosial ekonomi adalah lahan-lahan terlantar yang mengakibatkan adanya salah satu atau kombinasi dari beberapa faktor sosial ekonomi sebagai kendala dalam usaha-usaha pendayagunaan lahan tersebut. Lahan kritis secara hidro-orologis merupakan lahan yang keadaannya sedemikian rupa dimana tanahnya tidak mampu lagi mempertahankan fungsinya sebagai pengatur tata air. Kondisi lahan kritis tentunya tidak dapat dimanfaatkan sebagai lahan untuk menanami tanaman pakan karena telah mengalami kerusakan sehingga tidak dapat memaksimalkan pertumbuhan dari tanaman pakan. Upaya yang dapat dilakukan dalam menanggulangi adanya lahan kritis yang perlu dilakukan yaitu rehabilitasi lahan. Usaha merehabilitasi lahan harus secara aktif melibatkan semua elemen atau komponen. Keikutsertaan semua komponen dalam usaha merehabilitasi lahan kritis tidak hanya dimulai dari awal pelaksanaannya saja, seperti penanaman dengan tanaman yang dapat menjaga kelestarian lahan seperti tanaman pakan ternak, maupun rehabilitasi secara mekanik tetapi juga harus sampai dalam menjaga konservasi tersebut agar lahan tetap terjaga dengan lestari. Kondisi lahan kritis harus segera dilakukan upaya-upaya untuk menekan semakin meluasnya lahan kritis baik kritis secara fisik maupun secara kimia dengan jalan merehabilitasi maupun pencegahan-pencegahan perlakuan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahannya
Pengaruh Penambahan Tepung Bulu Sapi dalam Ransum terhadap Persentase Karkas dan Organ Dalam Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Fase Grower
Tepung bulu sapi merupakan salah satu bahan pakan yang dapat digunakan sebagai bahan pakan sumber protein karena memiliki kandungan protein sekitar 76,77%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung bulu sapi dalam ransum terhadap persentase karkas dan organ dalam burung puyuh fase grower. Kegunaan penelitian agar memberikan informasi mengenai pengaruh penambahan tepung bulu sapi dalam ransum terhadap persentase karkas dan organ dalam burung puyuh fase grower. Penelitian ini menggunakan 80 ekor burung puyuh yang dipelihara secara adlibitum selama 30 hari. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan 4 ulangan, PO:Ransum tanpa tepung bulu sapi (TBS), P1:Ransum mengandung tepung bulu sapi 2%, P2: Ransum mengandung tepung bulu sapi 4%. P3: Ransum mengandung tepung bulu sapi 6%. Parameter yang diamati adalah persentase karkas dan organ dalam burung puyuh fase grower. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung bulu sapi (TBS) dalam ransum tidak berpengaruh nyata terhadap persentase karkas dan organ dalam burung puyuh fase grower. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan tepung bulu sapi sampai level 6% tidak memberikan dampak negatif terhadap ternak, namun hasil penelitian tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap persentase karks dan organ dalam (jantung, hati, dan gizzard) burung puyuh (Corturnix coturnix japonica) fase grower. Hal ini disebabkan protein keratin yang terkandung dalam bulu sapi memiliki daya cerna yang rendah karena adanya ikatan kimia berupa ikatan disulfida
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pupuk Nitrogen Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Pakchong (Pennisetum purpureum cv. Thailand)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh frekuensi pemberian pupuk urea terhadap pertumbuhan dan produksi rumput pakchong. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan uji lanjut Duncan yang terdiri dari 4 Perlakuan dan 4 kali ulangan. Perlakuan yang digunakan yaitu PO: Kontrol (Tanpa Pupuk). PI: 1 kali frekuensi pemupukan. PII: 2 kali frekuensi pemupukan. PIII: 3 kali frekuensi pemupukan. Parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman, Panjang daun, jumlah daun, jumlah anakan, produksi bahan segar, dan produksi bahan kering. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian pupuk nitrogen dengan frekuensi yang berbeda memberikan pengaruh nyata pada setiap perlakuan. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu frekuensi pemberian pupuk tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dari setiap perlakuan, namun hasil terbaik ditunjukkan oleh perlakuan PI, 1 kali frekuensi pemupukan, dengan hasil produksi bahan kering yaitu 56 ton/ha
Produksi Indigofera di Musim Kemarau pada Umur Panen yang Berbeda
Indigofera merupakan tanaman leguminosa pohon yang produksi dan kualitas nutrisi lebih tinggi dari legum pohon lainnya, sehingga potensi untuk Hijauan Makanan Ternak (HMT) di musim kemarau. Umur panen akan hijauan akan mempengaruhi produksi, semakin lama tanaman dipangkas akan meningkatkan produksi berat segar dan berat kering yang layak konsumsi untuk ternak ruminansia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh umur panen berbeda terhadap berat segar dan berat kering tanaman indigofera. Penelitian ini menggunakan uji T-Test Paired (Uji T berpasangan) dengan 2 perlakuan dengan setiap perlakuan terdiri atas 20 pohon. Perlakuan umur pemangkasan berdasarkan hari setelah pangkas (HSP) yaitu: 50 (P1) dan 70 (P2) HSP. Umur panen berpengaruh nyata terhadap produksi berat segar dan berat kering tanaman indigofera pada musim kemarau. Tanaman indigofera pada musim kemarau sebaiknya dipotong pada umur 70 hari agar memberikan tanaman kesempatan untuk tumbuh dan berkembang